Gantungan Bendera Turki -5

2 1 0
                                    

Pagi ini aku sudah sampai di sekolah. Duduk di kursi ku dan mulai mengoreksi tugas siswa kelas 12. Setelah hal yang menakutkan terjadi kemarin aku sempat tidak bias tidur kerena terbayang hantu-hantu di sekeliling. Tapi sosok hitam yang kemarin berada di lobi ternyata seorang pria yang aneh.

Bagaimana tidak? Dia berada di sekolah saat sudah tidak ada siapapun. Itu terdengar aneh kan?

-Flashback

Masih dalam posis duduk tergeletak di tantai karena terkejut sosok ini mendekat dan wajahnya mulai terlihat samar-samar.

"Kamu gak papa? Sakit gak?" tanyanya. Pandanganku jatuh pada kakinya, memastikan bahwa dia bukan hatu yang kakinya tak menyentuh bumi.

Aku sedikit lega begitu wajahnya terlihat jelas. Pria dengan hidung mancung dan rambut rapih mirip anak milenial sudah cukup membuatku semakin yakin bahwa memang dia adalah manusia.

Aku bangkit dan menyapu bajuku. "Enggak. Ini menyenangkan. Cobalah!"

Pria ini membuatku terkejut saja sudah membuatku kesal, apa lagi dia menanyakan hal bodoh yang harusnya dia sudah tau jawabnnya.

"Hah?" bingungnya.

"Jatuh itu kan sakit kenapa masih tanya?" aku kesal dan beranjak jalan beberapa langkah di depannya.

Langkahku berhenti begitu menyadari sesuatu yang nganjal. Aku berbalik badan dan mendekat kembali padanya.

"Siapa kamu?" mataku menyipit.

"Bukan siapa-siapa, hanya ingin melihat sekolah ini saja"

"Di jam segini?"

Dia mengangguk. Cepat-cepat aku berlari menuju gerbang depan menunggu satpam, firasatku tidak enak tentang pria itu.

Tak lama satpam datang dan aku langsung mengadukan semua hal pada satpam itu.

"Yaudah, Bu Inar pulang saja sudah mau malam, biar saya yang priksa kedalam"

Aku menyetujui perkataan satpam dan berlari menuju beberapa angkutan umum.

-End

"AINAR!"

Aku menoleh terkejut mendengar seruan yang begitu keras memanggil namaku. Lagi-lagi dan lagi, gadis bernama Thifa ini hobi sekali membuat gendang telingaku hampir pecah.

Ya! Thifa, menggeser pintu ruang guru sambil berteriak memanggilku, sontak itu membuatnya menjadi pusat perhatian dan guru lainnya yang duduk di bangkunya masih-masih hanya bisa menggeleng kepala sedangkan gadis ini tersenyum kikuk sambal meminta maaf.

"Ada apa sih? pagi-pagi udah gelar konser" tanyaku bagitu dia duduk di kursinya.

Thifa menggeser kursi, "Lihat-lihat!" dia menyodorkan handphone-nya dan menunjukkan ku pengumuman online.

Aku melihat layar ponselnya dan setelahnya aku menatapnya sinis sekaligus kesal.

Itu hanya sebuah pengumuman ringan tentang restorean baru di dekat sini yang buka hari ini. Menyebalkan sekali dia sampai harus berteriak memanggil namaku tadi.

"Pulang sekolah kita ke sini yu!" ajaknya

Aku menggeleng sambil kembali fokus pada tugasku.

"Ayolah... aku kepo sama makanannya" Thifa merengek menggoyang-goyangkan tanganku.

Aku menghela nafas dan berbalik menghadapnya. "Pulang sekolah aku harus beli buku pelajaran, Thifa Maharani"

"Beli buku dimana?"

"Toko bangunan" jawabku asal, lalu dia memukul lenganku ringan.

"Bukan itu maksudnya"

Aku memutar bola mata. Untung saja dia ini sahabatku, jika tidak? ah, sudahlah.

"Di toko buku deket pertigaan itu. Abis itu aku harus mall beli baju yang Ibu suruh"

"Aku bisa tunggu kamu di restorannya, nanti aku antar kamu ke mall" Gadis keras kepala ini tak kunjung menyerah membujukku.

Aku menatapnya tajam. Sudahlah aku lelah beradu argumen dengannya. "Hm. Iya"

"Yash!!! Gitu dong!" ucapnya dengan semangat.

Tak lama bel pertanda masuk berbunyi, aku dan Thifa langsung merapihkan buku dan berjalan keluar ruang guru bersama menuju tujuan masing-masing.

Hari ini aku dapat jadwal di kelas 11A yang mana kelas itu ada di lantai satu. Baguslah karena itu aku tidak perlu menaiki tangga lagi.

Masih dalam perjalanan menuju kelas 11A aku melihat sesuatu yang tak asing dikornea mataku. Seorang gadis berjalan di depanku dengan tas yang tak asing tapi aku lupa melihatnya di mana. Ku putar otak karena penasaran.

"Oh! Gantungan bendera itu," gumamku

Still YoungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang