Empat

3 1 0
                                    

Rumah sepetak dengan suasana yang selalu ramai dengan teriakan Gibran atau suara genjengan gitar milik Raka, atau teriakan marah Petir saat kalah bermain game dengan Genta, kini suasana rumah itu dipenuhi dengan ketegangan dengan tatapan Naki dan Petir yang saling beradu di bola mata mereka tidak ada kedamaian yang terukir hanya benci disana.

"Apa mau lu?" Begitulah kiranya sambutan yang Petir awali saat Naki menuruni motor Vespanya.

"Bikin lu babak belur" ujarnya tanpa takut.

Mendengar tuturan itu membuat Petir terkekeh seakan-akan kata yang diucap Naki adalah lelucon. "Lu ga malu, dateng kehadapan gue lagi setelah perjanjian yang kita buat,--" Petir tersenyum meledek bahkan wajahnya dibuat setengil mungkin "ohiya lupa manusia kaya lu mana punya malu, buktinya mau menemuin gue lagi setelah kekalahan bulan lalu, kenapa ga terima ya?" sambungnya dengan nada sombong, jika Naki mau dia bisa saja langsung melayangkan pukulan keras nya ke muka mulus Petir itu namun tidak segenap kesabannya masih ia junjung tinggi.

"Kalo bukan karna Natya gue juga najis ketemu lu"

"Ga usah menjual nama orang demi menutup kegengsian lu"

"Eh bajingan denger ya, kalo emang lu punya masalah sama gue ga usah bawa-bawa Natya dia sama sekali ga ada hubungannya sama masalah kita" karna Kesal bahkan Naki sampai menarik kasar kerah baju milik Petir lelaki itu mempertajam tatapannya memandang Petir penuh dengki.

Sebelum bicara Petir menggibas tangan Naki yang memegang kerah bajunya dan merapikannya lalu menatap Naki tidak kalah tajam "maksud lu?" Tidak pura-pura bodoh namun Petir memang tidak mengerti apa yang dimaksud Naki.

"Alah ga usah sok tolol deh lu" teriak Naki penuh penekanan. "Natya datang kerumah gue tadi malem, dia nangis kalo bukan lu pelakunya siapa lagi anjing!" Naki berusaha keras untuk tidak melayangkan pukulannya hati nya memaksa untuk melakukan tapi otak sehatnya menyuruh untuk sabar.

Masih dengan tampang bingung namun Petir berusaha mengingat kejadian tadi malam ketika ia bertemu Natya di jalan saat dia baru saja pulang futsal. Dia tidak sengaja bertemu Natya perempuan itu berdiri di trotoar jalan matanya sudah berkaca-kaca Petir pikir wanita itu pasti sedang sedih, akhirnya Petir menepikan motornya dan berjalan menghampiri Natya dia membuka jaketnya untuk Natya karna wanita itu seperti kedinginan namun tanpa aba-aba Natya memeluknya menangis kejer dipelukannya, Petir hanya diam dalam kebingungan namun Petir membiarkan wanita itu menangis dipelukannya.

Bugh

Pukulan tiba-tiba itu membuat Petir terjukal bahkan tidak hanya Petir Raka pun ikut terkejut. Sangat nyeri itu lah yang dirasakan di pipi kanan nya. Pukulan Naki cukup kencang yang membuatnya terkejut entah apa salahnya, Petir tidak terima dia ingin bangkit dan membalas namun perkataan Naki membuatnya menunda niat,

"Kalo emang lu ga suka sama Natya lu ga bisa bahagiain dia balikin ke gue Tir, gue udah cape-cape bikin Natya bahagia dengan brengseknya lu dateng dan ngasih harapan ke dia" Petir diam entah karna apa dia harus diam namun kali ini pukulannya melayang cukup kencang dia membalas perbuatan Naki, bahkan sepertinya tidak hanya sudut bibirnya yang berdarah karna pukulan itu namun hidungnya pun ikut mengeluarkan darah.

"Kalo lu dateng kesini buat ngefitnah gue, lu salah. Karna asal lu tau gue ga pernah suka sama Natya, kita ga pernah deket gimana caranya gue ngasih harapan ke dia mik--"

"TAPI DIA BILANG SAMA GUE KALO DIA SUKA SAMA LU BRENGSEK"

Bugh

Dan lagi-lagi adu jotos pun tidak terkendali mereka saling menyerang satu sama lain tidak ada yang ingin mengalah atau kalah mereka semua seperti manusia kesetanan yang tidak punya sifat sabar.

Amin Paling Serius Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang