Injun

2.8K 344 56
                                    

Haechan memang tipe orang yang cerewet dan humble, dia paling tidak suka dengan suasana sunyi yang canggung. Tapi beda kasusnya jika saat ini yang duduk di sebelahnya adalah orang yang sama sekali tidak dia bayangkan sama sekali.

Renjun,

Nama tersebut tidak pernah terbesit sedikitpun di dalam kepala cantiknya. Jika saja Jaemin tidak bertanya tentang Renjun kemarin di sekolahan, Haechan tidak akan ingat mungkin.

Karena memang dia dan Renjun bertemu saat usia dini serta tak sampai seminggu, yang membekas di otak Haechan hanya Renjun itu kurus, pendek, cengeng tapi mudah meledak emosinya. Layaknya caberawit ibarat dari Haechan,

Namun Renjun yang saat ini duduk di sebelahnya bukan lagi Renjun yang berumur empat tahun. Itulah yang membuat Haechan merasa aneh, Renjun sangat-sangat berbeda dengan si kecil Renjun yang dia kenal. Dia merasa canggung,

"Tidak bermain lagi dengan Nana?"

Haechan terkesiap, menatap Renjun manik matanya yang bergetar gugup.

"Ah, itu. Tidak," Haechan merutuki suaranya yang terdengar gagap, sial.

Renjun terkekeh, mengusak rambut blodenya Haechan.
"Kau canggung? Gemasnya si galak Echan jika gugup."

Haechan tercenung, seolah wajah Renjun yang tersenyum merupakan salah satu situs keajaiban dunia yang amat menakjubkan yang baru dia lihat. Sangat indah,

Haechan bahkan bisa merasakan badannya yang memanas akibat detak jantungnya yang bertalu-talu seakan hendak keluar dari tempatnya.

Jika yang mengusak rambutnya adalah si kecil injun Haechan akan langsung memukulnya, namun ini Renjun. Renjun yang berusia delapan belas tahun dengan tubuh tegap, wajah tampan, serta senyum yang entah sejak kapan berubah menjadi begitu mempesona.

Hingga sebuah tepukan lembut di pipinya membuat Haechan mengerjab,

Dengan cepat Haechan mengalihkan pandangannya, berdeham untuk menghilangkan rasa gugupnya.

"Akan aku ambilkan minum, cuaca agak panas." Haechan segera berdiri, melangkah menuju dapur namun tangannya tertahan.

Haechan menoleh, menatap tangannya yang di genggam Renjun serta wajahnya Renjun secara bergantian. Renjun mengusap barcelet yang melingkar dengan cantiknya di pergelangan tangan Haechan, seketika itu pula Haechan dapat merasakan seluruh bulu romanya meremang.

"Kau masih mengenakan pemberianku ini?" Renjun mendongak, menatap Haechan bertanyan.

Tidak baik, ini tidak baik untuk kelangsungan hidupnya Haechan. Dengan cepat Haechan melepaskan genggaman tangan Renjun padanya, mengangguk dengan cepat lalu secepat kilat Haechan menghilang di balik tembok menuju dapur.

Haechan bersandar pada tembok, tangan kanan menekan pada letak jantungnya yang seperti akan meledak. Pandangan Haechan kosong, seluruh wajahnya memerah. Haechan menatap sekitar dapur, sepi.

Haechan membekap mulutnya, guna meredam teriakan histerisnya yang tidak bisa di katakan pelan.

Ingat, Haechan paling lemah dengan namanya orang tampan.

***

"Jadi Renjun hanya akan sebentar di seoul?" Renjun mengangguk,

"Selama liburan ini mae, lagipula sebentar lagi ujian kelulusan. Tapi kemungkinan kuliah nanti akan di korea,"

"Benarkah? Lucas benar akan menetap di korea berarti?" Johnny yang duduk di depannya Renjun terdengar antusias, jangan lupakan Haechan yang duduk terus menempel di samping daddynya.

Bukan sekedar menempel, sembunyi lebih tepatnya. Karena tubuh mungilnya Haechan hampir tertutupi dengan tubuh tinggi daddynya.

"Iya paman, ... terus mendesak baba agar kembali ke negara asal ..."

"Haechan masih belum libur sekolah, masih dua hari lagi ya chan?" Haechan melongokkan kepalanya,

"Satu, tinggal besok masuk sekolah lalu libur selama seminggu." cicit Haechan menatap Daddynya, kedua mata Ten memincing. Menatap curiga pada anak perempuannya yang biasanya hiperaktif tiba-tiba menjadi seperti anak kecil yang penakut.

"Bagus, kalau begitu kau bisa menemani Renjun selama liburan nanti. Kau tinggal disini saja Ren, kedua orang tuamu juga masih di China, kan?" Renjun mengangguk, sepasang mata bulatnya Haechan membelalak tidak percaya mendengar ucapan Daddynya.

Seringai langsung terbit di bibir merahnya Ten ketika mengetahui alasan apa yang membuat Haechan jadi pendiam.

"Iya, kau bisa gunakan kamar Hendery sebelah kamarnya Haechan. Kebetulan Hendery akan pergi beberapa hari," Renjun menatap maenya Haechan,

"Apa tak apa-apa?" Ten tertawa, menepuk pundak Renjun.

"Kamar tamu masih kotor, apa kau mau sekamar dengan Haechan? Kalian dulu kan tidurnya sekamar waktu kau disini?" Renjun menggaruk tengkuknya yang tak gatal, tersenyum dengan canggung.

Tawa Ten seakan hendak meledak ketika dia melihat ekpresi lucu anak perempuannya, kedua matanya membelalak dengan sempurna serta bibir ternganga menatap dirinya dengan pandangan tidak percaya. Menjahili anak perempuannya itu memang suatu hal yang menyenangkan bagi Ten,

TBC

Uwuu, makasih bgt buat support kalian. Ternyata emg banyak yang lagi mabok Renhyuck, 😭😭.

Nah gegara vlive dream kmaren + konten 7chillin eps terbaru. Aku jd oleng lagi ke Nohyuck 😭😭 Jeno cemburunya comel bgt weh.

Markhyuck emg no.1, tp gethek2 cem Nohyuck, Renhyuck amat menggoda iman. 💚

Tertanda bundanya Lele, Bucinnya Echan.

Tertanda bundanya Lele, Bucinnya Echan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Beautifull K.A.R.M.A - RenHyuck [FIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang