chapter 2

991 70 6
                                    

Maaf klo endingnya gaje.

Enjoy my story and voted if you like !

---------

Kazuki diam menatap pria yang kini sedang gemetar ketakutan. Ia mendengar suara riuh tangga ditapak oleh kaki. Sepertinya setelah teriakan pria di depanya, nyonya Akata panik dan langsung naik ke kamar ini dengan terburu-buru

Dan perkiraannya benar.

Wanita itu segera masuk kedalam kamar yang kini ia masuki kemudian segera membantu pria itu sebuah pil. Kazuki tau pasti itu pil penenang.

Pria yang tadi berteriak itu segera tertidur. Nyonya Akata menghembuskan napas kemudian tersenyum sambil mengusap rambut pria tertidur itu.

Kazuki yang dari tadi jadi patung di depan pintu kamar menatap wajah pria yang tertidur itu. Entah kenapa....

Terlihat manis.

Nyonya Akata bangkit dari posisinya kemudian berjalan menuju jendela. Pecahanya tak terlalu banyak. Nyonya Akata memgambil benda bulat

"Maafkan anak saya atas perbuatan tidak sopanya." Wanita cantik itu membungkuk.

"E-eh justru saya yang salah. Saya yang membuat anak Akata-san terganggu."

Nyonya Akata tersenyum dan memberikan bola itu. Kemudian mereka keluar dari kamar itu, Nyonya akata menutup pintunya perlahan.

"Mau minum teh ?" Tawar wanita itu sambil tersenyum.

Kazuki heran, jangan jangan Wanita itu jelmaan malaikat. Cantik, baik, murah senyum. Ia sampai bingung apa otot dan tulang pipinya tak lelah untuk selalu tersenyum.

Kazuki mengangguk patah-patah. Pria itu mengantungi bola penyebab masalah itu kemudian berjalan mengikuti sang pemilik rumah.

Duduk di kursi makan, Kazuki disediakan secangkir teh dan sepiring bolu.

Ia menyendokan sepotong kemudian mengunyahnya. Kazuki melebarkan matanya. Rasanya benar benar enak.

"Enak..." gumamnya. Wanita itu terkekeh.

"Saitou-kun tinggal dimana ?" Tanya wanita itu. Sambil menelan roti bolu yang ia kunyah, Kazuki menyuruput tehnya kemudian menjawab.

"Tiga rumah dari sini. Akata-san boleh aku bertanya juga ?"

"Silahkan." Wanita jelmaan malaikat itu tersenyum.

"Boleh aku tau apa yang terjadi dengan anak Akata-san ?"

Senyumnya melemah.

"Namanya Toru. Umurnya mungkin sama dengan mu. Dia punya gangguan mental karena trauma yang ia alami saat dirinya berumur 10 tahun." Wajahnya yang cantik kini mulai mengalami tanda tanda ingin menangis.

Kazuki kembali menyimak.

"Karena kejadian itu ia tak mau keluar. Ia takut kejadian itu tertimpa pada dirinya lagi. Gejala mentalnya tak parah. Hanya ia sering teriak bila mengingat kejadian itu lagi. Ia tak bisa bersosialisasi dengan orang lain. Ia takut."

Kazuki menelan potongan terakhir bolu kemudian meneguk tetes terakhir teh yang disediakan.

"Terimakasih Akata-san atas cerita yang anda berikan pada saya. Maaf sebelumnya untuk semuanya." Pria cokela kemerahan itu membungkuk.

Nyonya akata tersenyum manis kemudian mengangguk.

"Boleh aku minta satu permintaan,Akata-san ?" Tanya kazuki.

"Ya ? Ada apa ?" Nyonya Akata menatapnya penasaran

"B-Bolehkah besok saya datang kesini lagi dan berteman dengan Akata-kun ?" Kazuki mengucapkan nya dengan nada canggung.

scaresTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang