Falling in Love with You and Again Pt. 3

497 52 15
                                    

Happy Reading

.

.

.

.

.

Yoongi terbangun dan hal pertama yang dia lihat adalah langit-langit kamar yang masih terasa asing bagi penglihatan. Juga bantal serta ranjang yang tak pernah dia gunakan sebelumnya. Ah, tentu Yoongi merasa begitu karena baru kali ini dia bermalam di tempat Jimin meski sudah berpacaran selama empat bulan kurang.

Cahaya matahari sudah menerpa terang ke penjuru ruangan tapi Yoongi sepertinya masih enggan bangkit dari baringan. Jadi dia kembali meringkuk, mencoba bergelung nyaman ke dalam selimut dan Jimin yang baru memasuki kamar menyadari gerak-geriknya.

"Hyung mau sarapan apa?"tanya Jimin lembut sembari menaruh pakaian Yoongi di ujung ranjang. Tahu sang kekasih telah ditarik dari alam mimpi. 

"Terserah,"jawab Yoongi seadanya. Dia muncul dari balik selimut dan dengan tubuh telanjangnya memeluk perut Jimin yang duduk di tepian ranjang, "mmngh,"lenguhnya sesaat, menyamankan posisi tengkurapnya, menyesap dalam-dalam aroma pewangi pakaian pada kaos longgar Jimin yang bercampur dengan cologne miliknya.

Jimin tersenyum simpul mengusap-usap kepala Yoongi, "ternyata kau manja ya Hyung."

"Mmm."

"Apa hari ini kau ada acara Hyung?"

"Mmm."

"Rencananya aku tidak akan ke mana-mana hari ini."

"Mmm."

"Bagaimana kalau kita-

"Jimin."

"Hm?"

Yoongi membalik badan, menjadikan paha Jimin sebagai bantal. Sebelah tangannya terangkat menuju wajah manis di atasnya, membuat Jimin membungkuk dan membawa mereka ke dalam permainan singkat lumatan bibir yang lumayan nakal.

"Kau sudah tahu kan aku harus melanjutkan studi ke Amerika,"ucap Yoongi tanpa membuka mata setelah mengecup sekali perpotongan leher Jimin, "aku akan langsung berangkat sehari setelah kelulusan."

Jemari Jimin kembali memainkan surai Yoongi, terlihat gurat sendu dari wajahnya, "aku tahu Hyung...

"Kita tidak usah berhubungan selama dua tahun itu."

"Eh?"

Jantung Jimin mulai memburu. Takut akan tafsiran kata-kata Yoongi barusan adalah sesuatu yang mengarah pada 'perpisahan'. Sedang Yoongi membuka ke dua mata dan meraih jemari Jimin yang ada di rambutnya, mengecup satu persatu secara berulang-ulang seraya memberi padangan teduh kepada sang kekasih yang mulai merasa gundah.

Lelaki bertubuh kurus namun tetap tercetak sixpack pada perutnya itu lalu bergerak duduk. Mengelus-elus pipi Jimin, menatap nanar lebam samar yang sudah mulai hilang dari sana, "mulai besok kau sudah harus tinggal bersama Bibimu yang akan mengawasimu secara ketat kan. Jelas-jelas keluargamu tidak setuju dengan hubungan seperti ini kan. Mereka tidak terima kau adalah seorang gay apalagi berpacaran dengan pria lain Jimin."

"Hyung?"

"Hei, bukan putus,"Yoongi mencoba tersenyum lembut mendapati ekspresi Jimin yang menatapnya kecewa dan siap menangis.

"Lalu?"lirih Jimin

"Ini mungkin terlalu cepat tapi aku  benar-benar mencintaimu Jimin. Karena itulah aku tidak ingin melihatmu terluka. Kebetulan aku memang harus pergi ke Amerika. Dua tahun. Kita cukup bersabar selama dua tahun ini. Lebih baik kita tidak usah berhubungan dulu, perlihatkan pada keluargamu bahwa kau tidak sedang menjalin kasih dengan siapapun. Setidaknya dengan itu mereka akan cukup tenang kan."

YoonMin Anthology [U. Version] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang