Tidak pernah terlintas dibenaku, harus dijodohkan dengan temanku sendiri, saat usiaku masih 23 tahun. Orangtuaku terlalu terobsesi agar aku cepat menikah, aku tidak tau mengapa secepat ini. Aku berasal dari keluarga berkecukupan, tidak mungkin orang tuaku menjodohkan ku karena uang.
Orangtuaku memang dekat dengan Jaemin beberapa tahun silam, saat dia bekerja di perusahaan papaku.
Papa melarangku pergi ke London untuk kuliah S2. Tapi malah menikahkan ku sedini ini. Hal ini benar-benar membuatku tertekan.
Jaemin, kau teman sekolahku dulu, bahkan 6 tahun bersekolah ditempat yang sama, aku pernah memberitahumu pria yang paling aku sukai dulu, itu Jeno sahabatmu sendiri, bukan kau.
Aku kecewa saat kau menyetujui perjodohan kita. Aku membencimu jaemin, aku benciiiiiii.________
Tidak ada yang bisa kami lakukan selain diam seperti ini, aku duduk ditempat tidur sedangkan dia duduk ditempatnya sendiri. (Kursi ruang kerja, rumah)
Bahkan bicara saja sulit untuk dilakukan, biarkan saja seperti ini, supaya kau mengerti, aku bahkan merasa tersiksa berada di satu ruangan denganmu.
Kalau kau juga ikut diam, aku rasa kita memang benar-benar tidak akan pernah saling berbicara sampai tua. Apa peduliku? Aku bahkan tidak mengenalmu lagi.
Biarkan aku menjadi istri yang paling buruk sekalipun di dunia ini, lagipula aku tidak menganggap pernikahan ini sah. Ini keterpaksaan, kau memaksaku, semua orang memaksaku, aku benciiiiiii.
Kalau dihitung mungkin ada puluhan ribu aku mengatakan aku bencii dalam sehari. Itu karena memang aku benci dengan keadaan ini.
Tiba-tiba hpku berdering, ada pesan dari Yeonjun, dia mengajakku pergi ber-party di rumah Sindey, hari ulang tahunnya, mereka berdua memang dekat. Aku putuskan pergi, daripada mematung tidak jelas seperti ini? Baiklah aku akan mandi dan tampil cantik nanti.
••
"Mau kemana?" Tanyanya ketika memergokiku mengambil baju dari lemari.
Huuuuhhhhh... Kau pikir aku akan menjawab? Tidak. Satu katapun tidak akan aku katakan.
Aku akan berganti pakaian lalu pergi meninggalkanmu sendiri, mungkin akan lebih baik kalau aku pergi selamanya. hhhhh...
"Aku tidak mengijinkanmu pergi" Titahnya.
Apa urusanmu melarangku pergi? biarpun aku dicap istri durhaka sekalipun, aku tidak peduli.
Melihatku akan pergi, dia malah menghalangiku keluar pintu, mencengkram lenganku dengan kuat, kau kasar sekali, memaksaku bahkan menyiksaku seperti ini.
Tenagaku kalah jauh darinya, bahkan dengan satu tangannya yang besar, dia bisa mencengkram kedua tanganku sekaligus.
Manusia macam apa kau ini? Kejam sekali.
"Kalau kau tidak memberitahu mau kemana, aku tidak akan melepaskanmu" katanya mengancam.
Aku tidak suka diancam, bodoh. Sakit sekali, lepaskan tanganku, atau aku akan menjerit supaya semua orang di rumah ini mendengar.
"Silahkan kau pergi, setelah memberitahuku kemana kau akan pergi" ancamnya lagi.
Kau tidak berhak melarangku, kau bukan ayahku, kau tidak bisa memperlakukanku seenakmu seperti ini.
"Aku tidak merasa bersalah melakukan ini, aku suamimu, kau tanggung jawabku sekarang"
"Jadi?? Apa yang kau mau? Melakukan s3ks denganku dulu baru membiarkanku pergi? Begitu maumu?"
PLAK...
Satu tamparan mendarat di pipiku saat tanganku tidak berdaya seperti ini.
Tamparan pertama yang aku dapat setelah aku menikah. Kau memang benar-benar kejam jaemin, kau bukan teman yang pernah aku kenal dulu.
Kau marah ketika aku mengatakan itu? Seharusnya aku juga berhak marah padamu. Jika aku sama kuatnya denganmu, aku akan memukulmu juga seperti kau memukulku barusan.
"Apa kau puas telah memukulku? Pukulah lagi kalau memang belum puas?" Biasanya aku tidak pernah seberani ini dengan laki-laki, karena saking bencinya aku padanya, aku bahkan tidak sadar melakukan hal senekat ini.
"Pukulah, pukul sebelah sini juga" aku bahkan memperlihatkan pipi sebelahnya lagi untuk dipukul.
Aku tidak mengerti makhluk apa yang sedang merasuki tubuhku saat ini sampai aku berani menantang jaemin.
Aku tahu amarahnya sudah mulai memuncak rahangnya mengeras dan tatapannya menakutkan, tapi aku tahu jaemin tidak benar-benar akan memukulku lagi untuk yang kedua kalinya.
"Aku tidak akan sekasar ini kalau kau memberitahuku,"
"Aku tidak mau" aku malah mengejeknya, mendekatkan mukakuku ke wajahnya.
"Tidak apa-apa kau tidak memberi tahu, tapi aku akan mengikutimu" katanya sambil melepaskan genggaman tangannya.
Apa jadinya aku nanti kalau pergi bersamanya? bisa jadi bahan olokan aku nanti kalau ketahuan sudah menikah, tidak. Jaemin tolong jangan lakukan itu.
"Ayolah, aku bukan anak kecil. Jangan mengaturku kemana aku akan pergi" pintaku padanya kala dia benar-benar bersiap untuk ikut.
Kalau aku pergi sekarang apa mungkin dia bisa mengejarku? Aku akan berusaha...
Siallll, pintunya dikunci. Sejak kapan pintu ini dikunci?
Oke... Tertawalah, tertawalah melihatku seperti orang bodoh sekarang!
Aku putuskan tidak jadi pergi.
Daripada, kau membuatku malu.Aku melepaskan barang-barang aksesoris ku kembali. Yaaaa... Kali ini aku menyerah, kau menang. Kau puas? Puaskah menang dari seorang perempuan?
Aku tau kau begitu puas, tertawalah yang keras, agar aku lebih tersiksa.
°
°
°
°
°
°
![](https://img.wattpad.com/cover/267789808-288-k335022.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
NA JAEMIN | BEST HUSBAND
Teen FictionJaemin itu sebaik-baiknya suami dimataku. Dia mendidikku sama seperti seorang ibu merawat anak putrinya. Walaupun aku nggak cinta sama dia sama seperti dia mencintaiku, tapi dia melindungiku dari apapun, mengerti apa yang aku pengen, peka terhadap a...