Fröhliches Lesen,,,,
"Ada apa kamu ke sini?" tanya paruh baya itu pada laki-laki tampan yang duduk angkuh di depannya.
Althan menaruh sebuah berkas di meja kaca itu, sesekali ia menyesap teh yang di sediakan untuknya.
"Minggu depan pengesahan perusahaan cabang di Indonesia mungkin bulan depan sudah mulai proses pemindahan kantor pusatnya," ujarnya santai sambil menggulir iPad nya.
Althan dan iPad. Itulah yang menggambarkan dirinya sekarang. Sibuk menimbun pundi-pundi kekayaannya entah untuk apa hingga ia bingung mau diapakan uangnya sekarang.
Ken membaca berkas itu dengan kacamata yang bertengger di hidungnya. Meskipun sudah tua Ken dan Althan sangatlah tampan tak jarang orang-orang menganggap mereka kakak beradik.
Ken mengambil pena nya dan menandatangani nya, "Saat pengesahan kantor cabang, sekalian kita adakan pergantian kepemilikan. Papa akan hengkang dari dunia bisnis, papa harap kali ini kamu lebih membesarkan nama keluarga dan gak buat papa dan mama kecewa lagi sama kamu!" ujarnya tegas.
Althan mengangguk ditengah-tengah fokusnya, namun seketika ia teringat sesuatu. Ia menghentikan aktivitas nya dan melirik pada Ken yang tengah menyesap tehnya.
"Mama?" tanya nya lirih.
Ken membalas menatap putra nya itu, "Mama kamu baik-baik aja meskipun kadang sering drop. Lusa papa bakal ke Korea, Teman papa spesialis jantung terbaik ada pertemuan di sana,"
3 tahun lalu Lisa di vonis penyakit jantung oleh dokter. Ia sangat terpuruk selama bertahun-tahun memikirkan Althan. Mungkin karena anaknya menderita, sehingga menjadi beban pikiran untuknya. Kata orang sakit nya anak merupakan penderitaan terbesar bagi seorang ibu. Begitupun dengan Lisa, rasa sakit pada Althan membawanya pada penderitaan tak berujung.
"Mungkin beberapa bulan juga adikmu bakal menikah sama Rey, Nay sendiri yang memutuskannya," lanjut Ken.
Althan nampak terkejut dengan apa yang ia dengar. Ia tak menyangka adik kecilnya yang selalu ia usili akan menikah. Bahkan umur Nay masih 18 tahun.
"Nay masih kecil pa,"
"Itu keputusan nya sendiri, lagi pula papa yakin Rey gak bakal kecewain putri papa. Sejauh ini papa melihat dia serius sama Nay. Nay tertekan dengan masalah keluarga kita, papa harus membawanya jauh sebelum mentalnya semakin terganggu!"
Althan harus berbicara pada Rey. Bisa-bisa nya Rey tak bercarita padanya. Memang bertahun-tahun Rey selalu bilang padanya bahwa ia menyukai Nay, namun Althan tak mengira Rey terlalu nekat untuk menikahi adiknya.
Tak lama kemudian ponsel Althan berdering. Ia berdiri dari kursi nya dan berjalan ke arah jendela kaca besar di ruangan itu. Ken memperhatikan punggung tegap putranya itu.
Ken tak menyangka anak itu tumbuh menjadi pria dewasa tanpa kasih sayang orang tua nya. Meskipun Althan laki-laki hanya Ken yang tahu betapa menderita nya putra nya itu.
Tak sedetik pun Ken melepas pandangan nya dari Althan. Hingga ia mencapai dititik ini. Ken tipikal orang yang selalu menyembunyikan perhatiannya pada anak-anak nya baik itu Nay atau Althan.
Ia selalu lemah pada setiap hal yang berhubungan dengan anak-anak nya.
"Pa, ada investor dari China berkunjung. Al balik dulu," ujar Althan membuyarkan lamunan Ken.
Tanpa menunggu respon Ken, Althan kembali memakai jas nya, mengambil iPad nya dan berlalu dari ruangan itu.
"Ck, tidak sopan!" cibir Ken.
****
Ken memasuki kamar istri tercintanya dengan perlahan. Ia melihat wanita lemah itu terbaring dengan infus yang tergantung di tiang samping ranjang. Suara defibilator memenuhi kamar itu.
Ken mendekati ranjang itu dan memegang tangan ringkih itu. Mengecupnya beberapa kali. Perlahan kelopak mata itu terbuka.
"Sayang,,,,," ujar Ken lirih.
Lisa mengerjab perlahan dan menoleh ke arah suaminya.
"Althan," lirihnya.
"Dia ada urusan sayang. Dia sekarang tumbuh menjadi pria dewasa yang sangat bertanggung jawab. Wajahnya sudah sangat tampan dari remaja,"
Mendengar itu, Lisa tersenyum kecil. Ia sangat merindukan putranya itu namun ia tak sanggup untuk menemuinya. Rasanya ia belum bisa memaafkan kesalahan fatal Althan.
Ia akan selalu merasa bersalah ketika melihat putranya itu. Walau sudah bertahun-tahun, ia tetap tak merasa tenang.
Keluarga Tara pun tak menghubungi mereka lagi. Mereka seakan tak pernah kenal satu sama lain. Mereka pun seolah mengibarkan bendera perang dalam dunia bisnis. Mereka berlomba-lomba menguasai pasar-pasar Asia juga Eropa yang merupakan central bisnis dunia.
Dimana ada berita keluarga lirand pasti akan ada sangkut pautnya dengan keluarga Adijaya. Entah berita menjatuhkan ataupun kebersamaan.
Namun Althan tak terlalu memikirkan itu. Ia hanya fokus untuk memperluas kerajaannya. Ia juga tak terlalu meladeni serangan dari mantan calon mertua nya itu.
****
Aku gak tahu eh, gimana reaksi kalian. Komen dong, komen apa aja gitu.
Seputar pendapat kalian tentang sequel ini.
Kalau banyak yang gak suka kayaknya aku bakal unpublish sih,
Soalnya aku merasa gak pede aja gitu.
Terima kasih buat kalian yang sudah baca ALTAR 2
Salam,
Linaayaa_
KAMU SEDANG MEMBACA
ALTAR 2
ChickLit[Budayakan follow sebelum membaca dan vote ketika membaca] Sebelum baca ALTAR 2 sebaiknya baca ALTAR dulu ya, biar nyambung **** Memang benar kata orang penyesalan selalu datang belakangan, begitu pun dengan seorang Althan Bennedict Lirand, ia kehil...