Part 16

1.3K 97 3
                                    

Happy Reading

Iqbal menghentikan langkahnya, ia berbalik. Salsha tersenyum padanya.

Salsha bangun dan menghampiri Iqbaal yang tengah berdiri mematung.

"Aku sangat mencintaimu," ucap Salsha sembari memeluk Iqbaal erat.

"Benarkah?" tanya Iqbaal dengan mata berbinar-binar. Tentu ia senang. Wanita yang selama ini ia kejar telah luluh.

Salsha mengangguk.

"Jadi, kamu mau 'kan nikah sama aku?" tanya Iqbaal.

"Iqbaal mengertilah, aku belum siap."

"Baiklah, aku akan menunggumu," ucap Iqbaal sembari tersenyum hangat.

"Tunggu aku lulus sekolah, aku akan siap menikah denganmu."

Iqbaal melepaskan pelukannya, ia menatap Salsha.

"Lalu, kuliahmu?" tanya Iqbaal.

"Tak apa,kuliah 'kan bisa untuk semua kalangan, sekalipun sudah menikah 'kan?" tanya Salsha.

"Kau tak mau merahasiakannya?" tanya Iqbaal.

"Tidak. Tapi, jika kau ingin merahasiakan pernikahan kita. Terserah. Kau boleh merahasiakannya."

"Hey, aku mencintaimu. Bahkan, sangat mencintaimu. Aku tak akan merahasiakan pernikahan kita jika kau tak ingin merahasiakannya."

Salsha tersenyum hangat.

"Jadi, kamu mau 'kan pake cincin dariku?" tanya Iqbaal.

Salsha mengangguk,"iya."

Pelan, Iqbaal menarik tangan Salsha dan menyematkan cincin di jari manis Salsha.

"Sangat cantik," ucap Iqbaal.

"Terimakasih."

***

Salsha dan Iqbaal keluar dari restoran mewah itu. Mereka berniat akan ke toko busana untuk memilih gaun dan kemeja yang akan mereka kenakan nanti.

Salsha lulus dalam beberapa bulan lagi. Dan, tentu. Mereka akan mengadakan pernikahan sebulan setelah Salsha lulus dari sekolah menengah atas nya.

Ceklek

Pintu terbuka.

"Hay, Iqbaal!" panggil Fiko, sahabat Iqbaal.

"Aku ingin membeli beberapa buah gaun dan kemeja untuk pernikahan," ucap Iqbaal santai.

"Siapa yang akan menikah?" tanya Fiko heran.

"Aku," jawab Iqbaal cuek.

"Kau? Dengan siapa?" tanya Fiko masih penasaran.

"Dengan Salsha," jawab Iqbaal tersenyum. Lalu, memeluk Salsha.

"Oh, ini sebuah kejutan. Kau tak pernah dekat dengan wanita. Tapi, ini. Kau ingin menikah. Aku selalu mendoakan yang terbaik untukmu kawan," ucap Fiko sembari merangkul sahabat karibnya itu.

***


Setelah memilih gaun, Iqbaal dan Salsha mulai memilih gedung untuk pernikahan mereka nanti. Gedung yang di pilih pun sangat mewah, dengan harga yang tak sedikit.

Salsha telah mengingatkan Iqbaal untuk memilih gedung yang sederhana saja, agar harganya pun tidak terlalu besar. Tapi, Iqbaal tak menghiraukan ucapan Salsha. Ia akan memberikan yang terbaik untuk calon permaisurinya.

***

Kelulusan di sekolah Salsha akan di gelar beberapa hari lagi, tentu dengan persiapan cukup matang. Segala penjuru di penuhi dengan hiasan, ruangan yang sangat cantik.

Semua siswa di sini bisa mengenakan pakaian yang mereka inginkan. Dan, ya. Iqbaal telah menyiapkan sebuah pakaian yang sangat cantik untuk Salsha. Sebuah gaun berwarna biru. Warna kesukaan Salsha.

Sebelum kelulusan tiba, Iqbaal telah membeli sebuah buket bunga besar tentu dengan bonekanya. Boneka yang sangat di idam idamkan Salsha, tak lupa dengan beberapa coklat yang sangat Salsha sukai.

Di acara pelulusan nanti, Salsha akan membacakan sebuah puisi. Puisi yang ia siapkan jauh jauh hari pasti akan membuat semua orang terpukau.

Salsha termenung di balkon kamar, ia menatap langit yang gelap. Tak ada bintang satupun, hanya bulan yang senantiasa menemaninya setiap malam.

Suasana hening. Ia teringat akan ibunya. Apakah ia merindukannya? Tentu, semua anak akan merindukan orang yang amat mereka cintai.

"Ibu, aku tak tahu dimana kau sekarang? Tapi, aku ingin kau datang di hari pernikahan ku nanti," gumam Salsha.

Tak terasa air mata jatuh tak tertahankan, ia amat merindukan ibunya. Ayahnya? Ayah Salsha telah berpulang ke pangkuan yang maha kuasa saat Salsha berumur 3 tahun. Kecelakaan beruntun telah merebut nyawa orang yang amat ia cintai.

"Salsha," panggil Iqbsal. Tapi Salsha tak menggubris. Dia masih termenung mengingat ibunya.

Iqbaal melangkahkan kakinya menuju balkon kamar. Melihat Salsha menangis, Iqbaal tersentak.

"Kamu kenapa?" tanya Iqbaal.

"Salsha kangen ibu," jawab Salsha mulai terisak.

Iqbaal memeluk Salsha hangat.

"Kita akan mencari ibumu."

Jangan lupa vote ama coment ya

Tuan Muda IqbaalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang