7- Kurotsuki

178 35 3
                                    

⚠️ Warning⚠️
Chapter ini dapat membuat anda berpikir keras karena terlalu berantakan🙇🏻‍♀️

Kei mengambil ponselnya yang berada di atas nakas. Dia menelfon Kita yang sedang bekerja keras mendapatkan informasi tentang Blue Morpho.

"Moshi-moshi Kita-san?" Kei menunggu jawaban Kita yang berada di seberang.

"Ya Kei, ada apa?" Kita akhirnya menjawab.

"Kita-san kode merah! Kita berkumpul di mansion utama dalam 10 menit!" Kei tampak serius mengatakannya.

"Siap laksanakan." Kita menjawab sigap. Kei menutup telfonnya. Dia mencopot baju rumah sakitnya begitu saja.

Kuroo yang sedari tadi memandanginya kaget bukan main. Dia langsung menutup matanya, "Apa yang lo lakuin? Ga liat ada orang kah?"

"Darurat! Gw harus cepet pergi." Kei memasang perlengkapannya yang ada di almari. Kaos hitam ketat tanpa lengan dilapisi dengan jaket hitam yang pas ditubuhnya. Tidak lupa bagian leher yang panjang hingga menutupi dagu dan mulutnya.

Kei berbalik, hendak pergi tapi Kuroo mencegahnya. "Lo baru aja oprasi! Lo ga boleh keluar rumah sakit tanpa izin dokter lo."

"Kalau gitu lo tinggal izin in gw keluar" Sekali lagi Kei bertingkah semaunya. "Hh, lo tau gw ga bisa ngambil resiko biarin lo keluar sekarang!" Tampaknya Kuroo sudah lelah. Dia bekerja tanpa henti, melakukan oprasi terus-menerus dan baru saja mendapati kabar bahwa kekasihnya telah pergi.

Dia akui dia pernah marah dengan Kenma. Tidak mengabarinya selama satu tahun? Tentu dia berhak marah kan. Dia bahkan pernah melakukan usaha untuk move on dari Kenma walaupun butuh usaha panjang tapi dia berhasil. Lalu sekarang dia mengetahui alasanya dan itu cukup membuatnya pusing.

Sedangkan orang didepannya ini malah seenaknya mengatakan bahwa dirinya tidak boleh kabur darinya.

"Ini darurat! Kalo gw ga bisa pergi sekarang-" Kei menghentikan kalimatnya. Tidak, dia tidak ingin itu terjadi. "Lanjutin!" Kuroo menyudutkan Kei yang hanya diam.

"Bukan urusan lo" Kei berbalik lagi, dia tidak bisa membuang lebih banyak waktu. Tapi lagi-lagi Kuroo kembali menghalanginya.

"Kasih tau alasannya dan bakal gw pertimbangin!" Kuroo meraih bahu Kei dan menyudutkannya ke dinding, kabedon.

"Biarin dia pergi." Osamu yang terganggu akan pertengkaran Kuroo dan Kei terbangun dari tidur singkatnya.

"Haah?!" Kuroo segera menghadap ke belakang. Dia memperhatikan Osamu yang sedang memijat pangkal hidungnya.

"Biarin dia pergi, gw juga bakalan ikut sama dia." Osamu merubah posisi tidurannya menjadi duduk.

Kuroo menatap dua orang itu bergantian. Dia mangacak rambutnya dengan kasar. "Sekarang lo juga ngikut dia? Lo abis kena obat bius lho. Lo yang ga langsung pingsan aja udah luar biasa banget dan sekarang dengan lebih luar bisanya lo malah mau keluar. Ada apa sama kalian? Tolong kasi tau alasannya ke gw."

"Kei lo duluan aja. Langsung ke atap, gw udah minta Kita-san ngirim helikopter kesini tapi tungguin gw sebentar. Yang penting jangan nyetir sendiri pokoknya!" Osamu berdiri menghampiri Kei, menepuk pundaknya dan mendorongnya keluar.

Setelah kepergian Kei, Osamu menatap Kuroo yang menganga, tidak habis pikir dengan orang-orang ini. "Ada alasannya sendiri. Suga-san diculik, Kei ga bakalan bisa biarin gitu aja. Jadi tolong biarin dia pergi atau kondisinya bakal lebih parah lagi." Osamu menjelaskan. Dia pergi begitu saja meninggalkan Kuroo yang masih mematung.

"Kalau gitu biarin gw ikut!" Kuroo tiba-tiba berteriak membuat Osamu yang belum pergi jauh membalikkan badan. Kini giliran dia yang menganga tidak percaya.

Smile [Ongoing]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang