Perpisahan

115 16 0
                                    

Soojin melepaskan sepatunya, lalu meletakkannya di rak. Ia lalu berjalan  menuju kamarnya. Namun, belum sempat kakinya menaiki anak tangga, Hyunsuk memanggilnya dari belakang. 

Sebenarnya Soojin sangat malas untuk menoleh, karena dia tahu, Hyunsuk pasti akan membahas masalah kemarin.

"Bisa kita bicara sebentar?" 

Soojin pun menghela napas panjang, dan akhirnya menuruti permintaan Hyunsuk. 










"Kau sudah benar-benar dewasa rupanya." ucap Hyunsuk setelah mereka memutuskan untuk berbicara di taman belakang rumah.

Soojin mengernyit tanpa jawaban. 

"Dulu, setiap Jihoon memarahimu, kau pasti langsung datang padaku dan membujukku agar memarahi Jihoon. Tapi sekarang, kau bahkan sudah bisa memarahinya sendiri." Hyunsuk melirik Soojin dan tersenyum penuh arti. 

Soojin masih berwajah malas dan tak menanggapi 'lelucon' Hyunsuk. "Kalau ini tentang yang kemarin, kumohon jangan sekarang, Kak. Aku sedang tak ingin membahasnya."

"Aku bertemu Junkyu hari ini."

Sontak, Soojin pun melotot ke arah Hyunsuk dan entah kenapa tiba-tiba ia seperti kepanikan. "Kapan!? Mm-maksudku kenapa, Kak? Kenapa kalian bertemu?" 

"Sebenarnya dia juga meminta untuk bertemu dengan Jihoon, tapi–kau tahu sendiri, kan, kakakmu itu seperti apa. Akhirnya aku sendiri yang menemuinya." jawab Hyunsuk. 

"Apa yang kalian bicarakan?"

"Apa lagi? Dia meminta maaf, dan meyakinkanku bahwa dia benar-benar menyayangimu."

Soojin tak menjawab. Kedua tangannya tergenggam erat. Dari raut wajahnya ia tampak memikirkan sesuatu.

"Soojin?"

Soojin menatap Hyunsuk, dan berusaha menyembunyikan rasa paniknya.

"Kau–benar-benar mencintai Junkyu?" tanya Hyunsuk dengan tatapan dalam. 

Agak lama Soojin menjawab, sampai akhirnya ia mengangguk perlahan.

"Baiklah, aku akan coba bicara lagi pada Jihoon." 

Soojin terperangah. Anehnya, ia tak segirang sebelumnya. Tatapannya kosong, tapi pikirannya masih tetap bekerja. 

"Aku sudah dengar semuanya dari Junkyu." 

Sontak, ucapan Hyunsuk barusan kembali membuat kedua mata Soojin terbuka lebar. Kini, ia semakin panik, dan bibirnya bergetar seperti hendak mengatakan sesuatu.

"Dia sangat mencintaimu, Soojin. Walau begitu, dia tetap menghormati kami, itu sebabnya dia sangat ingin bertemu dengan Jihoon untuk meminta maaf. Aku pun bisa melihat ketulusannya itu..." Hyunsuk menggantung ucapannya sejenak, sebelum akhirnya berkata, "Aku sudah merestui kalian."

Mulut Soojin ternganga. Ketidakkuasaannya untuk berkata-kata membuat kedua matanya meneteskan air, dan membasahi pipinya. 

"Kenapa kau menangis?" Hyunsuk cukup terkejut melihat adiknya ini tiba-tiba meneteskan air mata. Ia pun mengusap air mata Soojin dengan lembut. "Jangan menangis. Jika seperti ini kau jadi tidak terlihat sudah dewasa lagi." canda Hyunsuk.
"Untuk Jihoon, kau tidak usah khawatir. Dia pasti akan mengerti. Kau berhak mendapatkan kebahagiaanmu, Soojin. Dan, kau tahu, kan, bahwa Jihoon akan melakukan apa saja untukmu."

Tangis Soojin semakin pecah. Ia pun tak mampu menahannya dan langsung menghamburkan diri ke pelukan Hyunsuk. Air matanya berhasil membasahi pundak Hyunsuk, namun Hyunsuk tidak mempermasalahkannya. Hyunsuk tahu, berat bagi Soojin untuk melakukan hal ini. Menikah, yang artinya Soojin akan punya kehidupan sendiri. Akan jauh dari keluarga dan teman-temannya. Apalagi mereka akan menggelar upacara pernikahan tanpa siapapun. 

THE VICTIMS [on going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang