"teman?"
"Yup,teman baik"
....
....
"Jadi..., abaikan tentang albino laknat itu dan hormatilah aku karena aku yang paling tua disini"katanya sambil berkacak pinggang.
Sekarang hanya ada aku, Megumi, dan Aokire saja yang ada di sana, Gojou sensei sedang pergi ke suatu tempat untuk membeli sesuatu dan Tsumiki sedang pergi bersama temannya karena ada urusan tentang tugas sekolah.
...
"Bisa bisanya dia meninggalkanku sendirian di taman, padahal dia sendiri yang ingin ketemu dengan ku, dasar.... kenapa aku malah pergi sih"dia mengeluhkan segala kekesalannya sambil memakan kue yang ada.
"Dan juga..."dia menunjuk tepat ke arah ku.
"Apa apaan maksud mu di taman tadi, jelas jelas ku tidak menghancurkan kutukan apapun di sana, dan juga tidak ada apa apa di sana selain yang ada di sampingmu itu"dia mengubah arah jarinya ke roh yang ada di sampingku.
"Dan kutukan apa itu? Ku bahkan tidak bisa menyentuhnya".
"Tidak bisa?" Tanyaku bingung.
"Heh, kau bisa menyentuhnya?" Aokire memiringkan kepalanya bingung.
"Tentu saja kan, kutukan itu selalu bersamanya" jawab Megumi tiba tiba.
"Sejak kapan ku menginginkan jawabanmu, diam dan duduk manis di sana" kata Aokire tajam.
"Dan juga mengapa dirimu selalu menghujani seseorang dengan pertanyaan yang bahkan sudah terbilang jelas jawabannya aoki-chan" seseorang tiba tiba menjawab perkataan Aokire, gadis itu menatap malas arah suara tersebut yang ternyata adalah gojou sensei.
"Hai... Kalian sudah pada akrab ternyata"katanya sambil mengangkat kantong belanjaan di tangannya.
"Itu bisa di bilang akrab?"tanya Megumi.
"Hei paman, bisa jelaskan apa maksud dari semua ini?" Tanya Aokire sambil ingin mengambil kantong belanjaan yang di bawa gojou sensei.
"Hee.. bukannya sudah jelas, haruki sama dengan kalian bisa melihat kutukan, dan kutukan itu selalu bersamanya, dia bisa menyentuhnya karena dia punya potensi akan hal itu"jelas Gojou sensei panjang lebar.
"Lagi pula..." Gojou sensei memasukan suatu makanan dari kantong belanjaannya ke dalam mulut Aokire.
"...dengan dirimu yang tidak bisa menyentuhnya, hobi mu itu tidak akan berguna di sini" gojou sensei mengeluarkan lidahnya sekilas untuk mengejek.
"Syawlan"kesal Aokire sembari mengunyah makanan yang ada di mulutnya.
"Ku mau pulang saja"kata Aokire kesal.
"Pulang saja jika kau mau"jawab gojou sensei dengan nada yang sedikit mengejek.
Dengan wajah kesalnya gadis bersurai biru itu melangkahkan kakinya ke pintu keluar, dia benar benar pergi sendirian.
"Dia benar benar pergi"kata Megumi.
Tiba tiba gadis itu kembali lagi dengan wajah datarnya.
"Heh...kok kembali lagi?"tanya gojou sensei.
"Paman gak bilang di luar lagi hujan"jawab Aokire masih dengan wajah datarnya.
"Heh, kau gak bertanya sih"jawab gojou sensei
Wajah Aokire mulai memerah.
"DASAR PAMAN SIALAN"
......
"Jadi.....bagaimana rasanya?" tanya Aokire padaku.
Roh bukan kutukan, salah satu kutukan itu sekarang berada di atas telapak tanganku dan tentunya Aokire-san ingin tau kesan ku terhadap kutukan tersebut.
"Hangat seperti api, mungkin" jawabku.
"Yang satunya, bagiamana?" Tanyanya kembali sambil mengarahkan jarinya ke salah satu kutukan yang lain.
"Agak dingin,mungkin" jawabku kembali.
"Heh, begitu"kesannya datar
Tangan Aokire mencoba untuk menyentuh kutukan itu tapi hasilnya nihil, dia benar benar tidak bisa menyentuhnya.
Saat ku perhatikan di tangan kirinya terdapat sebuah tanda.
"Heh, kamu penasaran dengan kemampuanku?"respon Aokire padaku, sepertinya dia menyadari diriku yang selalu memperhatikan tangannya.
Ku mengangguk sebagai jawaban.
"Teknik ku adalah mengutuk energi kutukan, jika ku bisa menyentuh suatu energi atau kutukan, bisa juga keduanya maka teknik ku akan aktif dan langsung menyerang target"jelasnya
Matanya tiba tiba tertuju pada kutukan di samping ku.
"Pengecualian untuk dia, menyentuhnya saja ku tak bisa apalagi energinya, sial"
"Ngomong ngomong kemampuanmu apa?"tanya Aokire padaku.
"Jangan beri tau dia haru-chan"jawab gojou sensei dengan wajah mengejek.
"Kau beneran mengikuti keinginannya?" tanya Aokire.
Ku hanya diam sebagai jawabanku
"Beneran?"
....
Keadaan jadi hening, Aokire seperti memikirkan sesuatu, dia menatap gojou sensei dan bertanya.
"Apakah paman akan menjadikannya shaman nantinya?"
"Pilihan itu yang membuatnya masih berada di sini"jawab gojou sensei santai.
"Cih"keluh Aokire
Gadis bersurai biru itu bangkit dan berdiri didepan ku dan berkata.
"Karena Aoki adalah anak yang baik, maka berteman lah dengan ku dan kita akan hajar paman laknat itu"Aokire mengulurkan tangannya padaku, dan membuat ku berdiri karenanya.
"Nanti saat kau sudah besar kau akan berpikir dua kali untuk menjadi shaman, aku akan ada menunggumu pasti" kata Aokire dengan senyumannya.
.....
.....
2015
".....Kau tau kan Paman laknat itu kek gimana, ngotot amat dianya, itu sebabnya aku kabur dari jepang, nanti akan aku bawa juga dirimu, pasti nantinya dia bakalan....."
Gadis bersurai putih sebahu itu sedang diam mendengarkan temannya yang mengoceh di telpon, dia hanya mendengarkan tanpa menjawab sepatah katapun sampai percakapan itu berakhir.
....
Bel tanda berakhirnya waktu istirahat telah berbunyi, membuat sebagian murid SMP yang ada di luar masuk dan menduduki tempat mereka masing masing untuk menunggu guru yang akan mengajar nantinya.
Gadis bersurai putih itu hanya diam mendengarkan penjelasan guru di depannya dan kadang sesekali melihat kutukan saat dia menoleh ke arah jendela yang ada di sampingnya itu.
Apakah ini bisa disebut dengan kehidupan yang normal?

KAMU SEDANG MEMBACA
haruki story [ jujutsu kaisen ]
Детектив / Триллерpenyesalan , penderitaan , rasa malu , dan perasaan negatif lainnya yang membuat akan sebuah tragedi yang nyata kutukan yang selalu mengintai dengan kehadiran yang samar namun kuat akan keinginan bisikan yang tanpa sadar membawa akan jurang...