Hujan deras di sertai badai mengguyur sebuah desa. Membuat penghuni salah satu rumah memandang ke arah luar dengan perasaan cemas. Ia beberapa kali berlari ke arah jendela untuk menutup celah agar hujan yang di bawa angin itu tidak masuk ke dalam rumah.
"Mama."
Suara kecil nan menggemaskan tiba-tiba mengejutkan wanita berusia 25 tahun itu. Ia refleks menatap ke arah belakang di sana putra kecilnya tengah berdiri terlihat sangat ketakutan dengan cuaca ekstrim malam ini.
"Sayang, kamu bangun."
"Aldi takut angin Ma."
Wanita itu segera menghampiri putranya. Dan memeluk tubuh mungil itu dengan lembut mengusap punggung belakangnya agar putra kecilnya sedikit tenang.
"Mama di sini. Jangan takut."
"Di kamar atapnya bocor Ma."
Ekspresi wanita itu nampak terkejut.
"Jadi karena itu kamu bangun?"
"Iya."
Wanita itu menghela napas. Merasa prihatin dengan kehidupannya sendiri. Di usia anaknya yang menginjak 4 tahun ini ia tidak bisa memberikan kebahagiaan untuk putarannya.
Lastri adalah seorang ibu muda yang bertahan di desa ini untuk mengasingkan diri. Dengan berbekal uang 20 juta dari keluarga sialan itu Lastri akhirnya membeli sebuah bangunan kecil yang belum cukup layak di sebut rumah. Rumah ini seperti gubuk dengan dinding dan alas lantai yang terbuat dari anyaman bambu. Rumah panggung yang sangat tidak layak huni. Namun Lastri harus memanfaatkan uangnya untuk dibagi dengan membeli kebutuhan makanan dan keperluan lainnya. Karena kondisi itu lah ketika hujan seperti ini kerap sekali Lastri harus repot mengambil baskom untuk di simpan di bawah lantai yang atapnya bocor.
Kadang keadaan ini membuat Lastri tidak tega. Putranya yang sedang tertidur lelap harus terbangun karena hujan yang berjatuhan ke dalam bangunan rumah ini.
Lastri mengusap wajah Aldi yang lumayan basah. "Yaudah kita tidur di sini saja ya. Aldi tidur di pangkuan Mama."
Bocah kecil itu terlihat mengangguk. Lalu beringsut naik ke dalam gendongan Lastri. Wanita itu mulai bergerak dan memutuskan duduk di pojok bangunan yang tidak terdampak bocor.
Lastri berikan senyuman kecil saat Aldi menatapnya. Putra kecilnya terlihat tengah menatap Lastri dengan tatapan yang sulit di artikan. Mengerti dengan pemikiran anaknya yang sedang tidak fokus Lastri pun bertanya.
"Kenapa Sayang?"
"Ma, Aldi kangen Papa."
Denyutan sakit terasa menghantam degup jantung Lastri. Wanita itu segera menutupi ekspresinya dengan senyuman menenangkan.
"Kita jangan bahas lagi itu ya. Kamu sekarang hanya anak Mama. Bukan anak siapapun."
Mata Aldi terlihat berkaca-kaca.
"Iya Ma."
Meskipun usia Aldi masih terbilang kecil tetapi anak ini cukup pintar dalam mengulik kondisi hati ibunya. Ketika ibunya sudah melarang untuk menyinggung seseorang yang dibencinya berarti Aldi memang tidak boleh merindukan lelaki itu.
"Besok Mama berangkat ke kota. Mama mau kerja di sana. Aldi harus nurut sama simbok ya. Baik-baik di sini jangan main kemana pun."
Bocah kecil itu mengangguk mengerti.
"Aldi akan nurut sama simbok Ma."Lastri tersenyum. Mengusak kepala anaknya sayang.
"Yasudah sekarang kita tidur ya."
Kepala Aldi mengangguk lalu beringsut memeluk tubuh ringkih ibunya dalam dekapan mungil. Tanpa Aldi sadari Lastri meneteskan air mata kesedihannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mencintaimu, Tak Mudah!
RomanceLastri adalah ibu tunggal yang tinggal berdua dengan anak laki-lakinya. Harus menanggung beban kehidupan hasil dari kesalahannya bersama pria berengsek di masa lalu. Hingga kemudian takdir kembali mempertemukan Lastri dengan pria itu. Tian Agust A...