Walking at Night

26 2 0
                                    

We are walking under the dark sky. We are too dark, nobody can't see us. Even the moon won't shine on us. But your smoldering eyes, won't let us astray.

.
.

Manis.

Itu adalah kata yang pertama kali terlintas di otak Off ketika merasakan sesuatu yang kenyal dan hangat menempel di bibirnya.

Kedua benda itu menyatu secara tiba-tiba hanya dalam 3 detik saja. Bahkan tak ada satupun dari mereka yang menahan napas.
Ngomong-ngomong, ini hanya penempelan bibir, bukan ciuman, tapi anehnya jantung mereka begitu cepat memompa, mengakibatkan adanya perasaan gugup, canggung, dan sedikit bersemangat. Apalagi pada pria yang baru pertama kali merasakan sesuatu yang manis tapi bukan permen itu.

Setelah bibir mereka akhirnya berpisah, Off tidak bicara apa-apa. Dia diam saja menunggu penjelasan dari Gun. Lagi pula memang tidak ada yang perlu ditanyakan, Off sudah tau jawabannya.

"Hh... aku berhasil menyembunyikan wajahku dari mereka!" Wajah Gun yang begitu bersemangat dan memerah berhasil menarik atensi Off yang dari tadi hanya memikirkan manis, manis, dan manis.

"I..iya" jawab Off. Lalu diam lagi.

Menunduk malu-malu, Gun menautkan kedua tangannya di depan dadanya. Badannya sedikit berputar ke kanan dan ke kiri, lalu menatap Off lagi.

"Terimakasih.." ucapnya sepenuh hati.

"..Mau mencari coat mu?" Katanya lagi.

***

"Kenapa bersembunyi? Kau harus pulang" Off berjongkok didepan semak-semak. Mencari coatnya yang mungkin masuk ke dalam sana.

".. nanti.." anak itu berada tidak jauh di belakang Off.

"Kenapa?" Off menoleh kebelakang, ingin tau Gun sedang apa.

Gun hanya berdiri didepan pohon besar.

"..aku sedang membantu mu mencari coat-kan.."

Off diam saja. Jujur, Off sedikit kesal pada tindakan Gun yang semena-mena masuk ke bar dan mengakibatkan pertikaian antara pengunjung bar dan teman-temannya, apalagi setelah itu, Gun juga menahan wajahnya lalu menempelkan bibir mereka secara tiba-tiba.

Tapi Off orang yang dewasa. Off juga harus berterimakasih pada si kecil itu karena membelikannya coat juga membantunya.. untuk lebih tau tentang rasa yang dinamakan manis.

"Kau hanya berdiri disana, menatap pohon besar itu. Kau tidak membantu" Off menggelengkan kepala, kembali fokus pada semak-semak tajam yang menusuk kulit jari-jarinya.

"Coatnya disini, tergantung di ranting. Tinggi, aku sedang memikirkan cara agar bisa mengambilnya". Gun menunjuk kearah atas pohon.

Off kesal. Tangannya luka-luka tapi pria itu malah mempermainkannya dengan tidak bilang jika dia sudah menemukan coatnya.

Untuk apa Off mencari ke semak-semak hingga tangannya terluka jika ternyata Gun bisa menemukan coatnya hanya dengan berdiri?

"Maaf. Aku juga bingung kenapa kau mencari benda yang terbang tertiup angin di semak-semak begitu. Aku tak mau mengganggu mu.." Gun berdiri menjauhi pohon ketika Off datang mendekat ke pohon itu.

Off tidak mau memanjat pohon itu, mengingat tangannya sudah penuh luka.

Dia melirik Gun. Mulutnya sedikit ternganga melihat mata pria itu menyendu.

"Kenapa?" Tanyanya.

"Maaf.. tangan mu.."

Off melirik tangannya. "Sudah lah. Naik sini. Ambil coat itu lalu aku akan mengantarmu pulang"
Off membungkukkan badan, membiarkan Gun naik keatas punggungnya agar dapat meraih coat itu.

Sun-Sweet: Once Upon I GazeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang