Pesantren? What???

19 1 0
                                    

Seharusnya, sekarang aku sedang mempersiapkan peralatan untuk berenang dan snorkeling.

Seharusnya, sekarang aku sedang mengoleskan sunblock di bagian tubuh ku yang tidak tertutupi oleh pakaian renang, seperti bagian kaki, tangan, wajah dan leher.

Seharusnya, sekarang aku sedang berada di tengah lautan yang berwarna biru, memperhatikan beragam jenis ikan kecil yang sesekali mengelilingi tubuh ku.

Seharusnya, sekarang aku sedang merasakan sedikit debar karena melihat ada seekor ikan hiu kecil yang sedang berenang di kejauhan.

Seharusnya, sekarang aku sedang menatap takjub atas pemandangan terumbu karang yang menampilkan keindahan warna-warni seperti pelangi yang ada di dalam lautan.

Seharusnya, sekarang aku sedang berlarian di pinggir pantai sambil sesekali mencipratkan air ke arah Celine, Fatimah ataupun Dara.

Seharusnya, sekarang aku sedang menyiapkan beberapa potong ikan dan makanan seafood lainnya yang akan kami santap malam ini.

Seharusnya, sekarang aku sedang menikmati bau garam di pantai sembari mendengarkan Dara memetik gitar dan menyanyikan lagu romantis yang sering dia nyanyikan.

Seharusnya, sekarang aku sedang berjalan santai sambil sesekali melirik lawan jenis yang tampan yang berjalan dari arah berlawanan.

Seharusnya, sekarang aku berada di Raja Ampat.

Seharusnya... akh sudahlah. Semua hayalan itu hanya sebatas kata "seharusnya". Tidak menjadi kenyataan, hanya menjadi mimpi yang terus terngiang-ngiang.

Kenyataannya, jadwal liburan ke Raja Ampat harus ku batalkan sehari sebelum keberangkatan.

Kenyataannya, Celine, Fatimah dan Dara tetap melakukan perjalanan liburan tanpa aku.

Kenyataannya, aku harus merelakan fasilitas tiket pesawat first class yang tidak bisa di-refund.

Kenyataannya, aku harus meringis menahan kecewa ketika melihat foto Celine, Fatimah dan Dara sedang menikmati villa mewah yang kami sewa selama 1 minggu

Kenyataannya, sekarang aku sedang berada di waiting room, menunggu waktu keberangkatan menuju Jakarta.

Kenyataannya, aku harus mengunjungi papah yang sudah sudah lama tidak aku temui. Well, sekitar 7 bulan lah.

Kenyataannya, aku harus lebih memilih mengalah dengan keinginan papah daripada menimbulkan masalah yang tak kunjung selesai selama berbulan-bulan.

"Kita gak ketemu sekitar 7 bulanan. Kamu lebih memilih ke Raja Ampat daripada ketemu laki-laki yang darah nya mengalir di tubuh kamu? Seriously?"

Kalimat itu yang diucapkan papah ketika aku meminta ijin untuk pergi ke Raja Ampat. Rasanya kalimat tersebut terus terngiang-ngiang di kepala ku bahkan di saat tidur sekalipun. Kalimat itu lah yang akhirnya membuatku meminta maaf kepada Celine, Fatimah dan Dara karena aku tidak jadi ikut liburan ke Raja Ampat. Aku bisa melihat raut sedih dan kecewa di wajah mereka, tapi di samping itu mereka juga sangat sangat sangat paham dengan sikap dan sifat papah. Nobody can beat his statement.

Kalau papah bilang. "A" ya harus "A", kalau papah bilang "B" ya harus "B" dan kalau papah bilang harus ketemu ya berarti aku harus membatalkan semua schedule meskipun ada meeting penting sekalipun.

Pernah suatu waktu, aku harus terpaksa meminta tolong kepada Celine agar dia bisa menggantikan ku untuk presentasi di depan klien penting. Well, it's not an easy choice, but i have to do it. Aku harus ketemu papah di saat jam presentasi yang sebentar lagi akan dimulai.

Hijab Journey of KeiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang