👑 T i g a b e l a s 👑

173 12 0
                                    

"Assalamualaikum." Ucap seseorang dari luar sembari mengetuk pintu. Kentara sekali bahwa itu suara Kak Bintang.

Gue langsung mengambil sepatu kets dan turun ke bawah.

"Mau kemana dek?" Gue refleks berhenti di depan kamar Bang Diego. Ini orang kepo bener deh.

"Kepo Lo kak. Jomblo diem." Ucap gue dan langsung lari. Takutnya Bang Diego ngajak baku hantam setelah mendengar ucapan gue.

"Adek laknat Lo setan!" Teriaknya dari kamar. Sungguh mulutnya tidak bisa di filter. Gak tau apa kalau ada tamu dibawah? Gue cuma meringis kala melihat Kak Bintang dan mama yang memperhatikan gue.

"Maaf yah nak Bintang. Dara suka berantem sama kakaknya. Kadang tante pusing sendiri liatnya, apalagi kalau udah kasar gitu."

Kemudian mama beralih menatap gue. "Kamu nih kebiasaan, gak malu sama Bintang? Berantem mulu kalian."

"Aduh ma, nanti aja ngomel nya yah? Dadah mama, assalamualaikum." Gue buru-buru menarik tangan Kak Bintang ketika dia selesai bersalaman dan pamit pergi ke mama.

"Kamu nih jangan lari-lari, ntar jatuh." Dia menahan lengan gue yang hampir aja nabrak kursi diluar.

Gue cuma cengengesan dan buru-buru memakai sepatu. Namun sialnya karena terburu-buru gue jadi amnesia sendiri mengikat tali sepatu.

Tangan gue ditahan Kak Bintang. Kemudian dia berlutut di depan gue dan memperbaiki letak sepatu dan mengikat talinya dengan rapi.

"Kamu kenapa sih? Dari tadi buru-buru terus. Aku masih disini loh, gak ninggalin kamu." Ujarnya yang mendongak ke atas tanpa mengubah posisinya.

"Hehehe, takut kakak kelamaan nunggu." Balas gue yang masih duduk di atas kursi.

"Ekhem!" Kejut seseorang dari arah pagar. Sial, menganggu suasana saja.

"Ganggu aja Lo setan." Maki gue ketika tau orang itu adalah Gara.

Dia hanya membalas tampang datar nya aja ke gue sebagai balasan. Dan masuk ke dalam rumah setelah bertos ria ala lelaki dengan cowok gue.

"Ngapain Gara ke rumah kamu?" Tanya Kak Bintang ketika mulai menjalankan motor.

"Biasalah, main." Jawab gue seadanya. Toh memang benar Gara sering main ke rumah gue, tapi sama Kak Diego sih. Yakali kita berdua se-akur itu dalam kata main. Bedalah.

"Main?" Tanyanya lagi. Owh jangan lupakan, yang bertanya tadi adalah pacar gue.

"Iya, main sama Kak Diego dia mah. Gak tau deh ngapain, pokoknya mereka berdua sering main PS sih yang aku liat. Atau gak di dalam kamar nonton." Jelas gue.

Kadang Gara seperti tuan rumah di rumah gue sendiri. Makan dengan lahapnya, dan tidak lupa gue yang selalu berantem dengannya. Iyalah, dia yang berantakin rumah tapi gue yang beresin. Emang gak tau diri.

"Jadi kamu maunya kemana?" Tanyanya.

"Keliling aja, terus kalau capek cari tempat duduk aja. Kalau laper berhenti cari makan."

"Polos bener jawabannya. Itu mah kakak juga tau." Ledeknya.

"Eh kak? Ini kayaknya mau hujan deh." Ucap gue sambil melihat ke atas. Gue ngerasa beberapa bulir air mengenai wajah gue.

"Masa sih? Perasaan siang tadi cerah aja. Gak ada tanda-tanda hujan." Tiga detik setelah itu hujan turun mengguyur jalanan. Buru-buru Kak Bintang menepikan motornya di depan taman yang kita lewati.

Dia merangkul gue dan meletakkan telapak tangannya di atas kepala gue. Padahal gue bakalan kena percikan hujan juga walaupun gak sebasah Kak Bintang.

E c l i p s e [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang