Hari ini Alora hanya ada satu kelas dan kelas itu dikosongkan karena Pak Enda berhalangan hadir. Jadilah Alora pulang jauh lebih cepat dari biasanya. Gadis itu bersama Renata duduk di kantin fakultas. Hari ini kantin tak begitu ramai. Hanya ada lima orang termasuk mereka.
Renata ini adalah teman perempuan pertamanya ketika masuk kampus. Mereka kenal sejak OSPEK. Waktu itu Renata mendapat kelompok yang sama dengan Alora. Mereka langsung akrab begitu saja. Renata yang memiliki sifat tegas dan pemikiran yang dalam membuat Alora—yang juga pemikir—jadi akrab dengannya.
Renata juga adalah orang pertama yang tahu mengenai Alora dan Bryan yang sudah berpacaran sejak SMA. Menurut Renata, Alora benar-benar beruntung karena bisa mendapatkan lelaki tampan yang tidak fakboi.
"Ra, lo abis ini ada acara gak?"
Alora menelan makanannya, lalu mengangguk. "Mau ke triangle store sama Bryan."
Renata mengernyit. "Beli apaan? Itu toko barang-barang bayi kan?" Gadis itu meminum jus jeruknya.
"Mau beli baju sama mainan bayi untuk anak senior gue di komunitas pramuka."
"Oh untuk senior lo," kata Renata. "Astaga pikiran gue udah aneh-aneh aja waktu tau lo mau ke toko barang bayi sama Bryan." Gadis itu tertawa di ujung kalimatnya. Ia mengambil garpunya, melilit mie ayam yang sudah berbalur saus sambal. "Lo sama Bryan udah dari kapan di komunitas, Ra? Masuknya barengan?"
Alora meneguk minumannya. "Dari awal masuk SMA udah gabung. Gue sama Bryan satu angkatan di komunitas. Jadi ya, masuknya barengan."
Renata tersenyum mendengar kalimat Alora. Temannya satu ini selalu terasa berbeda ketika bercerita tentang Bryan. Sepertinya pengalaman mereka selama 4 tahun benar-benar berharga.
"Oh ya, tadi lo kenapa nanya gue ada acara gak abis ini?" tanya Alora.
"Tadinya mau ajak latihan langsung mumpung hari ini gue kosong."
Ini juga sifat yang membuat Alora dan Renata yang membuat keduanya jadi cocok dan akrab. Keduanya tak suka menunda pekerjaan. Mereka juga sama-sama addicted to music, bahkan genre lagu yang mereka suka juga sama. Alora baru tahu hal itu ketika Renata memutar musik yang sedang disukainya dan Renata bilang bahwa ia sedang suka mendengarkan musik itu akhir-akhir ini.
"Besok sore aja, Re. Gue kosong."
Renata mengangkat alis. "Beneran? Gak mepet lo mau malem mingguan nih?" godanya.
Alora menabok gemas lengan Renata. "Lo hobi banget ngeledek gue deh."
"Iri gue tuh kalo liat temen-temen gue punya pacar sementara guenya enggak," ungkap Renata. "Kapan Kak Derry notice gue coba."
Gantian Alora yang tertawa. "Fokus kuliah dulu, Re. Baru pikirin cowok."
Renata mengibaskan tangannya, mengabaikan kalimat Alora. "Eh bener ya besok sore kita latian."
"Kalo lo mau dari pagi juga gapapa."
"Good idea!" seru Renata. "Oke gue besok ke rumah lo dari pagi. Nanti malem gue kirimin lagunya ya."
Alora mengernyit. "Lo udah ada pilihan lagu?"
Renata mengangguk. "Tapi masih bingung mau yang mana. Nanti lo pilih deh yang enak dimainin pake gitar." Gadis itu mengusap bibirnya dengan tisu, lalu berdiri dari bangku kantin. "Sekarang temenin gue ke ruangan Kak Derry untuk ngasih tau kalo kita perwakilan pensi dari kelas ya."
****
"Ra, ini banyak banget. Kamu gak bingung mau milih yang mana?"
"Ikutin aku aja."
KAMU SEDANG MEMBACA
PRAMUKA IN LOVE 2
Teen FictionPerjalanan kita tidak bisa dikatakan terlalu sebentar, tapi tak pula cukup untuk dikatakan lama. Semuanya berubah seiring waktu yang terus melaju. Akankah perjalanan kita juga berubah? Kamu yang awalnya kujadikan tujuan, apakah masih akan tetap sama...