Part 4

380 16 2
                                    

    Jam pelajaran kimia masih berlangsung. Prilly menopang dagunya seraya mendengarkan penjelasan guru. Entah kemana perginya konsentrasi belajarnya hari ini. Seharian ini dia sama sekali tidak mood mengikuti pelajaran.

    Sesekali Prilly menghela nafas panjang. Rasa gelisah terus menyerang dirinya. Ekor matanya berulang kali melirik Ali. Sampai akhirnya bel berakhirnya pelajaran jam itu berbunyi.

    Prilly menatap keluar jendela yang berada tepat di sebelah tempat duduknya. Berpikir sejenak. Namun lagi lagi menghela nafas panjangnya. Lalu akhirnya memutuskan kembali menggunakan waktu istirahatnya ini di taman lagi.

    Prilly baru hendak beranjak dari tempat duduknya namun mengurungkan niatnya saat manik matanya menangkap sosok Mila berjalan kearahnya.

    Mila mendekatinya dengan kening mengerut. Prilly tahu arti dari kerutan itu, Mila pasti merasa heran dengan semburat diwajahnya saat ini.

    "Mikirin apa Prill?"

    Prilly menghembuskan nafas. Berat. "Mikirin pagelaran seni yang semakin dekat, tapi sampai sekarang belom ada persiapan apapun."

    "Maksud kamu soal perform kalian nanti?". Prilly mengangguk.

    "Koq bisa?!"

    "Aku aja bingung! Sampai detik ini Ali belom sekalipun hubungin aku untuk latihan. Sepertinya dia tidak berniat untuk ikut."

    "Apa?! Yah, jangan donk. Kami berharap banget untuk ini. Bagaimanapun caranya pokoknya duet kalian itu harus terlaksana."

    "Terus harus bagaimana lagi?! Dia saja cuek begitu."

    "Kenapa nggak kamu aja yang samperin dia dan ajak dia latihan?" Saran Mila

    "Aku?! Nggak mungkin!! Kenapa harus aku?! Sedangkan dia hanya duduk diam disana tanpa berbuat apapun," tolak Prilly.

    "Sepertinya kalian terlalu memikirkan diri sendiri," ucap Mila dengan semburat kecewa di wajahnya. "Terserah kalian deh. Tapi awas saja kalo sampe kalian gak siap pas hari H nanti."

    Melihat kekecewaan Mila, Prilly jadi tak tega. Dan ini membuatnya pusiiing pala barbie. Kembali dia melirik Ali yang saat itu sedang asyik dengan gitarnya. Aaarrgghhh, tu cowok bener bener...

    Ancaman Mila terus terngiang di telinganya, sampai membuat hidupnya tak tenang. Prilly berpikir keras, mencoba mempertimbangkan saran Mila. Bolak balik di kamarnya seperti setrikaan itulah caranya berpikir saat ini. Namun sedikit terusik dengan ketukan di pintu kamarnya.

    Tok! Tok! Tok!

    Prilly menatap kesal pintu kamarnya. Siapa yang coba mengganggunya saat ini. Namun dia membuka pintu kamarnya juga. Di balik pintu tampak Raja, adiknya.

    "Ada apa?"

    "Ada yang nyariin."

    "Siapa?"

    "Liat aja sendiri!" Seru Raja sembari berlalu.

    "Isyh, ni anak." Sahut Prilly kesal.

    Prilly mematok dirinya di cermin, dengan t-shirt dan rok selutut dia merasa penampilannya cukup rapi meskipun tampak apa adanya. Lalu turun kebawah.

    Prilly baru mencapai pintu rumahnya dan tampak terkejut saat matanya tertuju pada sosok Kevin yang berada di teras rumahnya sambil tersenyum kearahnya.

    Oh, My God. Prilly sungguh merindukan sosok itu. Andai dulu dia tidak menyakiti hati Prilly mungkin saat itu juga dirinya akan berlari ke pelukan cowok jangkung itu. Namun sakit hati menahan langkahnya. Hingga dirinya hanya terpaku ditempat dia berdiri saat ini.

    "Hai, sayang..." sapa Kevin.

    "Untuk apa kamu kesini?" Ketus Prilly.

    "Koq gitu sih, aku kan kangen sama kamu. Emangnya kamu nggak kangen sama aku?"

    Prilly tersenyum sinis. "Kangen?! Bullshit!! Emangnya kamu masih ingat aku?"

    "Kamu kenapa sih?! Kamu itu pacar aku. Jelas saja aku kangen, setelah lama kita gak bertemu."

    "Pacar?! Masihkah aku di anggap pacar setelah kamu pergi dan gak ngomong ngomong ke aku kamu pergi kemana dan sama siapa, ha? Kamu tiba tiba ngilang, telpon gak pernah kamu angkat, sms gak pernah di balas, seperti itu yang kamu bilang pacar?" Amarah Prilly yang selama ini terpendam akhirnya tumpah ruah.
   
    "Ok, ok, aku tahu aku salah. Aku menghilang dari kamu setahun belakangan ini. Aku minta maaf.Tapi aku punya alasan untuk itu."

    "Oh, ya? Alasannya apa?"

    "Aku gak bisa ngomong sekarang, Pril. Terlalu berat buat aku saat harus mengungkapkannya saat ini. Tapi aku janji, suatu saat nanti aku bakalan bilang ke kamu."

    "Baiklah! Kembalilah saat kamu sudah siap untuk mengatakannya." Putus Prilly.

    "Tapi, Prill..."

    "Sorry Vin, aku sibuk. Aku ada tugas sekolah." Ucap Prilly tepat saat matanya tertuju pada Ali yang sedang berdiri di pagar rumah Prilly.
   
    "Ok, lain waktu aku akan datang lagi."sahut Kevin mengalah. Sepertinya dia paham, dengan kemarahan Prilly yang saat ini sedang meletup letup. Dan tak akan ada gunanya untuk meyakinkannya hari ini.

    Prilly tahu Kevin pergi dengan kecewa. Meskipun dia hanya melihatnya lewat punggung cowok itu, tapi ia tahu dan tak perduli. Prilly melihat Ali memasuki pekarangan rumahnya. Dan Prilly memutuskan untuk menyambut Ali diteras rumah.

    "Hai! Sorry tadi aku gak bermaksud.."

    "Kenapa baru datang sekarang? Kamu tau kan, waktu kita gak banyak untuk latihan?" Berondong Prilly yang mencoba mengabaikan ucapan Ali. Dia tahu kemana arah bicara cowok itu. Dan Prilly malas untuk membahasnya.

    "Sorry, aku terlalu sibuk di bagian perlengkapan. Jadi mengesampingkan latihan."

    "Oh gitu?!" Prilly mengangguk angguk "Jadi, lagu apa yang akan kita bawakan nanti?"

    "Lucky. Lagu Jason Mraz featuring Colby Calliat."

    "Ok, aku tahu lagu itu."

Cinta Tanpa KataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang