Adelaide

3.1K 198 6
                                    

Bulat. Itu kata pertama yang terlintas dikepala Jihoon saat melihat pipi lawan bicaranya sekarang. Lelaki kecil dengan pipi menggembung yang hari ini mengenakan pakaian terbaiknya. Lelaki manis yang datang dengan senyum mengembang hanya karena memikirkan kekasihnya, Jihoonnya.

"Gamau. Aku gamau Jihoon" lelaki kecil didepan Jihoon kali ini berteriak tepat dihadapannya. Berkali-kali mengucapkan kata yang sama setelah mendengar pernyataan Jihoon.

"Suk"

"Jangan panggil aku pake panggilan itu. Pake panggilan yang biasa kamu pake ke aku Jihoon. Aku gamau denger kamu manggil aku pake nama itu" potong Hyunsuk sebelum Jihoon menyampaikan kalimatnya.

"Suk, please"

"Jihoon aku gamau. Aku gamau, mau sampai kapanpun aku tetep gamau"

"kamu gabisa egois, Choi Hyunsuk" Jihoon mengerang pelan, terlihat begitu frustrasi melihat lelaki manis dihadapannya, kekasihnya, tidak, mungkin sebentar lagi akan jadi mantan kekasihnya. Hyunsuknya.

"terus mama kamu dan papa aku boleh egois?" Hyunsuk masih berteriak didepan Jihoon. Menentang dengan sangat pernyataan Jihoon yang didengarnya beberapa menit setelah ia menginjakkan kakinya di apartemen Jihoon.

"aku gamau Jihoon. Aku gamau jadi kakak kamu, aku gamau kamu panggil aku kakak, aku gamau ketemu kamu dirumah sebagai kakak kamu, aku gamau ngenalin kamu ke orang-orang sebagai adik aku. Kamu pacar aku, dan akan terus kayak gitu. Tolong biarin aku egois kali ini"

Hyunsuk menangis, kepalanya tertunduk telapak tangannya perlahan naik untuk menutupi wajahnya. mama aku dan papa kamu mau nikah, kalimat yang Jihoon ucapkan sebelumnya kembali terlintas dipikiran Hyunsuk. Air matanya mendesak ingin dikeluarkan, berlomba-lomba turun ke pipi gembilnya. Hyunsuk tidak mau.

Jihoon mengacak rambutnya dengan keras. Ia juga tidak menginginkan ini terjadi, tidak pernah. Jihoon mencintai Hyunsuknya, sangat. Jihoon juga tidak ingin menjadi adik dari lelaki kecil dihadapannya. Tapi keadaan memaksanya untuk menerima kenyataan. Mamanya terlilit hutang yang begitu besar, dan Papa Hyunsuk datang menawarkan bantuan dengan syarat Mama Jihoon harus menikahi Papa Hyunsuk, terdengar klasik tapi sangat dibenci oleh Jihoon dan Hyunsuk.

"aku lebih baik nyusul mamaku daripada jadi kakak kamu Jihoon"

"CHOI HYUNSUK" Jihoon berteriak dengan sangat keras mendengar kalimat yang diucapkan kekasihnya.

Hyunsuk mundur dengan cepat mendengar teriakan Jihoon. Tangisannya sontak berhenti dan tergantikan dengan tubuh gemetarnya. Hyunsuk takut, ia tidak bisa mendengar orang berteriak padanya. Tangannya dingin dan mengeluarkan keringat. Hyunsuk terjatuh, telapak tangan yang tadi menutupi wajahnya berganti tugas jadi menutupi telinganya.

"enggak, enggak. Maaf, aku salah. Maafin aku" Hyunsuk tidak berhenti menggumamkan kalimat yang tidak jelas. Jihoon beringsut mendekati Hyunsuk dan berjongkok dihadapannya. Tetapi setiap kali Jihoon akan berhasil mengambil tangan Hyunsuk, saat itu juga Hyunsuk menepis Jihoon dan mengambil langkah mundur, tetap dengan gumaman tak jelasnya.

Jihoon menyesal, ia tahu dengan sangat jelas jika kekasihnya tidak bisa mendengar teriakan, tetapi malah dia sendiri yang membuat Hyunsuknya kembali mengalami trauma masa lalu itu. Dengan satu langkah pasti, Jihoon mengambil tangan Hyunsuk dan membawa Hyunsuk ke pelukannya. Hyunsuk menolak dengan cara memukul Jihoon secara brutal. Memukul apa saja yang bisa ia pukul.

"sayang, sayang, tenang. Ini aku, Jihoon. Tenang. Aku disini. Maafin aku" Jihoon mengeratkan pelukannya sembari mengatakan beberapa kalimat yang diharapkannya bisa menenangkan sang kekasih. "aku disini, Jihoon disini, Jihoon selalu disini buat Hyunsuk. Tenang ya" dan beberapa saat kemudian, pukulan Hyunsuk berangsur mereda. Hyunsuk memeluk Jihoon, dengan sangat erat.

"aku takut, jangan teriak didepan aku. Aku gabisa Jihoon"

"maaf, maaf" entah sudah berapa banyak kata maaf yang Jihoon ucapkan malam ini.

"ayo cari cara biar mama kamu gausah nikah sama papaku, Jihoon. Aku mohon, aku gabisa jadi kakak kamu. Jangan tinggalin aku" Hyunsuk semakin mengeratkan pelukannya dan menenggelamkan wajahnya di dada bidang Jihoon. Jihoon hanya bisa mengelus pelan kepala Hyunsuk dan membubuhkan ciuman kecil di puncak kepala Hyunsuk tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

.

.

.

©writebyla

Slowmotion ; hoonsukTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang