~ 1 ~

1.5K 89 14
                                    

Mari kita baca.

Alice menatap keluar jendela melihat jalanan yang tidak banyak berubah. Senyumnya mengembang saat cerobong asap rumahnya sudah mulai tampak. Sesekali senyumnya melebar saat melihat anak-anak kecil berlarian dipinggir jalan sambil bercanda dengan teman - temannya. Mengingatkannya pada masa kecilnya.

Sesampainya di depan rumah, Pak sopir membukakan pintu mobil. Perlahan Alice menjulurkan satu kakinya keluar.

"Hai Kak Harry." Alice tersenyum dan menyambut tangan kakaknya yang sudah terulur ke arahnya, dengan perlahan Alice keluar dari mobil.

"Selamat datang kembali adikku. Bagaimana akademi? Apakah kamu mengalami kesulitan?" Harry Fernandez kakak Alice mulai memberondong adiknya dengan berbagai pertanyaan.

"Hem.. Entahlah, aku merasa senang berada di asrama dan akademi. Aku tidak sabar menantikan liburan musim dingin ini." Alice tersenyum melihat para pelayan menyambut kedatangannya.

"Apakah ada yang menganggumu?" Harry bertanya sambil mengernyitkan dahi.

"Hem.. Tidak ada." Alice melangkah masuk ke dalam rumah.

"Kau tampak ragu untuk menjawab." selidik Harry dan membuat Alice terkekeh.

"Apakah aku tidak boleh menjaga rahasiaku sendiri? Sudahlah jangan terlalu kuatir, aku bisa mengatasinya." Alice hampir menyerah menyembunyikan kegelisahannya.

"Well, baiklah. Aku tidak akan bertanya lebih jauh lagi. Sebaiknya kau bersiap untuk makan siang." Harry menepuk bahu Alice setelah mengantar adiknya sampai di depan kamar.

Alice tersenyum melihat punggung kakaknya yang mulai menjauh. Sesampai di dalam kamar, Alice langsung menuju ke kamar mandi, berendam dalam bathtub sudah menjadi angan angannya sejak di dalam mobil tadi. Lelahnya langsung hilang dan tubuh Alice terasa lebih ringan setelah menyentuh air hangat.

Tentu saja ada hal yang membuatnya merasa tidak nyaman di akademi. Alice tidak suka menjadi populer. Alice mengakui dirinya memiliki keunggulan daripada anak yang lain. Itu semua hasil belajarnya selama ini dan tidak bermaksud untuk menimbulkan keirian pada teman temannya. Seharusnya jika mereka merasa kurang, mereka harus lebih banyak belajar. Tetapi bukannya belajar seperti Alice, mereka malah mencari perhatian dari para lawan jenis. Alice hanya menggelengkan kepala, tidak mengerti dengan jalan pikiran teman temannya.

.....

"Oh. Aku tidak tau kalo kita akan kedatangan tamu." Alice berucap saat masuk ke ruang makan.

Semua anggota keluarga Fernandez sudah menunggu Alice untuk makan siang bersama seorang tamu yang baru Alice lihat hari ini.

"Selamat malam nona Fernandez, perkenalkan saya Luke Sebastian." tamu itu memperkenalkan diri dan mencium punggung tangan Alice.

"Selamat malam tuan muda Sebastian, saya Alice. Silakan duduk dan selamat menikmati hidangan." Alice membalas sapaan ramah dari tamu keluarganya.

"Ada beberapa hal yang ingin aku bicarakan dengan tuan muda Sebastian. Jadi jangan heran kalo aku mengajaknya makan siang." Alan Fernandez -papanya, seolah menjelaskan sesuatu yang tidak penting pada Alice.

"Ya tentu papa. Tidak masalah." Alice tersenyum ramah menjawab penjelasan papanya.

"Makan yang banyak my dear, tubuhmu agak kurus sepulang dari akademi. Tidak ada masalah kan?" Rosa Fernandez -mamanya, mengemukakan kekuatirannya pada putrinya sambil menuangkan sup ke dalam mangkok dan meletakkannya di depan Alice.

"Aku hanya terlalu aktif olah raga mama. Jangan kuatir, selama liburan aku akan memakan semua makanan yang dihidangkan." Alice tersenyum tipis pada mamanya, berusaha menjaga ekspresi wajahnya supaya keluarganya tidak kuatir.

Another Side (18+) (Completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang