"Hidup itu bukan soal menemukan diri Anda sendiri, hidup itu membuat diri Anda sendiri."
-George Bernard Shaw-🦋🌹🦋
Ia duduk termangu dengan tatapan kosong lurus ke depan. Tak berkutik dalam beribu lamunan, memeluk diri yang menanam jiwanya yang gugur.
Bermeditasi entah berapa lamanya dalam kedinginan. Ia menggigil, tapi mati rasa.
Lamunannya pasti sudah kusang dan berdebu akibat dirinya yang setia dalam kesendirian.
Ia, Si Gadis, Perempuan, Wanita... Ia Ko Moonyoung.
Ia merasa bagaikan seekor kuda. Bila dihentak oleh tali kendali maka dengan cepat ia lari kocar-kacir.
Itulah dirinya, dipaksa lari menyusuri jalan paradigma kejam sungguh edan. Kekangan dan belenggu akan stigma terhadap dirinya, menghapus jati dirinya, dan membunuh jiwanya.
Siapa ia? Siapa dirinya? Dimana jiwanya?
Kini hanya tersisa Ko Moonyoung, gadis dengan jiwa tak utuh. Ia 'gadis tak bernyawa.'
Tok tok tok...
Sebuah ketukan membuyarkan lamunan kosongnya. Manik matanya bergerak melihat pintu yang perlahan sendirinya terbuka.
"Moonyoung-ah... makanlah walau sesendok saja. Eomma khawatir, lihatlah dirimu. Apa kau mau seperti ini terus? Kau nampak seperti mayat hidup. Eomma sakit hati melihatmu seperti ini."
Moonyoung sama sekali tak menggubris, bahkan matanya pun tak berkedip, tubuhnya terduduk kaku.
"Moonyoung-ah..." pinta sang ibu bergerak menggenggam tangan putrinya.
"Apa aku masih manusia? Manusia hidup dengan jiwa... sementara aku... aku bahkan tak tahu kapan diriku yang sebenarnya mati. Manusia hidup dengan jati dirinya, sementara aku... aku kehilangan itu entah sejak kapan," bisikan Moonyoung terdengar parau.
Ibunya menatap lekat wajah putrinya.
Mata sembab, tak ada emosi di dalamnya.
Ia seperti menangis, tapi tanpa air mata.
Hatinya tercabik... kemana putrinya yang selalu tersenyum? Kemana Moonyoung-nya yang manja?
Sang ibu merasa bersalah.
🦋🦋🦋
Di luar pagar rumah Moonyoung, seorang pria berdiri dengan gelagat resah.
Pria entah siapa itu, memakai topi, hoodie, dan masker serba hitam.
Akhirnya ia menekan bel yang terpasang di pintu gerbang.
"Nuguseyo? (Siapa?)" Tanya seorang wanita tua dalam monitor.
"Ini aku ahjumma.. Moon Gangtae... Apa Moonyoung...." belum selesai ia bertanya...
"Oh.. Gangtae-ya... tunggu sebentar!"
Tak lama ibu Moonyoung segera membuka pintu gerbang rumahnya.
"Kau mau melihat Moonyoung?"
"Ne. Aku... khawatir. Ba-bagaimana pun kami teman lama dan kembali bertemu lagi di project film yang sama. Ah..ahjumma tahukan aku sangat menghargai usaha Moonyoung selama bekerja sama denganku jadi...." jawab Gangtae agak gugup.
Ibu Moonyoung hanya tersenyum penuh arti, mengerti akan maksud pemuda itu. Sayangnya redaksi bahasa bahkan alasannya kurang tepat atau terlalu jauh dari alasan sebenarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Secret of Psyche
Fanfiction"Karena aku ingin belajar memahami dan ingin dipahami. Aku ingin bebas menjadi sebagaimana AKU. Bagaikan kupu-kupu yang terbang bebas, berharap 'jiwa' ini disembuhkan." ※※※※※※※※※ No specific description, just read it if you want. ★☆★☆★☆ Cover book P...