Part 1

1K 25 5
                                    

Prilly menutup telinganya rapat - rapat dengan bantal tapi samar samar bunyi berisik itu masih terdengar seperti sirene yang meraung raung. Prilly merasa terganggu. Dengan mata yang masih terpejam, tangannya mulai meraba-raba. Mungkin suara handphonenya, pikir Prilly.

"Ha...lo??" gumamnya dengan mata yg tetap terpejam.

Oh, Tidak! Bunyi itu masih saja terdengar. Dengan setengah sadar Prilly memaksa bangun dari tempat tidurnya. Sedikit membuka mata, meraih beker kecil yang ternyata biang kerok dari keributan di pagi ini. Prilly menatap jarum jam di bekernya, mengerjap-ngerjapkan mata dan tersentak.

"Aaaaaaa....." teriaknya histeris.

Bunda Ully, mama Prilly, yang sibuk dengan pekerjaan dapur, tergopoh-gopoh menghampiri Prilly.

"Ada apaan sih Pril?? Kamu bikin kaget mama aja.."

"Prilly telat ma.." rengek Prilly. Dia meloncat bangun dan berlari ke kamar mandi. Bunda Ully cuma bisa geleng-geleng kepala melihat.tingkah anak kesayangannya.

Selesai berganti pakaian, Prilly memastikan penampilannya sekali lagi di depan cermin.

"Udah rapi," gumamnya. Lalu bergegas menuju meja makan.

"Ma, Papa mana??" tanya Prilly sembari menyeruput susunya dan melahap roti sandwich.

"Papa udah berangkat, soalnya ada meeting pagi ini."

"Hah?? Terus, Prilly gimana donk??"

"Naik taksi saja. Nih ongkos taksi kamu.."

Prilly mengambil beberapa lembar uang yang disodorkan mamanya. Lalu mencium tangan Bunda Ully.

"Prilly berangkat ya, Ma.."

Prilly sudah berdiri di halte dekat rumah dan melirik jam tangannya. Ini sudah hampir jam 7 tapi belum ada satupun taksi yang lewat. Bisa terlambat kalo kayak gini, gumamnya.

"Eh, itu ada bus. Naik itu aja deh."

Bus itu berhenti tepat di depan Prilly dan dia pun buru buru menaikinya. Namun dia hampir saja terjerembab karena ditabrak sesorang dari belakang yang juga buru buru menaiki bus itu. Beruntung orang itu dengan sigap meraih pinggangnya hingga dirinya tak jatuh.

"Maaf! Maaf! Nggak sengaja. Sumpah!"

Prilly bergerak cepat mengatur posisi, berdiri tegak dan menoleh ke arah si empunya suara. Prilly cukup kaget, ternyata orang itu si cowok arab. Tetangganya sendiri. Namanya Ali.

"Iya, nggak pa-pa.."

"Sekali lagi Maaf!"

Prilly menjawabnya dengan senyuman. Dalam hatinya pun tersenyum, dari cara bicara Ali seolah tersirat dia tidak ingin kejadian tadi membawa dampak di kemudian hari. Prilly bergegas duduk di kursi yang kosong dan Ali menyusul duduk disampingnya.

Sekilas Prilly menatap wajah Ali, sebelum akhirnya memusatkan pandangannya keluar jendela sembari berfikir. Ali cukup tampan, sayang dia terlalu cool.. Selama ini mereka cukup dekat, tidak hanya secara fisik seperti ini. Tapi juga sekelas. Namun setiap kali bertemu tidak pernah ada sapaan hangat dari Ali, tak ada basa basi, bahkan tersenyum untuk Prilly pun tidak pernah di lakukannya. Dasar cowok aneh!

Cinta Tanpa KataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang