1

86 14 0
                                    


    "Putri Leonhardt tersenyum kepadamu?bagai kucing disuruh bertelur.Tak mungkin!"

Jean berseru ke Armin yang sedang menikmati hidangan makan malamnya.Tadi,ia sempat ber cek-cok dengan dteman semasa kecilnya,Jean Kirstein.Pria berambut undercut,pemarah tapi peduli.Armin tadinya bercerita kalau tadi sore,sapaannya dibalas oleh Putri Leonhardt,Jean yang mulai dengki,berseru tak percaya.

"terserah dirimu sajalah,Jean.Mau percaya atau tidak,yang penting semut ditanah ataupun angin yang tak tampak wujudnya menjadi saksi,tadi Putri Leonhardt tersenyum kearahku!"balas Armin tak kalah sangar,

    Jean melebarkan matanya,agak kaget dengan Armin yang tiba-tiba muntab ,ia ikut beranjak saat Armin beranjak dari kursinya.

"kau lihat tidak,gadis berambut hitam yang biasanya rutin menjenguk Eren?aku jatuh cinta padanya"Jean berbisik

Armin memutar bola matanya malas,ia tau kalau Jean mengatakan hal ini,besoknya lagi ia akan berkata kalau dia menyukai gadis yang baru lagi.'suka suka hati kau lah,haish.Satu lelaki beribu cerita'.Hal yang lumrah bagi Armin yang tiap hari mendengar perkataan seperti itu dari muncung lelaki itu,siapa lagi yang mau meladeni Playboy papan bawah itu selain Armin?

   Sampai dikamar,Armin segera mengambil sebuah buku yang ia simpah diselipan antara ranjangnya dan dinding kayu,diambilnya pensil,lalu ia tuliskan sebuah kata di kertas nihil warna itu.

'Putri Leonhardt,meskipun kau tak tau tentangku,tak mengenalku.Tetapi,didalam lubuk hatiku.Aku mengagumimu.'


***

    Semakin Annie teringat dengan kejadian tadi sore,semakin penasaran ia dengan lelaki yang mempunya wajah seperti bayi itu,istilah jaman sekarang.baby-face.

ia mencoba menahan rasa penasarannya.Namun,mau bagaimanapun rasa penasaran itu akan mengalahkan dirinya.Ia menyibak selimutnya dan segera duduk di kursi yang menghadap tepat kearah jendela yang menampilkan cakrawala langit yang semu,dhiasi oleh berbagai gemintang.Tangannya mengambil pena dan buku,mencari sebuah halaman kosong dan mencoretkan pena itu ke kertas buku itu.

'Aku tenggelam dalam senyummu,

tenggelam dalam netra mu,

lelaki yang mempunyai netra seindah cakrawala biru.

Siapakah dirimu?'


Arunika [AruAni]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang