Seperti janjinya dengan Renata kemarin, hari ini Alora akan latihan bersama temannya itu untuk pentas seni HUT Fakultas. Renata datang pukul 10 pagi ke rumah Alora. Setelah mengobrol sebentar dengan Monika, Renata diajak oleh Alora ke kamarnya.
Alora duduk di ranjangnya. "Jadi, kita mau nyanyi lagu apa?"
Renata ikut duduk di ranjang Alora setelah si empunya menepuk singkat tempat kosong di sampingnya. "Gue ada beberapa pilihan lagu sih. Lagu-lagunya Tulus. Gajah, Sepatu, atau Seribu Tahun Lamanya," ucapnya. "Menurut lo yang mana?"
Mata Alora berbinar begitu saja. Selama ini ketika ia pensi, selalu saja disodorkan lagu-lagu yang menurutnya terlalu mainstream. Selama tampil pensi, Alora hanya sekali membawakan lagu Tulus. Itu pun ketika pelepasan SMA. Sudah lama sekali.
Bagi Alora, lagu-lagu Tulus adalah perjalanan cinta yang tersirat. Tidak blak-blakan dan Alora menyukainya. Menurutnya cinta memang tak bisa disuratkan begitu saja.
"Seribu Tahun Lamanya deh. Udah lama pengen bawain lagu itu."
Renata mengangkat alis mendengar jawaban Alora. "Serius? Gue kira lo bakal pilih lagu Gajah." Gadis itu lalu mengerling jahil. "Kenapa deh? Relate ya sama cerita cinta lo sama Bryan?"
"Relate sama lo dan Kak Derry kayaknya." Alora tertawa melihat perubahan raut wajah Renata. "Canda, Re."
Renata mengibaskan tangannya. "Ayo buruan latian. Gue lagi gak mau galau-galauan hari ini."
Alora mengangguk setuju. Gadis itu meraih gitarnya dan mulai mencari chord yang sesuai. Selagi Alora mencocokkan chordnya, Renata membagi part untuk keduanya.
Setelah siap, barulah Alora latihan bersama Renata. Rupanya tak begitu sulit menyesuaikan suara Renata dengan suara dan permainan gitarnya. Alora bersyukur bisa mengenal Renata yang punya banyak kesamaan dengannya, khususnya kesamaan selera musik dan cara menyanyi.
Bila kau sanggup untuk melupakan dia
Biarkan aku hadir dan menata
Ruang hati yang telah tertutup lama
Jika kau masih ragu untuk menerima
Biarkan hati kecilmu bicara
Karena kuyakin 'kan datang saatnya
Kau jadi bagian hidupku
Kau jadi bagian hidupku
Takkan pernah berhenti untuk selalu percaya
Walau harus menunggu seribu tahun lamanya
Biarkanlah terjadi wajar apa adanya
Walau harus menunggu seribu tahun lamanya
(Tulus- Seribu Tahun Lamanya)
"Wah gila gak nyangka gue bisa nyambung sama gitar lo!" Renata bertepuk tangan girang.
Alora tersenyum tipis. "Ayo lanjut lagi. Tadi kayaknya ada dikit yang miss deh."
"Bentar gue ke WC dulu. Agak gugup juga ngebayangin nanti tampil depan Kak Derry." Renata beranjak dari posisi duduknya menuju toilet di kamar Alora.
Alora terkekeh. Renata memang suka random begitu. Baru saja tadi gadis itu bilang tidak mau galau-galauan hari ini. Eh, tiba-tiba malah ngomongin Derry lagi yang jelas-jelas adalah sumber kegalauannya.
Alora meletakkan gitar, lalu meraih ponsel yang ada di meja belajarnya. Ada beberapa pesan dari Bryan yang belum sempat dibalasnya tadi.
Pradanaku : kamu jadi latian sama Renata?
KAMU SEDANG MEMBACA
PRAMUKA IN LOVE 2
Genç KurguPerjalanan kita tidak bisa dikatakan terlalu sebentar, tapi tak pula cukup untuk dikatakan lama. Semuanya berubah seiring waktu yang terus melaju. Akankah perjalanan kita juga berubah? Kamu yang awalnya kujadikan tujuan, apakah masih akan tetap sama...