Bryan memakaikan helm pada Alora sebelum naik ke motornya. "Ayo naik." Cowok itu menyalakan mesin motor.
Alora mengangguk, lalu duduk di jok belakang motor Bryan. "Udah. Ayo jalan."
Bryan mengangkat alis, melirik ke arah spion. "Beneran gak mau peluk? Ini mau ke kampus loh. Entar aku digodain temen-temen kamu di sana gimana? Emangnya rela?"
"Ish." Alora mencubit pelan pinggang Bryan. Tapi gadis itu tak protes banyak, langsung mengulurkan tangannya untuk mencengkram jaket yang dikenakan Bryan.
"Udah hampir empat tahun masih aja malu-malu." Bryan melepas stang motor, lalu menarik tangan Alora untuk melingkar di perutnya. "Jangan dilepas. Nanti aku berhenti di tengah jalan."
Alora tak menjawab. Pipinya memanas begitu saja ketika merasakan otot perut Bryan. Meski sudah hampir empat tahun berpacaran dengan cowok itu, tetap saja Alora masih sering blushing ketika berada di dekat cowok itu.
Ya. Tahun ini, dua bulan lagi, Alora dan Bryan tepat sudah berpacaran selama 4 tahun. Mereka baru saja lulus dari SMA tahun lalu dan kini sedang menempuh kuliah. Secara kebetulan keduanya mendaftar di perguruan tinggi yang sama di kota itu, namun berbeda fakultas dan jurusan. Bryan masuk di jurusan manajemen pemasaran, sedangkan Alora masuk di jurusan kedokteran.
Bryan sedikit menoleh ke belakang. "Nanti sore ke komunitas kan?" tanyanya.
"Iya. Katanya pada mau ke rumah Kak Silvi kan hari ini?"
Oh ya. Satu fakta menarik. Keduanya masih tergabung di komunitas pramuka kota. Jiwa pramuka yang memang sudah melekat pada mereka masih sekuat itu. Beberapa teman dari angkatan mereka juga masih menetap di komunitas pramuka kota.
Saat ini, ketua komunitas pramuka kota sudah berpindah tangan ke Ali, salah satu teman seangkatan mereka yang memiliki jiwa kepemimpinan yang tinggi. Ali satu-satunya nama yang diusulkan oleh Silvi dan Dika secara bersamaan ketika musyawarah pergantian pengurus komunitas pramuka kota.
Bryan dan Alora juga diberi kepercayaan untuk ada di kepengurusan komunitas pramuka kota. Bryan diberi kepercayaan sebagai wakil ketua komunitas pramuka kota dan Alora sebagai kepala seksi kesenian.
Bryan mengangguk. "Anaknya lucu deh, Ra. Aku udah liat fotonya."
"Iya. Kak Silvi juga kirimin ke aku fotonya."
Ah, sepertinya akan banyak hal yang perlu diceritakan. Kalian sudah tertinggal jauh sekali. Ada banyak hal yang terjadi selama 4 tahun ini.
"Oh ya, Ra. Kamu udah tau mau ngasih hadiah apa ke anaknya Kak Silvi?" Bryan membelokkan motornya ke arah gedung kesehatan Universitas Lencana Bakti.
"Kemaren aku nanya Mama. Kata Mama beliin baju sama mainan bayi aja. Nanti pulang ngampus kita cari di Triangle Store deh." Alora turun dari motor Bryan setelah cowok itu memberhentikan motornya dengan sempurna di parkiran fakultas. "Makasih ya." Gadis itu tersenyum, menyerahkan helmnya pada Bryan.
Bryan membalas senyuman kekasihnya itu dan mengambil helm yang diberikan Alora. "Oke. Nanti aku jemput ya," ucapnya. "Kalo aku selesai kelasnya lama, kamu tunggu aja. Aku kabarin nanti."
Alora memberi hormat pada Bryan. "Siap, bos!"
Bryan tertawa. Cowok itu mengulurkan tangannya mengacak lembut puncak kepala Alora. Beberapa bulan setelah mereka resmi pacaran, Alora memang jadi lebih lepas dan banyak bicara. Bryan senang melihat Alora kini terlihat lebih ceria dan tidak kaku. Gadis itu bahkan sudah mendapatkan banyak teman di lingkungan barunya ini.
"Bryan, berantakan!" Alora menepis pelan tangan Bryan yang mengacak rambutnya. Gadis itu merapikannya sekilas dengan bibir mengerucut.
Bryan terkekeh. "Aku pergi dulu ya." Cowok itu menjawil hidung Alora. "Belajar yang bener. Jangan mikirin aku terus." Bryan langsung melajukan motornya sebelum Alora menabok lengannya gemas. Gadis itu selalu begitu tiap kali Bryan menggodanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PRAMUKA IN LOVE 2
Teen FictionPerjalanan kita tidak bisa dikatakan terlalu sebentar, tapi tak pula cukup untuk dikatakan lama. Semuanya berubah seiring waktu yang terus melaju. Akankah perjalanan kita juga berubah? Kamu yang awalnya kujadikan tujuan, apakah masih akan tetap sama...