Tiga

3 1 0
                                    

Sepertinya delapan puluh persen kegiatan Qinan selepas pulang sekolah hanyalah memandang sebuah jaket denim milik Petir yang bergantung rapi dibelakang pintu kamarnya, setiap Qinan menatap jaket itu bayangan senyum tulus Petir selalu tergambar disana.

Petir adalah lelaki yang baik, seharusnya tidak ada yang perlu ditakutkan dari lelaki itu, Petir terlihat seperti pria kebanyakan dia sopan, dan lembut, jauh sekali dari definisi monster atau binatang buas, walau Qinan tau dia tidak terlalu mengenal siapa Petir tapi setidaknya itulah penilaian Qinan.

Sepertinya Qinan harus tidur sekarang memandangi jaket itu terlalu lama membuatnya seperti orang gila yang senyum-senyum sendiri dengan benda mati, tapi secara bersamaan juga setiap melihat jaket itu Qinan seperti menjadi wanita spesial hari ini.

Trett~~

Baru ingin memejam kan mata nama Nadin Awalin lagi-lagi harus membuatnya menunda tidur hanya untuk mendengarkan cerita random darinya.

"Gue kira lu udah tidur Nan,"

"Baru mau tidur ada apa Ndin?"

"Nan gue ada berita lu mau dengerkan?"

"Apaa?"

"Ceritanya kan tadi gue lagi beli nasi goreng depan Alfamart deket rumah gue noh, terus lu mau tau ga gue ngeliat siapa?"

"Siapa, Satria?"

"Ihh najis ngapain si lu Nan bawa-bawa nama dia, bikin ga mood aja"

"Maaf lagian si kamu tegang banget"

Firza Satria adalah sosok pria kesayangan Nadin mereka menjalani hubungan hampir satu tahun namun sayang hubungannya harus kandas karna Nadin memergoki Satria sedang jalan dengan perempuan di salah satu cafe.

Kasihan.

"Udah-udah ga usah ngebahas dia, sebel deh"

"Iya iya maaf, emang nya kamu ketemu sama siapa?" Qinan berusaha untuk membuat mood temannya itu kembali dengan mengalihkan pembicaraan.

"Gue ketemu sama Petir"

Mendengar kata Petir entah kenapa hati Qinan menjadi hangat ingat tanpa alasan.

"Ohh"

"Dia sama perempuan"

Duaarr!

Seharusnya Qinan biasa saja dia tidak perlu bangun untuk menetralisasikan degum jantungnya.

"Terus?"

"Lu tau ga, gue pikir ya si Petir itu cuma cowo badboy ternyata dia juga playboy, sok romantis lagi ngasih cewenya jaket terus pake narik cewenya supaya mereka pelukan jijik banget ga si, pengen muntah deh gue."

Qinan diam entah terlalu fokus pada topik pembicaraan atau pada gambaran bagaimana Petir memberikan jaket pada wanita yang diceritakan Nadin itu, pertanyaannya apakah Petir memberikanya dengan senyum manis lelaki itu apakah perlakuannya sama saat dia memberikan jaket denimnya pada Qinan atau hanya memakaikannya, tapi mendengar bahwa Petir menariknya untuk dipeluk pasti raut wajah Petir lebih dari sekedar senyum.

"Nana, lu tuh kebiasaan deh kalo diajak ngobrol diem mulu"

"Kan aku ngedengerin kamu, kalo aku ngomong kamu ngomong terus yang ngedengerin siapa?"

Penipu.

"Oh iyaa" terdengar suara tawa dari sebrang sana. "Gue cuma mau berbagi cerita geli gue aja si semoga terhibur"

Amin Paling Serius Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang