1 - Kurotsuki

573 67 36
                                    

"Apakah kalian tau rasanya berdiri ditengah-tengah salju? Hey, tolong beritahu aku"

Tsukishima Kei

[Kurotsuki]

Tes

Tes

Tes

Darah menetes dari pelipisnya

BRAK

Ditendangnya orang yang berada didepannya hingga terjatuh. Tidak memperdulikan luka tusukan yang ia miliki, dia menendang lawannya yang lain.

Buk

Tangannya yang berlumuran darah terus memukul lawannya. 'Tiga orang lagi' Batin Kei.

"MAJU!!" Teriak salah seorang yang berdiri paling belakang disana. Dua orang lainnya maju, mulai menyerang Kei yang sudah berlumuran darah.

Buk buk

Ditariknya tubuh sang lawan untuk ia gunakan sebagai tameng agar tidak terkena pukulan lawannya yang lain. Kei mulai membalas serangan mereka.

Srek

Pisau lipat terakhirnya telah ia keluarkan, "mari bersenang-senang lagi paman" Kei melemparkan pisaunya dengan kekuatan penuh.

"Bravo!" Pisau tersebut tertancap tepat di mata salah satu lawannya.

Sreeek

Dengan tangan sebagai tumpuannya Kei berseluncur di lantai yang licin karena darah yang mengenang itu menuju pisaunya berada. Ditarik pisau tersebut dari mata si lawan yang tergeletak lemah, mulai menyayat kulit si lawan tanpa ampun.

"ARGH BER-HENTI HUFT HUFT" Si lawan memohon dengan nafas tersengal-sengal. "ARGGGGHHH SAKIT! BERHENTI! INI MENYAKITKAN! PERIH! Kumohon' Tidak dihiraukannya suara orang dibawahnya ini.

"Kumohon" sekali lagi orang itu memohon ditengah kesadarannya yang berangsur-angsur menghilang. Sedangkan dua orang lainnya hanya menonton dengan tubuh gemetaran, mungkin mereka ketakukan melihat temennya yang sedang bermandikan darah.

"Paman~ bukannya lebih mudah jika membunuhmu langsung? Dengan begitu kamu tidak akan kesakitan lagi" Kei mengusap darah di pipi orang itu.

"Kamu benar! Cepat bunuh aku! Cepat!" Mata yang berdarah itu berputar-putar. Kei tersenyum "Baiklah, aku tidak akan menyiksamu lebih lama lagi, aku akan mengakhirinya dengan cepat." Kei membalikkan badan orang itu "Apakah kamu memiliki permintaan untuk terakhir kalinya?" Kei bertanya, dia tidak ingin membunuh lalu mengetahui bahwa ada penyesalan yang tertinggal dari orang yang ia bunuh.

"Tolong....sampaikan kata maafku pada adikku"

"Akan kulakukan. Aku akan menghancurkan lehermu, dengan begitu tulang belakang, trakea dan saraf karotismu akan hancur pula. Itu akan membuatmu mati dalam beberapa menit saja." Kei mengambil besi disampingnya, sebelum memukulkannya ia membisikkan kata "maaf" pada orang itu.

BRAK
KRAAK

"Selesai" Kei menoleh ke belakang dimana dua orang lainnya sedang berpelukan karena ketakukan.

'Aku tidak akan bertahan lebih lama lagi, aku harus cepat! Sebelum mereka datang dan melihat keadaanku.' batinnya

"Kalian tidak ingin kabur?" Kei bertanya dengan suara serak. Dua orang itu langsung lari tunggang langgang meninggalkan gudang tua yang penuh darah itu.

1 vs 10 dan Kei telah menang.

Kei berjalan menuju pintu, tidak ada ringisan yang keluar dari mulutnya. Seakan-akan luka dipelipis, tusukan diperutnya dan luka di tangannya bukanlah apa-apa.

"Mereka akan sampai sebentar lagi, aku harus membersihkan semua darah ini." Kei mengelap darah dipelipis dan bibirnya. "Menjijikan! Ugh sepertinya aku kehilangan terlalu banyak darah. Buram, mataku mulai buram." Kei terjatuh.

Brum brum cekitttt

Anjir gw ngakak😭

Banyak sepeda motor mulai mengerumuninya. Pandangannya yang buram membuatnya tidak bisa mengenali siapa yang berdiri mengelilinginya.

"KEI!" Suara yang seharusnya terdengar lembut dan halus sekarang terdengar bergetar, sepertinya dia mengkhawatirkan Kei. Orang tersebut memangku kepala Kei. "Kei bertahanlah!" Kei tersenyum.

"Capet panggil ambulance!" Daichi memberikan perintah pada yang lainnya.

"Boke! Cepat lakukan!" Kageyama meneriaki Hinata yang sedang kebingungan. "Nomor ambulance itu 119 atau 911?!!?" Tanya Hinata panik.

"119" Suga menjawab cepat dan dibalas dengan anggukan dari Hinata.

"Suga-san?"

"Ya Kei, aku disini" Suga memegang tangan Kei, tapi Kei menepis tangan Suga dengan halus. "Kei..?"

"Tanganku...kotor" Kei tersenyum, hendak menjauhkan tangannya dari Sugawara. "Tidak apa-apa, aku akan tetap menggenggam tanganmu walaupun tanganmu kotor." Suga kembali menggengam tangan Kei.

"Perut!" Tanaka dan Nishinoya menunjuk perut Kei yang terus mengeluarkan darah. "Tekan lukanya!" Ennoshita mengambil sapu tangan bersih miliknya untuk digunakan menekan luka Kei.

"Kei..." Suara Suga semakin bergetar.

'Ahh Suga-san pelukanmu sangat hangat' Kei tidak bisa merasakannya dengan tubuhnya, namun ia merasakannya dengan hatinya. Suga-sannya sangat hangat.

"Tenang saja, ini tidak terasa sakit" setelah mengatakan hal itu Kei kehilangan kesadarannya.

"Kenapa? Kenapa selalu seperti ini?" Suga memeluk tubuh kurus Kei.

Kei, pemimpin mereka, tidak bisa merasakan apapun. Tubuhnya bagai bom yang akan meledak entah kapan. Waktu yang tidak diketahui, tubuh yang perlahan melemah namun penderita tidak bisa merasakannya.

Hidup dalam penantian yang tidak diharapkan.

Sungguh menyiksa.

TBC

Apakah ada yang mengharapkan cerita ini lanjut? :V


Kalau ada bakalan saia lanjut pas abis lebaran :v
Liat-liat dulu ini book ada yang vote atau enga :v
😁

6 Mei 2021

Smile [Ongoing]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang