Memories [3]

627 112 6
                                    

"Kakak mau ke mana?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kakak mau ke mana?"

Kenta berhenti dari kesibukan mengaitkan kancing kemeja putihnya, untuk membalas iris Anta. Si kecil diam memperhatikan dengan raut penuh tanya. "Kakak mau pergi sama Mama dan Papa. Anta di rumah ya, sama Bi Tika? Kakak nggak lama kok."

"Anta mau ikut." Anta meraih lengan yang sedikit lebih besar untuk di genggam. Merasakan genggaman erat Anta, Kenta menjadi semakin ragu untuk meninggalkan adiknya sendirian.

"Enak di rumah aja, Anta bisa main. Di sana nggak enak, banyak orang dewasa yang suka ngomong serius. Pokoknya enak di rumah aja."

"Beneran?"

"Iya." Kepala Kenta mengangguk tegas. Lalu seketika bisa bernapas lega, kala si kecil dengan perlahan melepas genggamannya. Kenta kembali melanjutkan kegiatannya yang sempat terhenti karena harus menjawab pertanyaan Anta tadi. Setelah selesai, kebetulan Mama juga sudah memanggilnya terus menerus, Kenta segera turun untuk menemui mereka. Anta di belakang setia mengikuti langkah sang kakak.

"Anak Mama tampan sekali." Si wanita berteriak heboh sembari membenahi surai hitam sang putra. Sama sekali tak membawa irisnya untuk menatap satu lagi eksistensi seseorang di sana. Anta, seolah tak terlihat, si kecil hanya menunduk meremat ujung kaus birunya.

"Berangkat sekarang, Ma?"

"Iya sayang." Tangan Kenta sudah berada dalam genggaman Mama. Sebelum pergi, Kenta berbalik badan, berhadapan langsung dengan si kecil yang sejak tadi mengubur kepala dalam-dalam.

"Anta, jangan ke luar rumah selagi Kakak pergi ya? Sebelum jam lima, Kakak udah kembali. Kamu jangan nakal, turuti kata Bi Tika."

"Iya, Kakak."

Bahkan si kecil tak mengangkat kepala kala menjawab ucapan Kenta. Hati Kenta sakit. Rasanya, ingin sekali membawa sang adik pergi bersama. Namun dia bisa apa, jika Mama dan Papa bahkan tidak mengizinkan?

"Sudah. Ayo pergi! Papa sudah nunggu lama di mobil. Dan Anta, jangan nakal ya." Ucapan wanita itu berakhir bersama dengan langkahnya yang kian menjauh. Saat dua sosok tadi hampir menghilang, Anta mengangkat kepala untuk melihat bayangan sang kakak dan Mamanya.

●○●○●○●○

Bocah berusia sembilan itu hanya bisa mendesah gusar sejak tadi, sembari irisnya menatap ke luar jendela mobil. Mengamati angkasa yang gelap gulita tanpa warna. Belum lagi, rintik hujan yang sejak tadi turun tanpa adanya tanda untuk berhenti.

Kala Kenta mengamati malam, sepertinya sudah hampir larut. Kepalanya penuh dengan nama sang adik yang mungkin saat ini sendirian di rumah. Kenta tak tahu, jika Mama dan Papa akan mengajaknya makan malam dulu setelah acara selesai. Seharusnya dia sudah tiba sejak tadi, tapi karena Kenta sendiri tidak mungkin menolak permintaan Mama dan Papa, alhasil beberapa jam lalu terbuang dengan sia-sia.

Yang Kenta takutkan, Anta benar-benar sendirian. Bi Tika pasti sudah pulang, hanya ada satpam yang berjaga di luar. Bagaimana keadaan anak itu saat ini? Kenta jadi ingin cepat-cepat sampai, lalu merengkuh tubuh yang lebih kecil.

Begitu mobil memasuki halaman, Kenta segera membuka pintu dan berlari ke dalam. Mengabaikan teriakan Mamanya karena Kenta nekat menerobos hujan. Yang bocah sembilan tahun itu pikirkan, hanya lah Anta.

Kenta berlari sekuat tenaga menaiki tangga, menuju kamar adiknya. Pintu tertutup sangat rapat, lalu dengan perlahan Kenta membukanya agar tidak menimbulkan suara. Gelap. Hal pertama yang Kenta tangkap. Berjalan lebih ke dalam lagi, dengan tangan yang meraba dinding mencari sakelar, begitu menemukan, segera saja Kenta tekan dan seketika ruangan menjadi terang.

Kedua irisnya mengedar, mencari sosok yang sejak tadi memenuhi kepala. Kenta hanya menangkap ruang kosong di sini, sosok itu sama sekali tidak bisa dia temukan. Mendadak, jantungnya berdegub kencang, rasa takut perlahan membuat tubuhnya lemas.

Kemana Anta?

"Anta! Anta! Ini Kak Kenta! Anta, di mana?"

Tidak ada sahutan. Jika biasanya akan ada suara nyaring yang membalas panggilan Kenta. Kenta semakin gugup, mencari adiknya di sudut ruangan atau di dalam kamar mandi. Namun masih nihil. Tidak ada sosok itu!

"Anta jangan main-main! Dimana kamu? Jangan buat Kakak takut."

Kenta hampir menangis. Irisnya sudah terbingkai kaca, siap menumpahkan air mata jika saja kedua irisnya tak sengaja menangkap sesuatu yang janggal di depannya. Tepatnya, di lemari besar dengan pintu yang sedikit terbuka. Kenta lantas segera mendekat, membuka pintu lemari tersebut secara perlahan, dan entah Kenta harus senang atau sedih, kala irisnya memang menangkap Anta di sana.

Adiknya meringkuk, di balik helaian baju yang tergantung. Tubuh kecil itu bergetar, dengan isakan yang samar terdengar. Tangan Kenta terulur, ragu untuk menyentuh sosok rapuh itu.

"Anta. Ini kak Kenta."

Baru lah, si kecil mendongak menatap sang lawan bicara. Wajah kecilnya memerah, dengan banyak jejak air mata. Kenta sakit, hampir menangis juga, tapi segera dia tahan. "Sini, ke luar. Jangan takut, ini kak Kenta." Akhirnya si kecil mengulurkan tangan, yang segera disambut hangat oleh Kenta.

Tubuh kecil itu bergetar, ingin meminta kekuatan. Maka Kenta langsung memeluk tubuh Anta erat-erat. Bisa Kenta rasakan, betapa rapuhnya tubuh si kecil itu. Kenta usap dengan perlahan punggung si kecil yang basah oleh keringat.

Anta trauma. Trauma itu terjadi dulu, saat Papa menguncinya di kamar seorang diri sampai pagi. Anta ketakutan, semenjak itu tak pernah bisa tidur sendiri. Makanya Kenta selalu beranjak diam-diam ke kamarnya sendiri, bila sang adik sudah terlelap.

"Kakak, takut ...." Lirih si kecil.

"Jangan takut, nggak ada yang bisa jahatin kamu. Ini kak Kenta."

"Kakak, jangan tinggalin Anta." Walau suara itu teredam oleh isakan, tapi Kenta masih mengerti maksud dari ucapan sang adik. Kenta mengangguk, sembari terus mengusap punggung bergetar si kecil.

Semenjak saat itu, Kenta sebisa mungkin selalu menolak Mama dan Papa bila mengajaknya ke acara-acara formal mereka. Apalagi jika acara itu mengharuskan pulang malam. Jika memang mereka mau, harus mengajak Anta juga. Kenta tak akan pernah lagi meninggalkan adiknya sendirian.

<----««»»---->




Dunia khayalan,
08 Mei 2021

|✔| Memories Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang