Found Him

169 26 7
                                    

"Doy."

"Hm."

"Doy."

"Doy! Doy!"

"Apa sih?" ketus Doyoung. Matanya memincing kesal. Ia sedang asik membaca novel namun seseorang di sampingnya ini terus menerus menganggu.

"Bukunya seasik itu sampai dahimu berkerut. Hati-hati nanti cepat tua." Ucapannya diakhiri dengan kekehan kecil.

"Tidak ada korelasi sama sekali. Sesekali bacalah cerita tema seperti ini, aku pastikan kamu akan ketagihan." Ten menggeleng cepat. Namun, ia mengingat sesuatu yang sejak seminggu lalu memenuhi pikirannya.

"Ada apa?" Doyoung bertanya seolah mengetahui jika ada yang dipikirkan Ten.

"Selama beberapa hari, aku memimpikan sesuatu yang sepertinya saling berhubungan. Tapi aku tidak tau mimpi seperti apa."

"Kamu masih mengingat sepenggal mimpimu?" Doyoung mengalihkan fokusnya ke Ten. Sedangkan pemuda berkaus hitam memandang lagit-lagit atap dengan punggung yang sepenuhnya telah bersandar di sofa.

"Hm, hanya beberapa yang aku ingat. Hutan, teriakan orang namun aku tidak bisa mendengar jelas kalimatnya, dan satu nama yang selalu ada di mimpiku," jeda Ten. Ia mengubah posisi duduknya menjadi miring ke kanan, ke arah Doyoung.

"Siapa?"

"Youngheum."

Malam itu, Jaehyun mengajak orang tuanya makan malam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Malam itu, Jaehyun mengajak orang tuanya makan malam. Semenjak ia memutuskan untuk tinggal di kota, kepulangannya dapat dihitung dengan jari.

"Oh masih ingat rumah?" Suara bariton memecah sunyinya ruang makan. Jaehyun yang sedari tadi memainkan tabletnya menoleh ke arah sumber suara, tak lama senyum tanpa dosa ia tunjukkan.

"Selamat malam, Ayah, Ibu," sapa Jaehyun. Badannya membungkuk sedikit.

"Malam, Sayang. Huh apa kamu sibuk sehingga jarang pulang?" Wanita paruh baya itu mendekati sang anak, kedua tangannya merentang meminta sebuah pelukan.

Pelukan itu rasanya tidak berubah. Masih terasa hangat dan nyaman. Sedangkan alpha lain mulai jengah melihat istrinya terlalu berlebihan menyambut sang anak.

"Aisshh, Ayah," protes Jaehyun. Kerah kemeja belakangnya ditarik paksa oleh Ayahnya.

"Aneh melihat seorang Alpha yang terkenal dingin bersikap seperti anak kecil."

Jaehyun mendelik tak setuju, "Apa salahnya? Bilang saja Ayah cemburu."

Posisi Jaehyun dengan sang Ibu yang masih bersisian memudahkan dirinya bergeser ke belakang lalu memeluk wanita tersebut. Tatapan jahil ia berikan ketika melihat ekspresi Alpha di depannya berubah sedikit keras. Sedangkan Boa tertawa geli ketika mendengar geraman rendah Yunho.

"Lebih baik kita makan malam segera." Pada akhirnya Boa harus menghentikan perdepatan pasangan ayah-anak ini.

Kegiatan makan malam itu berjalan dengan damai,  hanya terdengar dentingan sendok ataupun garpu yang tanpa sengaja bersentuhan dengan permukaan piring.

"Jadi, ada apa mengajak makan malam bersama?" tanya Yunho setelah memastikan semua menyelesaikan makan malam.

Jaehyun meneguk pelan air putih miliknya lalu mengambil napas dalam. Ia kembali memastikan diri jika keputusannya untuk memberitau mengenai keberadaan salah satu keluarga mereka merupakan hal yang tepat.

Sesaat sebelum ia memberitau, Jaehyun kembali mengambil napas lalu menghembuskannya dengan perlahan. Ia menatap kedua orang tuanya secara bergantian.

"Aku menemukan keberadaan Youngheum," ujarnya lancar. Kedua pasangan itu saling menatap tak percaya. Apakah secepat ini? Bahkan rentang dari kejadian itu baru setengah abad.

"Kau yakin?"

"Sangat yakin. Aku telah meminta bantuan seseorang untuk menjadi temannya." Jaehyun kembali meyakinkan pernyataan yang ia lontarkan.

Ia meraih tablet yang tergeletak di kursi sebelah kanannya lalu membuka folder di mana berisi foto-foto sang adik. Jaehyun menunjukkan foto-foto tersebut ke kedua orang tuanya. Yunho dan Boa segera melihat layar tablet tersebut. Sang Ibu menatap tak percaya ketika melihat kembali salah satu anaknya diberi kesempatan untuk menjalani kehidupan.

"Youngheum," lirih Boa. Jari-jemarinya mengelus permukaan layar yang menampilkan salah satu foto anak bungsunya tengah tertawa bahagia bersama anak-anak kecil. Ia tidak dapat menahan air mata yang telah menggenang di pelupuk mata.

"Apa dia seorang manusia?" tanya Yunho. Tatapannya mengarah ke Jaehyun namun tangannya tidak berhenti mengelus pundak sang istri berusaha menenangkan. Sedangkan Jaehyun yang ditanya hanya bisa menggeleng tanda dirinya pun tidak tau.

"Aku tidak tau karena belum bisa memastikan apakah dia terlahir sebagai manusia atau sebangsa dengan kita."

"Siapa orangmu yang kau suruh menjadi temannya?"

"Beta Doyoung dan Beta Kun."

tbc

Hai haii, akhirnya up juga yaa😌😌
Masih ada yang baca gak ya??
Im really sorry kalau upnya lama banget, duh gak enak sampe dianggurin gini

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 13, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Chance | TaeTenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang