Aku berjalan menyusul langkah gadis itu. Jika di lihat-lihat sepertinya memang dia gadis yang ku lihat di bibir gang saat aku dan Thifa berada di kafe.
"Hai" sapa ku begitu langkah kami beriringan.
Dia menoleh ke arahku. "Selamat pagi, Bu" balasnya balik menyapaku.
Aku mengangguk sambil tersenyum.
"Siapa namamu?" tanyaku
"Tari, saya dari kelas 11A"
Aku terkejut mendengarnya. Pas sekali dengan jadwalku.
"Kebetulan, Ibu ada jadwal di kelas kamu"
"Oh, Ibu guru baru Bahasa Inggris yang diceritain anak-anak? Bu Inar kan?"
Keningku berkerut seketika. "Iya, nama Ibu Inar. Tapi diceritain anak-anak gimana?"
"Teman kelas ku ada yang suka sama Ibu, namanya Tony. Setiap Ibu lewat kelas kita, Tony pasti nyuruh kita diem supaya dia bisa khusyu liatin Ibu"
Mataku melebar mendengarnya, antara percaya dan tidak percaya.
"Dari kemarin Tony udah sibuk tuh mau ada pelajaran Ibu hari ini. Katanya hari ini dia harus kelihatan lebih ganteng" lanjutnya sambil tertawa.
"Yasudah lupain aja. Emh, kemarin Ibu liat kamu di jalan. Gantungan bendera Turkinya bagus" aku berusaha mencari topik lain.
Tari, memutar tasnya.
"Benar kan! Aku juga menyukainya" Dia tersenyum. Dan itu sangat cantik.
"Hmh? Itu pemberian seseorang?"
"Iya. Hadiah pertama dari seseorang" senyumnya masih bertahan.
Akhirnya, tinggal satu langkah lagi aku akan masuk ke dalam kelas 11A. Aku gugup, terlebih lagi begitu mendengar cerita Tari, membuatku semakin gugup. Bisa-bisanya seorang anak sekolah suka padaku? Seleraku kan om om ganteng kaya Song Jongki, Ji Chang Wook dan yang lainnya.
Hahaha... hanya bercanda.
"Selamat pagi, semua!" sapaku pada yang lainnya.
"Pagi, Bu" balas mereka yang langsung duduk di tempatnya masing-masing.
Aku menaruh buku di atas meja dan bersiap memperkenalkan diri.
Sebelum suaraku keluar, ku perhatikan dulu secara cepat anak-anak kelas. Tari duduk di barisan ke tiga dari pintu. Mejanya tidak jauh dengan mejaku, hanya terhalang satu meja untuknya bisa berada tepat di depa meja guru.
"Hai, semuanya nama Ibu, Ainar kalian bias panggil Bu Inar. Oh iya denger-denger katanya di sini ada yang menunggu kedatangan Ibu ya?" aku dengan gurauan pertamaku.
Anak-anak kelas serentak berseru pada satu murid yang duduk tepat di samping jendela kelas dekat pintu. Anak laki-laki itu terlihat salah tingkah. Aku hanya memantaunya dari sini sambil tersenyum.
"Jadi dia yang namanya Tony" kataku sambil mengangguk.
"Kayanya pagi ini ada yang abis dari salon nih. Rapih amat itu rambut" saut seorang gadis berambut pendek
"Kemarin ada yang sibuk milih parfum. Haha" kata pria di belakang Tony.
"Coba kasih waktu untuk Bapak Antony Yaputra berbicara" balas gadis lainnya.
Setelah salah satu anak perempuan mengatakan hal itu, Tony langsung berdiri dari kursinya. Ya badannya tinggi dan aku yakin dia lebih tinggi dari badanku. Wajahnya tampan, seperti khas-khasnya bad boy, hanya saja rambutnya lebih tertata rapih.
"Ekhem!" dehemnya disauti oleh seruan teman-teman kelasnya.
"Jadi gini bu, kemarin aku lolos audisi Boyband," katanya.
Jujur aku terkejut mendengarnya, anak-anak lain pun terlihat terkejut mendengarnya.
"Terus?" sahutku semangat.
"Tapi aku batalin, soalnya aku lebih suka jadi Boyfriend-nya Ibu. Eaa"
Mataku membulat tak terkontrol.
"ASTAGFIRULLAH! Bencana apa ini?!"
"Malaikat Izrail tolong angkut dia!" Seru murid laki-laki sambil memegang buku tergulung.
"Kayanya danau belakang cocok buat tempat pembuangan deh, ya gak sih?" Gadis di depanku menepuk-nepuk dagunya dengan jari.
Karena kalimat mematikan Tony kehebohan satu kelas tak terbendungi. Sedangkan pelaku membuat kehebohan ini malah memasang wajah sok cool nya yang membuat teman-teman kelasnya semakin geram. Bahkan aku sampai shock mendengarnya.
Anak SMA memang beda.
~~~
Hari ini termasuk hari yang unik dalam katagoriku. Banyak hal seru, belum lagi saat pagi hari di kelas 11A. Anak laki-laki bernama Tony sugguh anak yang lucu walau tampangnya seperti bad boy tapi itu jauh berbeda.
Kini aku berjalan dari sekolah menuju toko buku yang jaraknya tidak terlalu jauh, hanya tinggal melewati pertigaan maka aku akan sampai pada tujuan. Seperti biasa, jalanan dipenuhi berbagai macam kendaraan yang berbeda tujuan. Aku berjalan di terotoar sambil balas membalas pesan dengan Thifa lewat ponsel. Aku terlalu sibuk dengan ponselku sampai tak memperhatikan langkah dan bertabrakan dengan seseorang.
Ponselku jatuh dan beberapa benda orang ini pun jatuh di depanku.
"Tidak, ponsel baruku" aku merintis sambil berjongkok mengambil ponsel.
Saat hendak mengambil ponsel, mataku tak sengaja melihat benda yang jatuh milik orang ini. Tanda pengenal dari anggota kepolisian kota sebrang. Dan ternyata orang yang menabrakki ini seorang pria bernama Dimas Atriansa.
Aku mengambil ponsel dan tanda pengenal milik pria ini dan dia mengambil benda lain miliknya yang juga jatuh. Benda itu berupa helaian kertas yang lumayan banyak, entah mengenai apa.
"Maaf karena ketidak fok-" kalimat ku berhenti begitu pria bernama Dimas ini berdiri menghadapku.
Dia?! polisi?!
KAMU SEDANG MEMBACA
Still Young
Mystery / Thriller⚠️⚠️⚠️⚠️ Harap untuk kalian yang berusia di bawah 15 tahun, bisa baca cerita saya yang lain. Ini bukan hanya sekedar larangan tapi juga permintaan Author! ⚠️⚠️⚠️⚠️ **** "Tolong temukan kembaranku dan anak-anak yang lainnya" -Rierie Kepindahannya di...