Chapter 2

27 14 7
                                    

Beberapa waktu telah berlalu sejak pertemuan ku dengan Ella, Aku dan Ella berjalan ke gedung fakultas. Kami berada di Fakultas yang sama yaitu The Graduate School Of Arts And Science, bidang Arkeologi Klasik. Banyak sekali hal yang telah kami bicarakan, seperti apa yang dilakukan saat liburan dan alasan mengapa Ella tidak menghubungiku. Ella juga datang bersama saudaranya yang bernama Fahrel. Dia tinggi, wajah nya tampan, dan tubuhnya benar-benar atletis. Ella baru saja memberitahuku bahwa Fahrel baru-baru ini mengikuti kegiatan renang.

Kami melanjutkan perjalanan menuju ke gedung fakultas. Bangunannya benar-benar bergaya klasik. Ketika memasuki gedung, aku melihat sudah banyak mahasiswa yang mulai berdatang.

"Sepertinya semuanya adalah mahasiswa baru, aku benar-benar tidak mengenal siapapun selain kalian berdua." ujar Ella sambil menghela nafas. Aku hanya tersenyum.

Lalu, semua mahasiswa baru diarahkan oleh para panitia untuk masuk ke sebuah ruang auditorium yang besar, dan itu cukup untuk menampung semua mahasiswa yang berada di dalamnya. Kami segera duduk di kursi yang telah disediakan.

Tak lama, acara penyambutan mahasiswa baru pun dimulai. Seorang lelaki tampan naik ke atas panggung.

"Oh My God. Dia sangat tampan." ucap Ella yang tampak terhipnotis oleh lelaki di atas panggung.

"Apa dia selalu begitu?" Tanyaku kepada Fahrel.

Fahrel menghela napas.
"Abaikan saja dia." balasnya yang tampak jemu akan sikap saudaranya. "Dia bukan saudaraku." lanjutnya lagi. Ella mencubit perutnya keras.

"Auw, sakit Ella." Fahrel meringis. Ella tampak tak perduli, lalu memutar badannya menghadap ke arahku.

"Oh iya Cellya, kau sudah dengar, belum? Biasanya mahasiswa baru yang mendapatkan nilai tertinggi di ujian masuk kemarin, akan disuruh berpidato pendek pada acara penyambutan. Berarti laki-laki itu adalah yang terpintar di angkatan kita." Ujar Ella menjelaskan. "Oh astaga, di tambah lagi dia tampan. Calon suami idamanku." sambungnya lagi.

"Hmm, begitu ya." komentar ku sambil tersenyum kikuk.

Lelaki yang ku ketahui bernama Jacob itu telah selesai berpidato, MC kembali berbicara.
"Itu dia pidato pendek dari peringkat pertama tahun ini. Selanjutnya adalah sambutan dari alumni kita, yang kini menjabat sebagai CEO Milton Corporation. Mari kita sambut Alexander de Milton." Semua orang bertepuk tangan.

Aku melihat seorang lelaki yang sangat tampan. Ia berbalutkan jas berwarna hitam yang sepertinya sangat mahal. Ku amati wajah lelaki itu, mungkin sekitar dua puluh lima tahunan. Ia naik ke panggung, lalu mulai berpidato.

"Hihihi." kikik Ella tiba-tiba, membuat bulu kuduk meremang seketika berdiri. Aku memalingkan wajahku dari panggung lalu menatap Ella sejenak, ia hanya mengangkat bahu.

"Tutup mulutmu, Cellya." lanjutnya yang masih saja menahan tawa.

"Hah? Aku tidak membuka mulutku." jawabku.

"Sepertinya, kau tidak bisa melepaskan matamu dari lelaki di atas panggung itu" godanya. Aku memutar bola mataku.

"Aku tidak tertarik dengannya." ujar ku langsung. Aku akui dia memang tampan, tapi firasatku mengatakan bahwa dari tampang dan sikapnya, tampak sangat sulit untuk didekati.

Ella menatapku tidak percaya.
"Sungguh? Apa kau serius!? Perempuan normal pasti akan langsung tertarik ketika pertama kali melihat dia." Ujarnya tampak heran.

"Maaf, mengecewakanmu. Tetapi aku bukan termasuk kategori 'Perempuan Normal'. Aku hanya lagi mengobservasi penampilannya saja, bukan tertarik dengannya." Jawabku dengan nada datar. Kulihat Fahrel yang disebelah ku tampak sedang menguping pembicaraan kami. Ella mengangkat sebelah alisnya dan bertanya. "Really?"

 SEE YOU AGAIN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang