4

13 2 0
                                    

NaRi disambut dengan keributan teman-temannya saat ia datang ke kelas sore itu.

Eunha yang paling heboh, langsung menghampiri gadis itu, "lo habis ngapain kemaren?" tanyanya to the point.

NaRi yang mulai bosan dengan pertanyaan itu, karena mamanya juga menyakan hal yang sama semalam, hanya menjawab dengan malas, "ke Malang sama Byungchan, lo kan udah gue kabarin duluan Na"

"lah tapi kenapa pada ribut nyariin lo, gue ditelfonin sama sapa aja dah, mama lo, kak Dawon, terus ada orang nggak gue kenal juga ikut-ikutan nanyain lo, kan serem" celoteh Eunha.

Memang kedua gadis itu sudah sejak SMP berteman, mangkanya baik keluarga NaRi maupun keluarga Eunha sudah ikut akrab satu sama lain.

Mendengar ucapan Eunha barusan NaRi awalnya tidak peduli. Tapi begitu temannya itu menyebut-nyebut soal orang tidak dikenal, ia jadi penasaran juga, apa ini ada hubungannya dengan soal celana dalam?

"Bentar, orang nggak lo kenal? nanyain apa emang?"

"ya nanyain kontak lo, nggak gue kasih langsung lah kan mencurigakan jadi gue tanyain dulu mau apa emang, katanya mau balikin barang yaudah deh baru tuh gue kasih, eh ngga lama nanyain alamat lo" jelas Eunha panjang lebar sambil menuntun NaRi yang dari tadi masih terpaku di depan pintu untuk mencari tempat duduk di dalam kelas.

Begitu mengetahui penjelasan Eunha barusan NaRi langsung menengok ke arah gadis di sebelahnya itu dengan pandangan tidak terima, "jadi lo yang ngasih alamat ke orang mesum itu?!" pekiknya kesal.

Eunha yang tidak tau apa-apa tentu saja bingung kenapa temannya ini tiba-tiba emosi.

"lah katanya dia mau ngembaliin barang, ya nggak tau kan gue kira penting" kilah Eunha, berusaha tenang walaupun ia juga ikut kesal sebenarnya karena NaRi yang entah kenapa jadi bersungut-sungut sekarang.

NaRi menghela nafas, berusaha meredakan emosinya. Tak ada gunanya juga jika ia marah ke Eunha sekarang pikirnya, toh sudah terlanjur kejadian.

Gadis itu kemudian duduk di tempat persis sebelah Eunha dan memilih untuk diam setelahnya hingga kelas berakhir, membiarkan Eunha bertanya-tanya mengenai alasan dibalik ledakan emosinya yang tiba-tiba.

Kelas sore itu selesai satu jam lebih cepat, karena dosen pengajarnya punya urusan lain. Tapi tetap saja saat NaRi keluar kelas, langit sudah berubah menggelap padahal baru pukul setengah 5, mungkin efek mendung juga turut mempengaruhi.

Sore ini sebenarnya ia sibuk, seperti biasa. Ada jadwal untuk siaran di club nya dan rapat besar UKM untuk kegiatan sebulan ke depan. Agak bingung harus memilih yang mana.

Namun karena sudah lama ia tidak aktif dalam kegiatan club nya dan sungkan juga rasanya dengan anggota yang lain, gadis itu akhirnya memilih untuk melangkahkan kaki menuju ruang siaran setelah sebelumnya berpamitan singkat dengan Eunha, yang rasanya tentu saja canggung karena ia dari tadi mendiami gadis itu.

Menyusuri lorong-lorong koridor kampus yang mulai mendingin akibat mendung, gadis itu jadi ikut terbawa suasana. Entah kebetulan atau apa, gedung fakultasnya sore ini tergolong sepi padahal biasanya ada saja orang berseliweran di sekitar area itu.

NaRi melayangkan pikirannya ke kejadian tadi pagi, saat ia memohon-mohon pada mamanya untuk tidak usah mendatangi orang yang telah mengembalikan celana dalamnya, karena mereka bahkan tidak saling mengenal satu sama lain.

Gadis itu membayangkan betapa malunya jika mamanya meminta pertanggung jawaban atas hal yang tidak pernah terjadi. Ia sudah mencoba berkali-kali menjelaskan soal kejadian sesungguhnya, tapi mamanya lebih memilih untuk percaya pada dugaanya sendiri.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 06, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PantiesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang