Tolong rahasiakan semuanya
Aku tidak bisa melihat binar indah itu meredup untuk yang kesekian kalinya-Si Pengarang Aksara-
Kenta memajukan tubuhnya agar lebih dekat dengan Anta, lalu ujung jarinya mengusap sudut mulut si kecil. Anta sendiri masih asyik melahap roti isi yang tadi Kenta buatkan. Padahal Kenta takut, jika seragam sekolah Anta bisa kotor kapan saja.
Interaksi dua anak itu tak lepas dari penglihatan wanita paruh baya yang sudah bekerja di sana selama bertahun-tahun. Wanita itu tersenyum teduh, walau batinnya menjerit sedih. Melihat Kenta dan Anta yang selalu berdua, menguatkan satu sama lainnya, selalu berhasil membuat jiwa ke-ibuannya terluka.
"Pelan-pelan, Kakak nggak akan minta rotinya. Nanti seragam kamu kotor, kalau nggak hati-hati." Kenta berucap, bahkan mengabaikan sarapannya yang masih belum tersentuh sama sekali. Hanya memperhatikan bagaimana adiknya makan sejak tadi. Sebenarnya Kenta selalu suka saat-saat seperti ini, melihat bagaimana pipi bulat itu menggembung lucu karena terisi penuh oleh makanan.
Kepala si kecil mengangguk, masih fokus menatap roti isinya yang tinggal setengah. "Kakak juga makan." katanya.
Kenta merubah posisi menghadap ke meja makan, lalu mulai menyendok nasi goreng yang tadi Bi Tika masakkan. Di samping, si kecil sesekali melirik ke arah piring Kenta yang masih penuh. Mata bulatnya berkedip-kedip, seolah makanan itu memanggil dirinya untuk datang. Tangan kecil Anta lantas menarik ujung seragam Kenta, hingga yang lebih tua menoleh padanya.
"Kenapa?"
"Mau. Itu, Anta mau itu juga!" Jemari kecilnya menunjuk isi di dalam piring Kenta dengan binar mata yang tak mampu Kenta tolak permintaannya. Kenta mulai menyendok sedikit nasi, lalu menyuapkan ke Anta. Si kecil menerima dengan senyum yang merekah.
"Enak?"
"Enak. Lagi, mau lagi."
Lalu pagi itu, Kenta harus membagi sarapannya dengan si kecil. Tidak apa, Kenta sebenarnya tidak terlalu biasa sarapan, jadi bukan masalah jika dia hanya makan sedikit. Yang terpenting adalah Anta, anak itu hiperaktif dan cepat sekali lapar.
Setelah berpisah di koridor sekolah, Kenta melajukan langkahnya menuju kelas yang sebenarnya cukup jauh dari kelas Anta. Sepanjang jalan, banyak sekali teman-teman Kenta yang menyapa. Kenta itu pintar, kesayangan semua guru si sekolah, selain itu dia juga baik dan ramah. Jadi wajar bila banyak sekali teman Kenta di sini.
Begitu sampai di kelas, Kenta langsung menuju kursinya dan mulai membaca. Mengabaikan teman-teman seusianya yang masih asyik bermain ke sana ke mari. Kenta tidak pernah seperti itu. Datang ke sekolah tujuannya adalah untuk belajar. Supaya Mama dan Papa tidak kecewa jika nilainya belum memenuhi standar. Walau selama ini, semua nilai Kenta sangat memuaskan. Nyatanya, belum bisa membuat Mama dan Papa meluangkan waktu untuknya dan Anta.
KAMU SEDANG MEMBACA
|✔| Memories
Teen Fiction[Disarankan untuk membaca KENANG lebih dulu] Ini secuil kisah paling manis yang belum sempat ter-ceritakan, dari sosoknya yang kini sudah berada dalam pelukan semesta. @aksara_salara #01052021