Author POV
Sebulan berlalu begitu cepat. Levi tak lagi menganggap Erwin orang asing. Ia pun tak lagi mementingkan asal usul Erwin. Entahlah Levi merasa nyaman saat bersamanya. Sejak kejadian dua minggu lalu Levi selalu tidur bersama Erwin. Dalam dekapannya.
Erwin tak protes, karna ia pun juga merasa nyaman. Ia tak ingin berpisah dari Levi. Kini mereka berdua sedang bersantai disofa. Erwin sedang mengelus rambut Levi yang sedang membaca buku dalam pangkuannya.
"Tahukah kau kita seperti apa?" Tanya Erwin membuat Levi mengalihkan perhatiannya.
"Apa?"
"Kita sudah seperti sepasang suami istri sekarang." Jawab Erwin membuat wajah Levi memerah.
"Bodoh!" Pekik Levi sambil menghantamkan buku tebal ke kepala Erwin.
"Shhhsss...." Kepala Erwin berkunang-kunang. Tiba tkba sekelebat ingatan masuk kedalam kepalanya membuatnya mengerang kesakitan.
"Arghh!!"
"Erwin? Kau kenapa? Mana yang sakit?" Tanya Levi yang panik. Perlahan lahan sakit dikepala Erwin menghilang membuat siempunya bernafas lega.
"Aku tak apa..." Lirihnya sambil menatap Levi dalam.
"Serius? Mana yang sakit?"
"Aku tak apa Levi... Sebaiknya kita tidur. Ini sudah larut."
"Baiklah...."
Levi sudah tertidur tapi tidak dengan Erwin. Ia sangat bingung apakah ia harus jujur pada Levi apa tidak. Ia lebih memilih diam hingga saat yang tepat tiba.
*******
Seminggu sejak kejadian itu, hubungan Erwin dan Levi makin dekat. Saat pagi hari Levi mengatakan bahwa temannya akan datang berkunjung nanti siang. Jadilah Erwin sedang merapikan rumah bersama Levi yang sedang libur.
Siang tiba, seseorang mengetuk pintu dan dibuka oleh Erwin karena Levi masih dikamar.
"Masuk." Ucap Erwin. Menatap orang tersebut tubuhnya membeku.
"Pangeran!" Pekik Hanji membuat Levi yang baru datang terkejut.
"Pangeran? Apa maksudmu Hanji?" Tanya Levi tak mengerti. Hanji menatap Levi serius dan membuka suara.
"Sebaiknya kita masuk dulu..."
********
Hanji selesai menjelaskan dan kini Levi menatap Erwin tak percaya.
"Kau seorang pangeran?" Erwin mengangguk pelan. Ia tak tau rahasianya akan terbongkar secepat ini."Kau sudah mengingat ingatanmu kan? Kenapa kau tak mengatakannya padaku?!"
"Maaf... Aku tak ingin berpisah denganmu..."
"Sudahlah... Kau harus kembali ke kerajaan sekarang."
"Tapi-"
"Levi benar Erwin. Kau tak bisa selamanya tinggal disini. Negeri ini membutuhkanmu."
"Aku tak ingin berpisah dengan Levi!"
"Aku tau!" Bentak Hanji. Walaupun ia adalah bawahan Erwin, tapi ia dan Erwin berteman dekat. Sama seperti Hanji dan Levi.
"Erwin, kau harus kembali...." Ucap Levi lirih mengalihkan pandangannya dari mata Erwin yang menatapnya tak percaya.
"Tidak! Aku mencintaimu Levi! Aku tak ingin berpisah denganmu!" Ucap Erwin sambil berlutut didepan Levi. Ia menggenggam kedua tangan Levi sambil menangis.
"Aku tak ingin berpisah denganmu, tapi negeri ini membutuhkanmu..."
"Tapi..."
"HENTIKAN DRAMA KALIAN SIALAN!" Teriak Hanji membuat Erwin dan Levi menatapnya.
"ALIS! KAU AKAN MENJADI SEORANG RAJA! KAU MEMBUTUHKAN PENDAMPING HIDUP!"
"Jadi??" Tanya Erwin tak mengerti. Air matanya sudah tak lagi mengalir.
"KAU BISA MENIKAHINYA BODOH!!! UGH! BAGAIMANA SEORANG PANGERAN BISA SEBODOH INI?!" Teriak Hanji frustasi.
"Ehehehehe.... Iya juga..." Kata Erwin sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Ia kembali menatap Levi lekat.
"Maukah kau menikah denganku?" Tanya Erwin membuat Levi menangis haru.
"Ya!"
"AKHIRNYA! SI CEBOL GA JOMBLO! HORE!!!" Pekik Hanji ikut bahagia.
"Memangnya umur Levi berapa?"
"20 tahun."
"Wah, setahun dibawahku ternyata."
"Ya, bukankah umurmu 20 tahun dua minggu lagi?"
"Iya, dan disaat itu penobatan atan dilakukan!"
"BERARTI KITA HARUS CEPETAN BALIK! KITA HARUS NYIAPIN ACARANYA!"
"WOI! NANTI PEKERJAANKU GIMANA?!"
"NANTI TEMENKU YANG GANTIIN TUGASMU! UDAB CEPAT! KELUAR! KUNCI PINTU!"
"BARANG BARANG GUE KAMPRET?!"
"NANTI DIBELIIN ERWIN! IYAKAN WIN?!"
"Iyain dah. Udah ayo jalan."
"Baiklah..."
********
Dua minggu kemudian Erwin sah menjadi raja dari negerinya dan sudah sah dengan dang istri yang tak lain adalah Levi Ackerman. Ralat, sekarang Levi Smith.
********
Tujuh tahun berlalu dan Levi kini sudah membangun keluarga kecil bersama suaminya.
Siapa sangka ia yang seorang lelaki ternyata bisa hamil. Yah, walau rahimnya tak subur setidaknya ia melahirkan seorang anak lucu berambut pirang bernama Armin Smith.
Kini Levi sedang duduk dibangku taman. Memperlihatkan anaknya yang bermain bersama teman temannya. Eren dan Mikasa.
Seseorang datang dan memelik lehernya dari belakang. Ia berbalik dan melihat wajah Erwin yang tersenyum sambil menatap para anak.
"Kau ibu yang baik."
"Kurasa tidak. Kau ayah yang baik. Kau bisa membagi waktu antara pekerjaan dan keluarga."
"Tapi kau mengurus anak kita tanpa bantuan para pelayan. Itu hebat."
"Ah, berarti dulu kau dibesarkan oleh para pelayan?" Tanya Levi. Erwin memutari kursi dan duduk disamping Levi.
"Yap, ibuku meninggal saat melahirkanku. Dan ayah sibuk bekerja. Kau pasti mengerti."
"Yah, aku sangat mengerti.
"Hei Levi?" Levi menoleh dan saat itu juga Erwin mengecup bibirnya membuat Levi malu.
"Aku mencintaimu." Ucap Erwin sambil memeluk Levi yang balik memeluknya.
"Aku juga mencintaimu." Balas Levi sambil menyembunyikan wajahnya didada Erwin.
"Ma, ayo kita main!" Ajak si kecil Armin. Armin dan kedua temannya mendekati mereka yang sudah melepas pelukannya.
"Ayo paman Erwin! Kita main!" Ajak Eren antusias. Ucapan Eren itu diangguki oleh Mikasa yang kini menatap kedua orang tua Armin berbinar.
"Baiklah! Ayo kita main!" Ajak Erwin sambil mengangkat si kecil Armin. Membawanya dalam gendongannya.
"YEY!!" Pekik para anak senang. Mereka akhirnya bermain hingga matahari terbenam.
Yah, begilah perjalanan cinta Levi dan Erwin yang tak terduga. Berawal dari menolong orang asing hingga akhirnya memiliki keluarga bahagia.
FIN
Persembahan buat yang minta gue nulis eruri. Maaf klu kurang memuaskan 😅
Makasih udah baca ya
Jangan lupa votmen lo!
Maaf kalau ada banyak typo:)
Sampai jumpa dibook selanjutnya
See you 😘
KAMU SEDANG MEMBACA
THE KING
FanfictionLevi menemukan seseorang dipinggir pantai. Apakah ia harus menolongnya? Warning! BXB Eruri Homophobic minggir!