Besok adalah hari Selasa, tepatnya tanggal 21 April. Kini para osis tengah sibuk mempersiapkan acara untuk hari esok. Berbeda dengan para panitia yang sibuk berlalu lalang. Hana, gadis itu hanya melihat sembari menopang dagunya malas.
Esok dia harus mewakili kelasnya di ajang peragaan busana. Kostumnya sendiri di desain sedemikian mungkin agar terlihat simple namun elegan. Hana sendiri tidak habis pikir dengan jalan pikir teman-temannya. Bagaimana mungkin gadis yang tidak ada feminin-femininnya seperti dirinya dipilih untuk hal seperti itu. lagi-lagi Hana menghela napas beratnya.
Akhirnya Hana memilih untuk pulang dan berlatih berjalan agar terlihat anggun, dia bahkan dibantu oleh gadis paling rempong di kelasnya. Rena, itu namanya. Rena sendirilah yang mau menawarkan dirinya untuk membantu Hana memperbaiki cara berjalannya.
“Kaki lo tuh gini,”
“Terus gini,”
“Salah! Gak gitu, lo harusnya gini,”
Hans menghela napas lelah karena suara cempreng Rena yang tidak henti-hentinya mengomentari cara berjalannya, Hana merasa kalau dia sudah melakukan seperti yang Rena tunjukkan, namun sepertinya yang di lakukannya masih saja salah di mata Rena.
Latihan terus berlangsung hingga petang, itu pun berakhir karena Rena harus pulang jika tidak Hana tidak yakin kalau hari ini akan selesai. Selepas kepergian Rena, Hana segera masuk ke dalam rumahnya, membersihkan dirinya dan melihat grup chat teman sekelasnya. Setelah dirasa tidak ada yang penting Hana segera meletakkan gadgetnya dan menarik selimut, pergi ke alam mimpi.
Pagi harinya ia segera bersiap untuk pergi sekolah dengan baju santai tetapi tetap rapi. Setibanya di kelas ia di sambut dengan teman-temannya yang sudah bersiap untuk mendandaninya. Mulai dari baju, aksesoris, hingga make up tipis yang di bubuhkan di wajah cantiknya.
Sebenarnya tidak hanya peragaan busana, banyak lomba lain seperti memasak, cerdas cermat dan beberapa lainnya. Untuk para laki-lakinya sendiri mereka akan mengikuti lomba sepak bola dan basket antar kelas. Kata panitianya, “Kalau lombanya hanya melibatkan perempuan nanti laki-lakinya keenakan.”
“Lihat nih, hasil kerja keras kita,” seru Anet membuat semua atensi kini beralih kepadanya. Hana membalikkan tubuhnya, menatap satu persatu temannya yang kini tengah menatapnya takjub, mereka speechless.
Hana yang biasanya tampil biasa-biasa saja tanpa make up, kini menjadi seperti orang dari belahan dunia lain. Netra coklatnya sungguh sangat membantunya untuk semakin terlihat memukau. “Lap tuh air liur kalian,” celetuk Rena memandang satu persatu teman laki-lakinya tajam. Seperti tidak pernah melihat orang cantik saja.
Perlombaan peragaan busana pun di mulai, perwakilan dari masing-masing sudah maju satu persatu ke depan dengan sambutan yang sangat riuh membuat Hana semakin gugup. Hana menutup matanya sekejap dan mulai melangkahkan kakinya ke depan, tidak seperti sebelum-sebelumnya. Saat Hana menaiki panggung keadaan yang tadinya riuh seketika hening, Hana menjadi ingin kembali pulang saja. Hana menundukkan kepalanya bingung harus apa.
Tidak lama kemudian terdengar tepuk tangan dan sorakan riuh dari teman-temannya membuat Hana mengangkat kepalanya kemudian tersenyum manis yang membuat suasana semakin riuh, sedikit berjalan kesana-kemari di atas panggung kini Hana sudah turun dari panggung dan mengatur napasnya yang terasa sesak.
Dalam perjalanannya ke kelas banyak siswa-siswi yang terang-terangan menatap kagum ke arahnya membuat Hana risih sendiri. Ia di kelas sendirian, teman-temannya yang lain sudah sibuk dengan lomba masing-masing dan ada yang sedang sekedar menonton para laki-laki yang sedang bertanding.
Jam sudah menunjukkan pukul satu siang yang berarti pengumuman pemenang akan di umumkan sebentar lagi, yang tadinya di kelas segera menuju lapangan. Hana dan teman-teman sekelasnya sudah berkumpul di barisan depan tidak sabar menunggu hasil.
Mulai dari sepak bola dan basket yang sudah terlihat jelas pemenangnya kemudian di lanjutkan dengan lomba memasak, cerdas cermat dan yang terakhir peragaan busana. Hana hanya bisa berdoa semoga kelasnya bisa masuk ke dalam tiga besar.
Tanpa di sangka-sangka dirinya malah menjadi juara satu di peragaan busana ini, Hana segera di peluk oleh teman perempuannya dan yang laki-laki hanya bisa mengucapkan selamat dan ikut berbahagia atas kemenangannya.
Hana menaiki panggung dan menerima medali dengan perasaan senang yang meluap, “Sebelumnya terima kasih kepada panitia karena sudah memilih saya sebagai pemenang, kedua kepada teman-temanku yang sudah membantuku mempersiapkan ini semua, jika tanpa kalian aku sendiri tidak yakin bisa memenangkannya. Terima kasih semuanya,”
- Nadjua
KAMU SEDANG MEMBACA
Kartini : Habis Gelap Terbitlah Terang
PoetrySetaralah hak kami para wanita di bumi pertiwi Tak ada lagi kasta antara perempuan dan lelaki Yang ada hanyalah saling menghargai Semua diprakarsai oleh wanita tangguh bernama Kartini 21 April menjadi pertanda betapa besar jasanya Selamat hari Karti...