Kala itu ribuan daun menari diiringi suara gesekan yang riuh merdu menenangkan atma, selaras dengan arah sarayu yang hadir dengan hembusan lembutnya.
Mereka amat senang dan bahagia, berayun - ayun dipuncak dahan yang telah rapuh menua dikikis usia.
Dahan itu tua, namun kian hari anak daun terus tumbuh dan bergantung padanya. Ia lelah. Tapi ia menahannya. Sebab ia percaya suatu saat nanti anak daun itu akan membantunya agar ia menjadi lebih kuat dan kokoh, agar ia dapat menopang anak daun lain yang akan lahir, dan tentunya agar panjang pula usianya.
Setiap malam ia berdoa pada tuhan agar suatu saat diberi keringanan sesaat dan dapat mengumpulkan tenaga untuk menopang anak daun yang akan lahir dikemudian hari.
Para gemintang dan seisi dirgantara yang mendengar doanya pun membantunya melangitkan doa itu.
Hingga pada akhirnya, setiap tahun dengan waktu 3 bulan lamanya, dedaunan yang menggantung pada saban lengannya gugur berjatuhan. Yang mana pada masa itu, beban yang menggantung pada dirinya pun berkurang, dan ia dapat mempersiapkan diri menunggu kehadiran dedaunan itu tumbuh menghiasi dirinya lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pengamat Jagat Raya
PoetryPada buku ini sang penulis menorehkan puluhan peristiwa apapun yang terbesit dibenaknya melalui aksara yang diketik dan disusun menjadi sebuah kidung dengan makna yang tak terpikirkan artinya. Silahkan berkunjung. Ia akan menyambutmu dengan hangat d...