Berulang kali aku memutar badan di depan kaca besar yang ada di kamar. Sudah tidak terhitung berapa kali aku mencoba baju gamis yang berserakan di lantai. Sebenarnya semua model gamisnya sama, lebar dan panjang, sehingga menutupi lekuk tubuh ku yang biasa ku perlihatkan. Tapi karena tidak terbiasa memakai gamis, aku merasa tidak cocok dengan semua gamis tersebut.
Setelah hampir setengah jam mencoba beberapa gamis, aku hampir kelelahan dan akhirnya menjatuhkan pilihan kepada gamis berwarna coklat muda yang cocok dengan warna kulit ku yang putih.
Aku menghela napas panjang sebelum keluar kamar. Ini pertama kali nya aku menggunakan gamis dan hijab for my daily life. Terasa aneh. Tapi aku berharap usaha yang aku lakukan ini bisa membuatku diterima dengan baik di lingkungan pesantren.
"You look so beautiful" suara Keenan yang sedang duduk di ruang tamu membuat ku tersenyum kecil
"Keliatan aneh gak sih Keen?" Aku bertanya penasaran
"I said you look so beautiful, not weird"
"Is that true?"
"100% true"
Ucapan Keenan barusan membuat ku sedikit lebih percaya diri untuk berjalan keluar Villa.
"Pak Dama, tahu gak papah kemana?"
Pak Dama yang sedang menyapu halaman seketika terdiam sejenak. Dia terlihat sedikit terkejut melihat peampilan ku yang jauh berbeda dari hari kemarin.
"Ini mba Keira?" Pak Dama bertanya sangsi
"Iya pak, ini Keira. Sekarang saya mencoba menggunakan pakaian yang sesuai dengan lingkungan pesantren"
"Alhamdulillah" pak Dama tersenyum hangat kepada ku
"Jadi pak Dama tahu gak papah ada dimana?"
"Oh pak Yulian ada di perpustakaan mba. Tadi katanya mau ketemu sama pak Ibrahim"
"Pak Ibrahim? Siapa itu?"
"Itu lho mba, anak nya pak Pras yang bekerja sebagai arsitek. Sebagian besar bangunan yang ada di pesantren ini dia yang merancang nya lho"
"Wah keren juga ya. Pasti arsitek senior nih" aku melihat sekeliling area pesantren yang memang dihiasi dengan bangunan-bangunan yang terlihat modern dan artistik.
"By the way, kalau mau ke perpusatakan lewat mana pak? Saya mau ketemu papah"
"Lewat sini, jalan lurus aja mba. Perpusatakaanya gak jauh, cuma sekitar 150 meter dari sini" pak Dama menunjuk ke arah jalan yang sudah di paving rapi
Aku berjalan dengan setengah berlari. Tidak sabar rasanya untuk bertemu papah. Aku ingin melihat bagaimana reaksinya ketika melihat ku menggunakan gamis dan hijab.
Dari luar bangunan aku bisa merasakan kalau ini adalah gedung perpustakaan yang bisa membuat para santri betah berdiam diri di dalamnya. Ketika aku masuk, mata ku disajikan oleh desain interior yang sangat menarik dan nyaman. Dilengkapi dengan rak-rak buku yang fleksibel karena bisa digeser untuk mempermudah para santri mencari buku yang ingin dibacanya.
"Keira???"
Suara yang sangat ku kenal tiba-tiba memanggil nama ku. Aku menoleh dan menghampiri papah sedang duduk di bagian kiri gedung perpustakaan. Papah terlihat sangat terkesima dengan penampilan ku.
"You look so gorgeous my baby" mata papah terlihat membesar dan tak henti-henti nya dia terus memuji ku
"Thanks pah" aku tersenyum dengan pipi yang memerah karena tersipu