A Place Called Home

10.3K 401 2
                                    

.

"—happiness is when you finally reach the time to come home and have some warm cuddles with the love of your life—"
.

Happy reading 😊

"Baiklah kalau begitu! Campuran dengan krim stroberi bukanlah ide buruk. Yap, seperti itu!"ujar pemilik restoran, Park Jihoon.

Seorang pria tengah memberikan instruksi kepada seorang anak buahnya di dapur, di sebuah restoran pastry di seputaran Broadway Avenue yang terlihat ramai dikunjungi—Dream Puffs Patisserie. Tiga orang pelayan terlihat melayani di kasir, wajah mereka yang lelah tak membuat mereka berhenti tersenyum. Dua orang mengantarkan pesanan-pesanan pelanggan ke meja-meja di sana yang terlihat penuh oleh orang-orang kantoran yang bersenda gurau dengan kawan sesamanya, seorang pria yang asyik membaca novel sembari ditemani cappucino dan earphone, atau beberapa pasang kekasih yang saling berbagi cerita dan terlihat sangat mesra. Ah, suasana restoran pastry itu terasa sangat hangat.

Seorang pria—dengan pakaian yang berbeda dengan karyawan kebanyakan—pun membawa sebuah nampan berisi panekuk selai madu dan strawberry milkshake dari dapur. Ia berjalan ke arah seorang wanita yang tengah duduk di halaman luar sembari membaca koran.

"Pancake madu dan strawberry milkshake, favoritmu seperti biasa, Ms. Yoona."sapanya dengan hangat, kemudian menempatkan menu tersebut di meja.

"Rasa yang luar biasa untuk orang tidak biasa. Menu yang luar biasa." Ucap Jihoon hangat.

"Terimakasih."ucap wanita paruh baya itu, dan pria tadi—jihoon—pun hanya tersenyum dan membungkuk singkat.

"Hyung!"

Jihoon menoleh, mendapati seorang pria yang berdiri di ambang pintu restoran dengan sedikit tidak santai. Ia menunjuk ke arah dapur, memberi sedikit isyarat padanya.

"Telepon untukmu."

"Thanks, Doyoung."

Pria Jihoon tadi pun undur diri dari pelanggannya, kemudian berjalan cepat ke arah dapur. Ia memasuki pintu dapur, dan langsung mengangkat telepon yang terlihat tengah digantung itu.

"Jihoon di sini."

"Untung kau menjawab telponnya! Bagaimana perkembangan di sana?"ucap seseorang di telpon.

Jihoon tersenyum mendengar suara lembut di ujung sana. Lelahnya pun terbayar begitu saja, mendengar suara yang selalu bisa membuatnya semangat. Jihoon menatap jam dinding, terlihat sekali 30 menit lagi restoran harus tutup sedangkan pelanggan masih begitu banyak—biasanya mereka tutup jam 4 sore.

"Ramai sekaliAku harus memback up beberapa hal dengan anak-anak laindan tadi junkyu harus menghadapi broken gas di dapuruntung saja jeongwoo segera mengganti gasnya dengan yang baru."jelas Jihoon, mengundang kekehan manis di ujung sana.

"Jangan lupa untuk pulang, oke?"

"Tentu saja tidak akan. Ada yang kau butuhkan, sweetheart?"

Panggilan manis Jihoon membuat suara di ujung telepon sana semakin terkekeh manis. Jihoon terkekeh renyah, tidak bisa berhenti membayangkan betapa cantiknya rekan meneleponnya di ujung sana—sedikit menduga bahwa dia sedang di dapur sambil menonton acara memasak makanan Italia favoritnya.

HOONSUK " ONE SHOOT "Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang