chapter 1

1.5K 71 7
                                    

Nistakan saya. Saya buat cerita baru lagi padahal cerita yg lain blum selesai.

Oke enjoy !

Waktu itu musim semi. Pohon sakura bermekaran indah sekali. Warna merah muda terangnya tersebar di ranting pohong. Kelopaknya jatuh perlahan tertiup angin.

Seorang bocah bersurai hitam dengan rona merah manis di pipinya berjalan riang di sebuah taman. Tanganya menggandeng sebuah tangan yang lebih besar darinya. Tangan milik orang yang paling ia sayangi.

Orang itu bermuka mirip dengan bocah itu. Terlihat seperti kakaknya. Dan memang itu adalah kakaknya setelah terbukti bocah itu meneriakan sebutan untuk orang itu,

"Onii-chan !! Bunga sakuranya indah !"

Yang disebut tersenyum sambil mengusap rambut sang bocah sayang.

"Toru mau beli es krim ?" Tawar pria itu. Si bocah yang dimaksud bernama Toru menatap sang kakak polos memiringkan kepalanya.

"Es krim itu apa ?"

Sang kakak terkekeh kecil sedikit menghela napas menyesal. Ia terlalu membiarkan adiknya selalu penakut untuk keluar bermain.

"Toru tunggu di kursi taman itu ya. Kakak beli sebentar."

Bocah kecil itu menatap bangku yang di tunjuk kakaknya. Sang kakak menggendong adiknya kemudian menaruhnya dikursi.

"Tunggu disini dulu ya."

Si bocah kecil yang penakut menarik ujung baju kakaknya tak memperbolehkan pria itu meninggalkanya. Menggeleng berulang kali.

"Kakak janji kok bakal balik cepet. Jadi toru tunggu disini ne~"

Pria itu tersenyum dan berjalan menjauh belok ke kanan meninggalkan dirinya. Sendirian.

Sang bocah masih percaya kalimat kakaknya yang akan datang cepat sambil membawa benda bernama es krim itu, bersenandung sambil menatap kelopak merah muda indah sakura berguguran.

5 menit tak ada tanda kakaknya datang. Si bocah mulai cemas, bangkit dari posisi duduknya berdiri kemudian berjalan sesuai arah pertama kakaknya pergi meninggalkanya.

Matanya berkaca-kaca memanggil pelan nama kakaknya. Sampai lah ia disebuah tempat. Si bocah menatap, tubuhnya bergetar. Angin berhembus pelan menerpa tubuh mungilnya.

Merah.

Warna itu tersebar, berceceran dimana-mana. Bau tak sedap menambah sensasi dari warna mengerikan itu.

"K-kakak...."

Ia jatuh berlutut menatap seorang pria tua tinggi besar sedang asyik dengan sebuah benda tajam menusuki daging yang tak berbentuk berlumuran warna merah.

Suara kecil memanggil pria yang menjajikanya akan cepat datang yang sekarang sudah tak berbentuk lagi, membuat pria tinggi besar itu menoleh.

Tatapanya dingin, si bocah surai hitam seperti bisa merasakan es tumbuh di kulitnya menelimuti ditinya. Si bocah mundur perlahan sambil bergetar. Air matanya mengucur.

Pria itu mendekatinya.

Membawa bongkahan daging tak berbentuk itu mendekat.

Semakin

Dekat

Merah

Mengerikan.

Bocah yang mundur tersandung kerikil jatuh terduduk. Si pria mendekatinya memegang tanganya. Tangan kekar berlumuran warna merah itu meninggalkan bekas merah juga di kulitnya.

scaresTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang