Tiga hari berlalu, Sunoo masih belum punya keberanian untuk menjenguk Sunghoon di rumah sakit. Bahkan membayangkan Sunghoon disana dengan kabel-kabel saja rasanya Sunoo tidak sanggup.
Tiga hari Sunoo menahan rindunya yang semakin hari semakin menyesakkan.
Tiga hari juga Jungwon bolak-balik ke apartemen Sunoo untuk sekedar memeriksa keadaan sepupunya yang bahkan enggan memeriksa ponselnya sendiri.
Jungwon berdecak, "Lo belom makan lagi, kan?" nadanya sedikit kesal, Sunoo hanya menjawabnya dengan senyuman yang jelas sekali dipaksakan.
Sunoo mendudukkan dirinya di sofa, diikuti oleh Jungwon. Penampilan Sunoo memang sekilas tampak biasa saja tapi Jungwon tahu sepupunya itu sedang sangat kacau.
Jungwon memerhatikan wajah Sunoo yang pucat, juga kantong matanya yang menghitam. Tidak, seorang Kim Sunoo yang sangat peduli dengan wajahnya membiarkan kantung matanya menghitam? Jungwon mendekati Sunoo, ia akhirnya sadar wajah sepupunya ini bahkan tidak baik-baik saja.
"Bentar, lo semalem ga tidur?" selidiknya sembari memicingkan matanya ke arah wajah Sunoo yang menampilkan raut terkejut sekilas saat Jungwon bertanya hal tadi.
Sunoo tersenyum. Jika dulu Jungwon sangat iri namun bersyukur dengan senyum Sunoo yang bisa membangkitkan semangat siapa saja yabg melihatnya, sekarang Jungwon membenci senyum ini. "Gausah senyum, lo kira gue gak tahu senyum lo itu paksaan."
Sunoo terkekeh, sepupunya ini sangat mengenalnya rupanya. "Gak mau tidur, Won," Jungwon mendelik, "takut mimpi," tatapan Jungwon meneduh. Sekacau inikah Sunoo?
Ia mengusap rambut Sunoo, "Gak udah tidur berapa hari?" tanyanya lembut, hati-hati agar Sunoo mau menjawabnya.
"Dari kejadian itu, berapa hari, ya? gue lupa tanggal," ia terkekeh lagi, "males cek juga, buat apa."
Jawaban Sunoo membuat Jungwon melotot, tapi sebisa mungkin ia menetralkan raut wajahnya kembali. "Setakut itu?" Jungwon memastikan yang dijawab anggukan oleh Sunoo.
Jungwon menghela napasnya kasar, "kalo ga tidur, lo bisa sakit bego. Mau lo pas Sunghoon bangun ternyata gantian lo yang masuk rumah sakit?" ancamnya, tapi Jungwon tetap mengontrol nada bicaranya agar Sunoo tidak tersinggung.
"Ya engga, tapi gimana ya, Won. Ntar kalo gue dapet spoiler hidup lagi gimana? iya kalo kabar baik, lah kabar buruk?" Sunoo membuang napasnya, "gue juga nyoba kok buat tidur, tapi tetep aja pikiran gue penuh. Otak gue kaya bilang ke gue buat gausah tidur."
Kata-kata yang Sunoo lontarkan tidak bisa ia bantah, dipaksa pun belum tentu Sunoo mau, belum lagi resiko pemuda bermarga Kim itu akan kembali menyalahkan dirinya jika mimpinya mengatakan hal buruk, Jungwon memilih untuk tidak protes apapun.
"Makasih ya, Won. Udah mau rela bolak-balik kesini bawain makanan padahal gue lepehin mulu." kekehnya lagi.
Jungwon mendengus, "setidaknya masuk tuh makanan ke perut. Kalo aja gue tinggal lo sama makanan, ga yakin dah gue ntu makanan bakalan masuk ke perut lo."
Jungwon berdiri, ingin menyiapkan makanan yang ia bawa tadi. Sunoo hanya memerhatikannya dalam diam, ingin membantu tapi rasanya dia tidak punya kekuatan untuk membantu Jungwon.
"Sini, makan," suruhnya, "gue pantau pokoknya. Cepet."
Tentu saja Sunoo tidak bisa menolak, ia menghampiri Jungwon ke meja makan kemudian menyuapi buburnya dengan enggan. Kemudian berhenti pada suapan keenam.
"Udah ya? kenyang," Jungwon mengangguk pasrah, yang penting Sunoo mau makan walau sedikit sudah cukup untuknya.
Padahal sebelum kejadian ini, Sunoo sering dikatai sebagai tukang makan oleh teman-temannya. Bahkan jika pria itu sedang tidak dalam mood baik, makanan apa saja dapat mengembalikan mood Sunoo. Tapi sekarang, bahkan makanan pun tidak mempan.
Jungwon mengamati Sunoo yang bejalan kembali ke kamarnya dengan pikiran bagaimana cara membuat sepupunya itu sedikit lebih mendingan daripada sekarang.
•
Sore ini setelah kepulangan Jungwon Sunoo melangkahkan kakinya untuk keluar dari apartemen setelah 3 hari tak pernah menyapa langit.
Ia hendak menuju minimart yang tak jauh dari sana. Biasanya Sunghoon lah yang menemaninya kesana untuk sekedar jajan. Tapi kali ini dia pergi seorang diri, meyakinkan dalam hati bahwa dia juga sering berjalan sendiri jadi tidak apa.
Sunoo masuk kedalam minimart yang disambut sapaan dari seorang kasir disana yang telah mengenal Sunoo.
Sunoo masuk ke area rak-rak makanan ringan, menaruhnya kedalam keranjang bawaannya seperti biasa kemudian membawanya ke kasir.
Sembari menghitung belanjaan Sunoo, wanita yang berumur sekitar 25 tahunan itu membuka percakapan, "Tumben udah lama gak kesini, Mas?" tanyanya sambil tersenyum yang dibalas senyuman juga oleh Sunoo. "Sibuk ya? Mas Sunghoon juga udah lama gak pernah ketemu saya, biasanya suka mampir kesini kalo abis dari apartnya Mas Sunoo."
Ujaran wanita itu membuat Sunoo kembali melayangkan senyum paksaannya, otaknya berputar keras memikirkan jawaban apa yang sebaiknya ia lontarkan. "Iya mba, kebetulan lagi sibuk akhir-akhir ini. Sunghoon juga lagi ada trip sih mba ke luar kota." Sunoo memilih untuk berbohong, walau tidak sepenuhnya berbohong toh Sunghoon juga bilang ke Sunoo bahwa dia harus menghadiri acara diluar kota.
Sunoo tersenyum getir setelah mengucapkan jawabannya. Wanita kasir itu juga hanya mengangguk seakan paham.
Setelah selesai membeli semua barang yang entah ia juga tidak mengerti kenapa dirinya membeli makanan-makanan ringan yang kemungkinan besar tidak akan ia makan sekarang ini.
Sunoo hanya ingin mencoba hidup normal sebagaimana ia dulu yang selalu cerah dengan senyum yang selalu terpamer. Tapi sepertinya untuk sekarang sedikit melelahkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
D R E A M • sunsun [on hold]
Fanfictionkalau itu mau Sunghoon, Sunoo bisa apa? •bxb •pair;sunsun •on going April, 2021