👑 S e p u l u h 👑

242 23 0
                                    

Perihal gue yang di curigai ada apa-apa sama Kak Bintang akhirnya terbukti memang benar ada apanya.

Kemarin, dimana malam Kak Bintang ke rumah gue. Ternyata diciduk Kak Basti, dia gak sengaja lewat. Dan Boom! Berita itu menjalar di telinga Alaskar, juga anak sekolahan.

Yah gue tau karena semalam Kak Bintang alias pacar gue nelpon. Karena katanya siang itu langsung heboh oleh angkatan kelas sebelas. Jangan tanyakan angkatan kelas gue, mereka pasti tau karena dinding bertelinga.

Dan sekarang adalah saatnya dimana gue kembali menjadi pusat perhatian SMA Bangsat. Kalau dipikir-pikir gue kayaknya suka buat kehebohan deh belakangan ini.

Pas jam istirahat tiba, gue sebelumnya dimintai tolong guru matematika untuk membawa buku cetak ke ruang guru.

Pas gue keluar ruang guru dan jalan di koridor, terdengar bisikan-bisikan kakak kelas. Kelas sebelas tepatnya, karena sungguh demi apapun hubungan gue sama anak kelas duabelas baik-baik saja.

Bisikan itu seperti 'Ih ternyata dia mutusin Fares karena selingkuh sama Bintang' atau 'Wah mau aja Bintang sama bekasan Fares yang modelnya cuma gini doang?!'

Herannya, gue gak ada dekat loh sama anak kelas sebelas. Cuma sekedar tau nama aja, dan itu juga tidak semua. Tapi mereka menggunjing gue terang-terangan seolah-olah gue pernah bermasalah besar sama mereka sebelumnya.

"Woi! Anjer juga itu kakel natap sohib gue terang-terangan. Minta di sleding nih?!" Sindir Lavina yang tiba-tiba ngerangkul gue dari belakang.

Lalu muncul Lami, Dita, Ana yang berada di kiri dan kanan Lavina.

"Minta di congkel itu matanya. Iri Lo?!" Tambah Dita yang sama gilanya dengan Lavina.

Mereka tiba-tiba muncul, menyindir kakak kelas yang lewat, lalu berakhir menarik gue ke kantin.

"Jadi itu bener?" Tanya Lami yang duduk di samping gue dan Ana.

"Iyaa. Tapi salahnya dimana coba? Kan jelas-jelas si Fares gak mau." Jelas Dita yang duduk di depan gue bareng Lavina.

"Iyaa sih. Udahlah, jangan diladenin orang yang suka ngurus kehidupan kita. Toh mereka juga gak berperan penting di kehidupan kita. Santai Ra, ada kita kok kalau ada yang macam-macam." Setelah mengatakan itu, Ana segera memesan makanan yang bahkan belum gue bilang mau mesan apa.

"Jadi Kak Bintang gimana orangnya?" Lami sengaja menarik-turunkan alisnya sembari bersedekap dada di samping gue.

"Menurut mbak nya saha?" Tanya gue balik yang sangat malas meladeni mereka berempat yang terlalu kepo.

"Eh itu si Neza kayaknya minta di colok juga matanya pake garpu deh." Dia sedari emang ngasih tatapan tajam ke gue di seberang sana. Perihal tentang dia yang mencari masalah sama gue beberapa hari yang lalu.

Lavina yang mulutnya emang suka lemes dan bocor juga malah menceritakan perihal itu ke anak-anak di kelas. Tanggapan mereka juga gak jauh beda dari Lavina. Bahkan beberapa dari mereka ada yang mau ngelabrak Neza. Ya gue larang lah, ntar masalahnya jadi besar. Malu coy berantem cuma gegara cowok.

"Pantesan pas praktek lapangan pramuka Kak Bintang merhatiin Lo terus. Gue gak mau bilang sih, takut Lo nya geer duluan." Kalimat yang bahkan gue rasa sangat istimewa itu meluncur begitu saja dari mulut Ana.

E c l i p s e [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang