Attack

2.5K 304 20
                                    

Pemandangan yang amat langka, walau berjarak beberapa meter Jaemin masih dapat melihatnya.

Haechan terlihat berdiri dengan gugup di samping motor ninja seorang laki-laki.

Jika rahang mudah lepas dari tempatnya, Jaemin yakin saat ini rahangnya sudah jatuh ke lantai karena lama ternganga melihat hal langka tersebut.

Seorang Haechan? Bocah yang urat malunya dia kira sudah putus itu? Bagaimana bisa!

Seolah belum cukup, Jaemin kembali di buat syok ketika melihat wajah hingga telinganya Haechan yang memerah karena laki-laki yang dia yakini adalah Renjun mengusap puncak kepalanya Haechan. Dan jangan lupakan senyum malu-malunya Haechan itu,

Dengan dramatis Jaemin mendekati dua orang yang masih berada di depan gerbang sekolahnya itu, Jaemin mengerjabkan matanya. Menatap Haechan yang masih menunduk karena tersipu, Jaemin memekik.

"Oh, Nana? Hai?!" Renjun yang baru menyadari keberadaan Jaemin, melambaikan tangannya pada Jaemin.

"Ini sungguh Haechan?!" pekikan Jaemin yang tidak bisa dikatakan pelan membuat Haechan mendongak, hilang sudah rasa malu Haechan melihat wajah tercengangnya Jaemin. Haechan sontak terbahak, menunjuk-nunjuk wajah Jaemin yang terlihat aneh serta kocak.

Haechan bahkan tidak sadar jika Renjun yang memegangi pundaknya, karena kebiasaan Haechan yang tertawa seperti orang kehilangan fungsi kakinya tidak berubah dari dulu. Mleyot kesana kemari,

Jaemin sontak memasang wajah temboknya, dengan kesal dia menyentil dahinya Haechan.

"Sakit Na!" rengek Haechan mengusap-usap dahinya yang sakit,

"Kau menyebalkan Lee," Haechan mencebikkan bibirnya tidak terima,

"Dimana Jeno? Aku tidak melihatnya?" atensi Jaemin teralihkan pada Renjun, menatap Renjun dari ujung kepala hingga ujung kaki.

"Aku masih belum yakin ini kau, walaupun sebelumnya pernah melihat fotomu di instagram." Renjun terkekeh,

"Aku tumbuh Na, akan semakin aneh kalau aku masih sependek dulu." Jaemin mengusap-usap dagunya, menatap Haechan dan Renjun secara bergantian.

"Tapi melihat kebucinanmu pada si Echan ini, aku yakin jika ini Injun." Jaemin menatap usil pada tangan Renjun yang masih setia bertengger di kedua bahunya Haechan, Haechan sadar. Dengan segera dia kembali menegakkan tubuhnya, bergelayut pada lengannya Jaemin.

"Jeno tidak masuk hari ini, kau mau ikut kami menjenguk Jeno nanti?" Renjun mengangguk mengiyakan,

"Kalau begitu aku pulang," Renjun mengenakan helm full facenya, yang entah kenapa masih saja membuat Haechan ingin berteriak histeris. Padahal sepanjang perjalanan tadi Haechan terus memeluk Renjun dengan erat,

"Bye Na, Bye Haechan" Jaemin melambaikan tangannya agar Renjun segera pergi, Haechan? Jangan tanyakan bocah itu, karena tentu saja saat ini dia masih setia berlindung di balik lengannya Jaemin.

Setelah Renjun menghilang dari pandangan mata, Jaemin berbalik menyeringai pada Haechan dengan kedua alisnya yang dia naik-turunkan.

"A-apa?" Jaemin terkekeh mendengar Haechan yang tiba-tiba gagap itu.

"Mampus."

Setelah mengatakan itu tawa Jaemin meledak, berjalan meninggalkan Haechan yang masih berdiri blank di depan gerbang.

***

Acara menjenguk Jeno batal, karena ketika bel pulang sekolah berbunyi. Seoul sudah basah karena hujan yang turun dengan deras tanpa di sangka-sangka,

Beautifull K.A.R.M.A - RenHyuck [FIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang