•1; Pertemuan

115 13 47
                                    

Kutunggu notifikasi voment dari kalian

.・゜゜・HAPPY READING.・゜゜・

Firda pov

Jam kuliah baru saja usai, aku segera merapihkan alat tulis lalu memasukkannya ke dalam ransel hitam.

Hari ini aku akan pulang sendiri, tidak bersama dua sahabat lengket karena mereka ada janji dengan kekasih masing-masing.

Aku memiliki dua teman yang sangat dekat. Kedua temanku sudah memiliki seorang kekasih. Ya ... hanya aku yang belum memiliki pria spesial sampai saat ini.

Nama kedua temanku itu Pinsa dan Ziah.

Dengan pelan aku mengemasi alat tulis. Di kelas tinggal aku seorang diri. Suasana terasa tenang sampai sebuah suara menyadarkan kesibukanku.

"Firda~"

Suara bernada barusan sontak membuatku menoleh ke pintu kelas. Dari suaranya saja aku dapat menebak kalau itu pasti Pinsa.

Pinsa, salah satu teman dekatku yang memiliki sifat ceria serta wajah yang cantik.

Pinsa berjalan ke arahku dengan kekasihnya yang mengekori. Perempuan ceria itu langsung mengambil duduk di hadapanku.

"Ayo pulang bareng, Fir."

Aku mengerutkan kening, pandanganku teralih ke pria yang berdiri di samping Pinsa. "Bukannya lo mau ada rencana sama Januar?"

Pinsa ikut menatap Januar, lalu kembali menatapku dengan tatapan serius. "Gue anter lo dulu, baru jalan sama Januar."

Aku masih menatap Januar. "Emang nggak apa-apa?"

"Enggak apa-apa, santi aja. Iya, kan?"

Kulihat wajah Januar yang memasam, tidak enak jadinya. Pinsa selalu mementingkan aku dibanding Januar. Alih-alih lupa dengan sahabat karena memiliki kekasih, dia malah sebaliknya. Aku memang bersyukur, tapi lama-kelamaan perasaan bersalah kian merambah kuat.

"Enggak apa-apa. Udah, ayo."

"Enggak usah," tolakku. "Lo jalan aja sama Januar. Kasian Januar suka lo php-in terus."

"Eh?" Aku sedikit tersentak kala Pinsa menggenggam tanganku erat. "Enggak apa-apa, Firda ... lagian di luar mendung, mau hujan."

"Enggak usah, Pinsa. Untuk kali ini, lo jalan aja sama Januar. Gue bukan anak kecil." Aku berusaha meyakinkan Pinsa dengan senyuman manis yang kuharap tidak menimbulkan curiga maupun kekhawatiran dari si empu. "Gue bakal baik-baik aja."

Nyatanya rasa takut perlahan menjalar kala mendengar kata Pinsa bahwa di luar mendung mulai menyapa, takut saja nanti hujan turun saat aku masih di perjalanan.

"Udah, ayo. Firda bakal baik-baik aja."

Januar yang membujuk barusan membuat rasa bersalah semakin bertambah dalam diriku. Pinsa memang sedikit keras kepala.

"Tapi ..."

"Ayo kita beli cake red velvet."

Kulihat Pinsa yang tampaknya berpikir. Dia pasti bingung antara aku atau Januar, ditambah cake red velvet.

"Gimana, ya ...?"

"Buat hari ini aja," mohonku.

•♣︎•

Author pov

"Firda mana?" Ziah mengerutkan kening kala hanya mendapati Pinsa dan Januar yang jalan berdua, sedangkan Firda tak ada. Kepalanya menunjuk ke arah luar kampus. "Mendung, tuh."

Sembuh dari Luka || Jay Enhypen x Ningning AespaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang