Page 1 : Paris Ooh La La

52 15 2
                                    

You got me down on the floor. So what you bring me down here for? If i was a man i'd make my move. If i was a blade i'd shave you smooth. If i was a judge i'd break the law. And if i was from Paris. If i was from Paris. I would say, ooh la la la la la la la....

Aku pernah mendengar lagu itu sebelumnya. Paris Ooh la la, pastilah adikku, Yang Jeongin, yang memutarkan lagu itu pada ponsel miliknya. Hari itu pun telah datang menyambut diriku. Aku dan Jeongin segera berkemas dan langsung buru-buru berangkat ke Bandara Incheon.

Tak lupa untukku berpamitan kepada Paman dan Bibiku yang selama ini sudah mau berbagi tempat tinggal dengan kami. Kami akan pindah sementara ke Paris karena aku yang mendapat beasiswa berkuliah di sana dan aku juga ingin Jeongin meneruskan sekolah menengahnya di sana.

"Dek, istirahat ya. Perjalanan kita masih sangat panjang," pintaku pada adikku satu-satunya, Jeongin.

Bocah lelaki itu tersenyum manis dengan menenggelamkan matanya dan menyunggingkan lesung pipinya yang gemas. Ia mengangguk.

"Ne, Noona. Noona juga!" ucapnya dan aku hanya mengangguk sembari mengusapkan tangan kananku pada pucuk kepalanya dengan gemas.

Setelah kami menempuh perjalanan kurang lebih 14 jam melalui jalur udara, aku dan Jeongin akhirnya sampai pada Bandara Internasional Paris.

Aku dan Jeongin langsung mencari taksi dan menuju ke arah apartemenku -yang kebetulan dekat dengan apartemen adik sepupuku, Maria.

🌹Rose in Paris🌹

Wow! It's so Beautiful! Itulah kata yang ku lontarkan pertama kali ketika aku sampai di Paris. Banyak bangunan tua yang antik dan berkelas di sini dan aku tak bisa memalingkan mataku hanya untuk sekejap saja sepanjang perjalanan. Sementara Jeongin hanya bermain game Pou kesukaannya itu pada ponselku. Setelah aku dan Jeongin sampai pada apartemenku, aku meninggalkan adikku yang tampan itu menuju ke apartemen adik sepupuku itu, yang letaknya tak jauh dari apartemen milikku.

"Annyeong, Maria! Lama tak berjumpa!" Begitu aku sampai kamar Maria, aku langsung memeluknya dengan erat. Maria sudah lama bekerja di sini. Umurnya lebih tua dia 3 tahun di bandingkan umurku. Ia bekerja sebagai penata rias di sini dan yang ku tahu, pengalaman bekerjanya sangat bagus.

"Annyeong, Eonnie. Apa kabarnya? Paman dan Bibi- maksudku, ayah dan ibu bagaimana keadaannya? Sehat?" Terdengar suara mungil dari adik sepupuku yang menanyakan kabarku, juga kabar Paman dan Bibiku -orang tuanya. Ia memang selalu memanggilku dengan sebutan 'eonnie' karena menurutnya, aku adalah anak dari kakak ayahnya. Oleh sebab itu, ia selalu memanggilku dengan sebutan kakak meskipun umurnya lebih tua dibandingkan umurku. Aku mengangguk senang dengan senyumanku yang merekah pada bibirku. Maria tersenyum.

Ia lalu mengajakku berkeliling kota Paris. Aku tak ingin melewatkan kesempatan ini sendirian, jadi aku paksa Jeongin juga untuk ikut denganku dan Maria. Jeongin terlihat senang saat ia melihat lagi Maria dan mereka berpelukan sangat erat. Yang aku tahu, Jeongin sedari kecil lebih dekat pada Maria dibandingkan denganku kakak kandungnya sendiri.

Mobil Maria berjalan perlahan sehingga mataku dapat dimanjakan dengan pemandangan indah di tiap titik dan sudut kota Paris. It's amazing! Pemandangan yang sangat indah dipandang sangat memanjakan terlebih untuk para Photographer dunia dan Jeongin yang hobi sekali mengabadikan gambar pada ponselnya. Dimulai dari Menara Eiffel, Arc De Triomphe, taman bunga yang indah dan juga sampai Museum Louvre.

Setelah kami bertiga sampai di dekat Menara Eiffel, tak disangka aku melihat pelukis jalanan. Aku dan Jeongin yang penasaran mulai mendatangi ia yang sedang asik melukis Menara Eiffel dan Arc De Triomphe dalam satu frame dan wow! Ternyata lukisan buatannya itu sangat mengagumkan!

"Ehem, excuse me? Boleh lihat-lihat tidak?" Aku bertanya kepadanya menggunakan bahasa Korea dan lelaki yang aku tanyai itu hanya diam saja tanpa ada respon sama sekali. Aku mengernyit dan berpandangan dengan Jeongin.

"Mungkin seharusnya Noona bertanya padanya menggunakan bahasa Inggris. Siapa tahu dia tidak bisa bahasa Korea?" bisik Jeongin padaku. Ia benar. Aku juga berpikir demikian. Mungkin dia tidak bisa berbicara bahasa Korea dan bukan berasal dari Korea seperti kami.

"Iya boleh, silahkan saja kalau mau lihat-lihat lukisanku. Ataupun jika kalian hanya ingin mengkritik lukisanku juga silahkan!" jawabnya menggunakan bahasa yang sama denganku dan dengan nada yang tegas. Aku tersentak. Ternyata lelaki ini adalah seseorang berdarah yang sama denganku? Molla.

"Aduh! Galak banget yee mas!" ketusku karena nada bicaranya yang tak mengenakkan menurutku. Ia menoleh. Memperlihatkan wajahnya yang tampan itu di balik topi baret biru miliknya.

 Memperlihatkan wajahnya yang tampan itu di balik topi baret biru miliknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mworago?"

To be Continued

24/11/2022

~Rose in Paris~

Sebenernya drabble ini tuh cerita pertama yang gua bikin di saat gua masih SMP kelas IX. 😭🤣
Dan sejak saat itulah banyak yang dukung gua nulis sampe sekarang wkwk. Apalagi 2015 gua mulai kenal Wattpad jadi mulai keruang di sini dan jadi author FF. :v
Yang baca jangan lupa vote komennya ya. Sehat selalu semuanya. <3 :* 143

Rose In Paris • Han Jisung x YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang