Enjoy the story guys!
Seperti biasanya hal yang dilakukan para siswa ketika bel masuk berbunyi adalah masuk ke kelas masing-masing dan menunggu guru yang mengajar mata pelajaran.
Tetapi berhubung sudah 10 menit dan tidak ada guru yang masuk ke kelas mereka, jadilah Rio—si ketua kelas mereka bersama wakilnya—Raphael pergi ke kantor guru untuk bertanya dimana guru yang seharusnya masuk ke kelas mereka. Duo R itu selalu pergi bersama-sama ke manapun.
Bahkan karena sangking dekatnya ada rumor aneh di sekolah mereka yang beredar tentang hubungan terlarang mereka."Apa lihat-lihat! Matanya mau dicolok?!" Rio melotot garang ketika ada teman seangkatan yang cekikikan menatap mereka.
"Udah sabar!" Raphael menenangkan Rio yang selalu emosi menghadapi rumor buruk di sekolah mereka.
"Ini lagi. Sabar! Sabar! SABAR TEROS!" Rio langsung melangkah pergi meninggalkan Raphael yang terlihat kaget mendengar bentakan Rio.
"Fix. Kak Raphael adalah uke yang sabar menghadapi Kak Rio yang emosian." Ada salah satu adik kelas mereka berbicara dengan berani kepada Raphael.
"Ini lagi. Uke-uke! Mau ditimpuk?! Pagi pagi udah ngengosip aja lu berdua!" Raphel menarik sepatu yang dia kenakan dan dia angkat tinggi-tinggi.
"Pergi gak? Mau gue timpuk? Masuk sana!" Raphael membuat gerakan seolah-olah akan melempar sepatu yang dia angkat tinggi-tinggi.
Dua adik kelasnya itu sontak berlari. Bukan berlari karena ketakutan. Terbukti mereka yang berlari sambil cekikikan.
"IH! KAK RAPHAEL GEMESIN DEH!!" Dua adik kelasnya itu bersorak bersamaan.
Akibatnya Raphael membalikkan badannya dengan mata melotot. Sepatunya yang hendak dia pasangkan, kembali dia angkat tinggi-tinggi. Jika tadi hanya untuk mengancam, kini sungguhan dia lempar."GEMESIN! BAPAK LO!!" Raphael berteriak penuh kekesalan. Sepatunya yang melayang tadi tidak kena kepada dua adik kelasnya itu karena mereka langsung berlari ke tikungan menuju kelas 10—kelas dua adik kelasnya itu.
🍂🍂🍂
"ASTAGANAGA! Kelas kenapa hancur begini?!" Rio takjub melihat pemandangan kelas mereka. Meja yang sudah tidak pada susunannya. Sapu yang sudah berada di meja guru, dan jangan lupakan pesawat kertas yang berserak di lantai.
Padahal mereka kelas sebelas. Masih ada ternyata anak kelas sebelas yang main pesawat kertas.
"Si Adinda mana?" Rio bertanya kepada Ririn—si wakil sekretaris. Karena biasanya jika dia tidak ada, Adinda yang jabatannya Sekretaris kelaslah yang menjaga ketertiban kelas.
"Itu!" Ririn juga seperti sudah pasrah dengan kelas mereka yang isinya orang abnormal.
Terbukti setelah menjawab pertanyaan ketua kelasnya, dia langsung menjatuhkan kepalanya dalam lipatan tangannya di atas meja.
Rio mengikuti arah tunjukkan Ririn. Dan ya, Adinda ada di sana.
Berteriak tidak jelas sambil memukul-mukul meja demi membangunkan dua orang malas itu, Gita dan Lira.Sebelum melangkah mendekat ke arah Adinda, Rio menghela napasnya terlebih dahulu.
Dia menyingkirkan semua benda yang menghalangi langkahnya untuk mendekati sang sekretaris.
Adegannya sungguh seperti seorang pangeran yang rela menyingkirkan apapun demi bertemu sang putri. (Tetapi versi buruknya. Jika pangeran dan putri memiliki tingkat aesthetic yang tinggi, Rio dan Adinda tidak sama sekali)."Ngapain sih?" Rio menyentuh pundak Adinda agar gadis itu sadar dengan apa yang dilakukannya.
"Ini lihat! Bisa-bisanya dua idiot pemalas ini tidur di kelas!" Adinda mengomel sambil menunjuk Gita dan Lira.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terlalu Malas
RandomBercerita tentang dua sahabat perempuan yang sama-sama memiliki sifat malas. Keduanya duduk di bangku SMA. Satu kelas dan bahkan satu bangku. Dua orang ini sedikit berbeda dari kebanyakan siswa/siswi SMA lainnya. Mereka juga sedikit berbeda dari rem...