HARI ini aku akan menemui Revind Hollton, sang master penyihir yang dirumorkan paling hebat saat ini. Tak ada yang bisa mengalahkannya, bahkan kaisar Terriand.
Aku agak gugup tapi juga sangat bersemangat pada saat bersamaan. Darahku rasanya mendidih. Aku tidak tahu mengapa, tapi sejak aku mulai berlatih sihir, seakan aku memiliki koneksi atau apa ya? Aku bingung menggambarkannya. Yang jelas aku merasa, aku memang ditakdirkan untuk belajar sihir. Lebih tepatnya sih mungkin aku memang ditakdirkan menjadi penyihir hebat. Bukannya sombong atau apa tapi itu memang benar. Aku bisa merasakannya. Bahkan aku merasa sangat mudah saat mempelajari sihir, lebih mudah dan lebih menyenangkan daripada mempelajari pelajaran-pelajaran di bumi dulu.
Saat ini aku sudah tak memikirkan tentang pulang ke duniaku lagi. Mungkin aku sudah mulai terintegrasi dengan dunia ini. Jadi aku merasa nyaman dan tidak asing lagi dengan dunia ini.
Dunia ini sangat nyata. Bahkan, aku mulai yakin kalau dunia ini adalah dunia paralel, bukan sekedar dunia dalam novel. Hanya saja aku masih agak bingung. Bagaimana dunia ini bisa ditulis dalam novel?
Seakan novel itu merupakan buku ramalan masa depan di dunia ini.
Tapi itu tidak mungkin 'kan?
Ah ya, aku lupa, siapa penulis novel ini?
Bagaimana mungkin aku tak ingat?
Duk...
Aku tersentak kaget saat dahiku membentur bagian dalam kereta di depanku.
Kereta yang kunaiki tiba-tiba saja berhenti mendadak. Tidak lama kemudian kereta itu bergoyang-goyang dan hampir oleng. Aku mengeratkan peganganku pada kereta ini.
Ringikan kuda yang bersahutan terdengar di telingaku. Mereka terdengar gelisah dan mengamuk.
Ada apa dengan kuda-kuda itu?
"Nona, harap tenang dan tunggu di kereta. Mohon jangan keluar." Salah satu pengawal yang ditugaskan duke menemaniku menuju kediaman Revind Hollton membuka pintu kereta.
Sebenarnya duke sendiri yang akan mengantar dan menemaniku ke kediaman Revind Hollton. Tapi tiba-tiba saja ada masalah darurat di militer yang harus diselesaikannya.
"Apa yang terjadi?"
"Kami sedang diserang, Nona." Pengawal itu menjawab dengan sopan.
"Diserang?" Aku mengernyitkan dahiku. "Siapa yang menyerang kita?"
"Sepertinya para bandit, nona."
Memang benar jalan yang harus kami lalui ini melewati sarang bandit. Mereka suka meghadang kafilah yang lewat.
Rumah Revind Hollton terletak di pinggiran ibukota. Untuk ke sana kami perlu melewati hutan yang lebat. Di hutan inilah sarang bandit itu tersembunyi.
Revind Hollton memilih rumah di pinggiran karena ia menyukai ketenangan. Ia tidak suka diganggu dengan urusan di kekaisaran setelah pensiun. Ia hanya akan turun tangan jika ada keadaan darurat saja.
Aku mendengar suara pertarungan dari dalam kereta. Bunyi pedang yang saling bertabrakan, juga suara sihir yang saling melawan.
Pengawal itu berjaga di depan pintu kereta yang kunaiki. Ia melawan para bandit yang mendekat ke kereta.
Pertarungan itu tak berlangsung lama. Tentu saja, para pengawal ini adalah ksatria di bawah pimpinan duke Clinstov, kekuatan mereka pasti tak diragukan lagi lebih hebat dari ksatria biasa.
Perjalanan dilanjutkan setelah para pengawal membereskan kekacauan yang ditimbulkan para bandit.
Sampai saat ini tidak ada yang penyerangan lagi. Perjalanan cukup mulus. Aku menyandarkan punggungku di sandaran bangku kereta. Mataku mulai menutup, merasa mengantuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Villain Archmage
FantasiAlura adalah tokoh antagonis dalam novel "Takdir Cinta Putra Mahkota" yang kubaca sebulan lalu. Novel ini cukup berkesan bagiku karena salah satu pemerannya memiliki nama yang sama sepertiku. Tapi.... Mengapa itu adalah tokoh antagonis?! Walaupun...