01

4 3 0
                                    

Seseorang berjalan gontai melewati gerbang sekolah menuju kelasnya, hingga melewati koridor yang penuh dengan laki laki membuatnya takut, padahal dia sadar bahwa dia tidak akan digoda,

Tapi mengapa dirinya sangat takut jika berhadapan dengan laki laki yang pemabuk?. Entahlah kenapa bisa begitu.

"Bro, ada cewek cakep lewatt! Ciw ciw!" kata seorang laki laki itu pada salah satu temannya, ketika Tea berjalan melewati mereka.

"Cantik dari mananya? Ha? Bentukannya kayak gajah gitu dibilang cantik! haha" terdengar tawaan dari mereka, mengejek Tea yang masih berjalan dengan hati yang sakit.

"Cantik bro, kalok diliat dari gunung, kan kurus tuh, haha" kata temannya menimpali, mereka terus terusan tertawa mengejek Tea.

Tea hanya bisa menebalkan telinganya, agar perkataan lelaki tadi tak begitu menyakiti hati,

'Nggak papa udah biasa kok' katanya dalam hati.

Tea pun berjalan hingga sampai kelasnya, lalu mendudukkan kursi kosong yang berada di paling depan.

Ia merasa kesal kepada teman temannya yang tak mau duduk di bangku depan dan lebih memilih duduk di bangku paling belakang. Katanya sih, biar nggak ditanyain guru terus, apa daya Tea yang bodohnya masyaallah.

Pelajaran pun dimulai dengan guru matematika yang terkenal killer, Pak Bambang. Jika gerak sedikit langsung di tanyakan, hingga membuat satu ruangan itu sepi hanya terdengar guru matematika itu yang menerangkan rumus trigonometri.

Tea hanya bisa melihat guru itu menerangkan sedangkan dirinya tak pernah paham apa maksud dari guru tersebut. Hingga ditanyakan pun tea hanya bisa menoleh meminta bantuan kepada teman temannya, namun teman temannya seolah buta akan kode dari Tea hingga berakhir di hukum lari lapangan sebanyak 10 kali. Nasib nasibb, jadi bodoh gini amat.

Tea berlari mengelilingi lapangan kala tadi dikelas tidak bisa menjawab pertanyaan dari Pak Bambang itu, dan berakhir dikeluarkan dari kelas dan disuruh lari lapangan sebanyak 10 kali.

"Pak Bambang tuh hobi banget tanya tanya ke Tea, emang nggak ada murid lain apa yang ditanyain kok cuman Tea teruss kan panas lari lari gini, capek, mana item dari lahir tambah item deh ni kulit!" Gerutunya menyalahakan guru tersebut.

Satu kali putaran sudah membuat nafas Tea ngos ngosan, dia tidak bisa berhenti berlari karna diawasi oleh sang guru.

"Pak!, boleh ijin ke kantik nggak pak beli minuman?!" Tanya Tea ke Pak Bambang sambil teriak, takut sang guru tak mendengar ucapannya.

"Kamu ini! Baru satu putaran udah mau ke kantin aja! Nggak ada! Lari lagi sampek sepuluh kali baru bisa ke kantin!" Jawab guru tersebut memarahi Tea.

"Aduh Pakk!, Tea capek pakk, istirahat bentar yaa? Yaa?" Rayu Tea.

"Nggak ada!"

"Ayolah Pak!, Pak Bambang kan ganteng!, nanti ilang loh gantengnya!" Rayu Tea lagi.

"Nggak ada Tea!, mau saya tambah hukuman kamu? Hah?" Ancam Pak Bambang.

"Jangan Pak!, iya iya nggak deh" nyerah Tea lalu melanjutkan lagi larinya yang masih kurang sembilan putaran.

Hingga pada putaran ke empat kalinya, kepalanya pusing, pandangannya mengabur, hingga...

Bruk!

Tea terjatuh,pingsan. Seorang laki laki yang melihat itu panik lalu berlari ke arah lapangan dan meneriaki Pak Bambang, meminta bantuan untuk mengangkat tubuh Tea yang gemuk ke UKS.

Sesampainya di UKS, Tea langsung di rebahkan di brankar yang tersedia di UKS, lalu Pak Bambang menitipkan Tea kepada Kenzo, iya laki laki tadi yang menolong Tea itu Kenzo.

Gen-dutTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang