ix. siapkah kau untuk jatuh cinta lagi?

1K 99 4
                                    


cetakk.

"Aduh apaan sih kak?!"

Yena memeletkan lidah kepada adik saudaranya, ia mengambil lagi karet gelang yang dilemparkan ke kepala Yujin di atas lantai. Sehabis itu ia kembali lagi ke posisi rebahan di atas sofa dan menonton TV.

"Kepala gede lo ngalangin TV bujang."

Yujin mengusap-usap belakang kepalanya yang kena jepretan karet, mukanya cemberut. Ia menggeser posisi tempat duduknya di lantai menjauh dari sofa yang dihuni Yena, takut dijepret karet lagi.

Tiga bulan setelah pernikahan Yena dan Yuri, Yujin mengambil kesempatan untuk memperbaiki hubungannya bersama Wonyoung. Walau masih pelan-pelan jalannya, mereka sudah sering berkencan berdua dan melakukan pendekatan kembali. Kali ini, Yujin bertekad untuk lebih terbuka lagi kepada Wonyoung. Ia sudah belajar melalui kesalahannya, ia tak akan melakukan itu lagi.

Sekarang ia sedang bertengger di rumah barunya Yena dan Yuri, sehabis membantu angkut-angkut perabotan baru dan kado-kado pernikahan yang belum dibongkar. Hitung-hitung ia dapat makanan gratis, masakan rumahan oleh Yuri.

Sebentar lagi ia harus berangkat menjemput Wonyoung dari kantornya. Hari ini dia ada rencana spesial untuk mereka berdua. Tetapi ia harus menunggu sebentar lagi, ini kakak saudaranya ribet sekali minta ditemenin sampai Yuri pulang sehabis belanja.

TV di depan matanya ia tatap kosong, karena sebenarnya pikirannya kemana-mana.

Betapa tiga bulan ini merupakan waktu yang paling bahagia setelah sekian lama. Ia bisa menghabiskan waktu bersama Wonyoung lagi, dan sekarang beneran tulus niatnya dan bukan tipu-tipu. Satu persatu kencan mereka lewati, dan memang Yujin menepati janjinya kepada Wonyoung akan mulai lagi dari awal bersama-sama dengan lebih terbuka. Yujin senang karena Wonyoung sedikit demi sedikit sudah mau menerimanya di dalam hatinya lagi.

Meski masih banyak yang harus mereka perbaiki sebagai pasangan dan juga sebagai individu, Yujin mau menunggu lama untuknya. Wonyoung menunggu dua tahun untuk mendapatkan jawaban dari Yujin, pastinya ia bisa menunggu selama itu, atau bahkan lebih lama daripada itu untuk Wonyoung.

Kedua kepala yang sedang menghadap ke arah TV itu menoleh bersamaan ke arah pintu depan yang terbuka, memperlihatkan Yuri si pengantin yang baru saja pulang belanja.

Yena bangun dari posisi rebahannya untuk menyapa sang istri, "ayang aku pulaaanngg."

Yujin menjulurkan lidahnya, ia seperti mual mendengar suara kakak saudaranya yang diimut-imutkan seperti itu. Menjijikan. Ia tidak habis berpikir bagaimana Yuri bisa tahan bersama Yena, sampai mau menikah dengannya.

Yuri hanya terkekeh melihat istri barunya itu, bibir seperti bebek itu dikecup pelan olehnya sambil Yena yang membantu membawakan tas belanja. Fase bulan madu mereka memang berjalan sangat lama, bahkan ketika mereka pacaran pun (terlepas fakta mereka pernah putus sekali, tapi itu juga cuman dua minggu) rasanya seperti selalu dalam fase penuh dengan romansa itu.

Sejijik-jijiknya Yujin dengan kelakuan Yena, ia senang melihatnya bahagia dengan istrinya.

Semoga ia bisa seperti itu nanti bersama Wonyoung.

Yuri melihat Yujin bangkit dari tempat duduknya, mengambil tas dan jaketnya yang ditaruh di atas meja TV. Si perempuan yang lebih tua dua tahun itu bertanya, "mau berangkat Jin?"

Yujin mengangguk, senyuman berlesungnya kelihatan, "mau jemput Wonyoung di kantor."

Yena mendecakkan lidahnya dari arah dapur dimana ia sedang mencuci buah-buah yang dibelikan Yuri, "gaya banget jamet."

sekali lagi ya?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang