rumah

539 84 11
                                    

Pagi itu, Seonghwa sengaja bangun lebih awal karena ingin memasak bekal untuk Hongjong dan yang lain. Para bocah ( r: Mingi, Yunho, San, Yeosang, Wooyoung, dan Jongho ) sempat protes karena Seonghwa hanya memasak untuk Hongjoong. Iri, katanya.

Pelayan di rumahnya sudah tidak heran melihat Seonghwa yang berada di dapur, tengah berkutat pada pisau dan bahan makanan.

" Sayang, mama ada meeting penting ke London dan pulangnya minggu depan. Ga apa-apa sendiri di rumah? "

Suara sang mama mengalihkan fokus Seonghwa, pemuda bersurai hitam itu menoleh ke arah sang mama yang terlihat sibuk mengenakan anting berliannya.

" Ga apa-apa, ma. Mama sekalian nyusulin papa? "

Tanya Seonghwa, mengingat sang papa juga sedang berada di London karena keperluan bisnis.

" Iya, nanti pulangnya bareng papa. Kamu liburnya kapan? Papa rencana mau ngajakin liburan. "

Ujar sang mama, berjalan mendekati putera semaya wayangnya itu.

" Dua bulan ini banyak kegiatan, ma. Emang mau kemana? "

Ucap Seonghwa tetap melanjutkan kegiatan memasaknya itu, namun tetap dengan memperhatikan mamanya.

" Hawaii, mungkin? Kamu kan sempet bilang pengen ke Hawaii. Oh iya, mau nginep di rumah Hongjoong aja? "

" Ga perlu, mah. Nanti Hwa ajak anak-anak aja nginep di sini. Boleh kan, ma? " Tanya Seonghwa, menatap wajah cantik sang mama dengan tatapan memohon andalannya yang mana terlihat sangat menggemaskan.

" Boleh, sayang. Nanti kalau butuh apa apa bilang ke Pak Hwang aja, ya? Nanti ke kampus juga di anter sama pak Lee. "

Ucap mama Park. Sekedar informasi, Pak Hwang merupakan kepala pelayan di kediaman Park sedangkan pak Lee adalah sopir keluarga mereka yang sudah bekerja sejak Seonghwa masih kecil.

Meski Seonghwa bisa menyetir, kedua orang tuanya kurang setuju bila Seonghwa menyetir sendiri. Keduanya terlalu khawatir pada Seonghwa hingga pada akhirnya Seonghwa selalu diantar oleh sopir, kalau tidak ya bersama temannya.

" Iya, iya, mama cantik. "

" Good. Masakan anak mama kelihatan lezat, nanti ke kampusnya jam berapa? "

Seonghwa terkekeh pelan mendengar perkataan dari wanita nomor satu di hidupnya itu.

" Itu, yang lain minta dimasakin juga. Berhubung Hwa lagi senggang, sekalian aja masakin buat mereka semua biar nanti pas pulang tinggal dimakan. Habis masak Hwa langsung siap-siap kok, ma. "

" Ah, i see. Mama berangkat dulu ya? Takut macet di jalan. Love you, sweetheart. "

Mama Park sempat mengecup pipi Seonghwa terlebih dahulu, sebelum berjalan menjauhi dapur.

" Love you too, mom! "
️️️
️️️️
️️️️
️️️️
️️️️
️️️️

─────────────
️️️️
️️️️
️️️️
️️️️
️️️️
️️️️
️️️️

" Pak, nanti Seonghwa pulang sendiri ya. "

Ucap Seonghwa pada pak Lee, sebelum akhirnya turun dari mobil sembari membawa buku yang tebal seperti catatan seorang pendosa. Sungguh, Seonghwa terkadang heran kenapa dirinya kuat menghafal buku-buku tebal tersebut.

Omong-omong soal makanan, ketujuh orang yang dia sayangi itu memang sering makan makanan yang dibawa oleh Seonghwa. Aneh, memang. Padahal kantin tersedia, namun mereka tetap lebih menyukai masakan Seonghwa.

unconditional love ; joonghwaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang