"KAK ASA KAK BULAN"
Suara itu membuat Angkasa dan Bulan langsung menoleh ke arah Nahla sang pelaku.
Nahla menghentak-hentakkan kakinya sambil menuruni tangga, dan memajukan bibir bawahnya ketika sudah sampai di ruang televisi.
"Kenapa bibir lo di maju-majuin? minta di cium? masih bocah juga"
Mendengar perkataan Angkasa, Bulan langsung mencubit kakaknya yang asal nyeplos.
"KAK BULAN!"
"hm, kenapa?"
Nahla duduk ditengah-tengah kedua kakaknya, dan menolehkan kepalanya bergantian melihat ke dua kakaknya.
"Kamera gue hilaaaaang, hueeee" Nahla menangis, Bulan dan Angkasa mengernyitkan dahinya.
"Kamera yang mana? kamera pon—"
"IH BUKAN PONSEL!!" Nahla memotong kalimat Angkasa, dan semakin mengeraskan tangisannya.
"Aduh, kamera yang mana sih la" Bulan mulai pusing.
"Kamera yang di beliin mama, tahun kemarin"
"Oh yang itu, emang lo taruh di mana terakhir kali?"
"Ya mana gue tahu kak, kalo gue tahu gue nggak bakalan nanya sama kalian"
"Sejak kapan hilangnya?"
"2 hari yang lalu"
"KOK BARU BILANG?!"
"YA KAN BARU INGET"
"Terus kita mau ngapain" ucap Angkasa yang sedaritadi hanya mendengarkan.
Nahla menghembuskan napas pelan "ya kita cari lah kak, bantuin gue nyari gitu"
Kedua kakaknya hanya ber-oh ria.
"IH KOK CUMA OH DOAAAAANG" Nahla bangkit dari duduknya dan menghentak-hentakkan kakinya di depan kedua kakaknya.
Bulan menghela napas kesal, "Lo udah nyari kemana aja?"
"Seluruh rumah udah, tapi nggak ada"
"Rumah doang?" ucap Angkasa sambil menyomot makanan yang ada di meja.
"Iyalah, mau nyari kemana lagi kak? gue yakin kamera itu hilangnya sekitar rumah, kalau nggak di sekitar, terus dimana?"
Bulan dan Angkasa mengendikkan bahunya. Nahla kemudian bersedekap membelakangi kedua kakaknya, mulai kesal karena tidak ada yang membantunya mencari solusi.
"Lo terakhir main kemana?" Nahla membalikkan badannya menoleh ke arah Angkasa.
"Gue nggak main, gue kemarin cuma sekolah, habis itu langsung pulang, terus tidur, dan nggak kemana-mana"
Bulan menyikut lengan Angkasa, "Bener juga sih sa, kemarin dia kan sama kita terus di rumah"
Angkasa mengerutkan keningnya, dan menatap Bulan dengan tajam, "Kakak! udah berapa kali sih gue bilang, sasa mulu,"
"Iya iya maaf."
"Bentar lagi palingan ke ulang lagi"
"Aduh sa—eh kak, sorry gue masih belum terbiasa manggil lo kakak"
"Yaudah makanya di biasain"
"Iy—"
"ADUH KOK MALAH BERANTEM SIH, BUKANNYA NYARIIN SOLUSI,"Nahla semakin kesal dengan kedua kakaknya.
"Oke oke, lo kemarin nggak kemana-mana, terus kemarinnya lagi lo kemana?" ucap Angkasa.
"Gue" Nahla nampak berfikir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Complement
Teen FictionAlam Aldebaran, seorang mahasiswa yang terkenal sebagai fotografer di dalam kuliahnya, terkenal sebagai laki-laki dingin namun nyatanya komedian, laki-laki pendiam namun diam-diam banyak bicara. Laki-laki yang tidak pernah merasakan jatuh cinta pada...