DUA

24 1 0
                                    

Bandung, 6 September 2021

"LEMPAR sini, Bro!"

"Cegat Woii!"

BRUUKK!!

"Aduh!!"

Yoko yang sedang berjalan di tepi lapangan basket tersungkur saat tubuhnya yang lumayan tinggi tersungkur dihantam bola futsal yang melayang dengan kecepatan tinggi dari tengah lapangan.

Tidak lama kemudian, salah satu murid datang mendekat. Namun, bukannya menolong Yoko yang terkena hantaman bola, murid kelas XII itu hanya memungut bola yang tergeletak di pinggir lapangan.

"Lagian siapa suruh jalan di pinggir lapangan!" bentak sang murid saat memungut bola.

Tanpa merasa bersalah, apalagi meminta maaf, murid bertubuh tinggi besar itu langsung berlalu sambil membawa bola futsal yang baru diambilnya.

"Songong!"

Seorang murid bertubuh agak tambun tiba-tiba berdiri di samping Yoko yang masih tersungkur. Murid itu lalu menolong Yoko untuk berdiri.

"Maneh nggak papa kan, Bro?"

Yoko menggeleng sambil membetulkan posisi kacamatanya.

"Mentang-mentang senior, seenaknya saja lapangan basket dipake buat futsal," murid tambun itu masih menggerutu.

"Biarin aja lah," sahut Yoko.

"Maneh dari mana sih?" Yoko balik bertanya pada si tambun.

Namanya Genta. Dia sahabat Yoko dari sejak kelas X hingga kelas XI sekarang, bahkan walau di kelas XI mereka tidak satu kelas lagi. Yoko di kelas XI IPA 1, Genta kelas XI IPA 3.

"Sori, tadi urang ke perpustakaan dulu. Minjem buku sebelum keduluan yang lain," jawab Genta.

"Buku apaan?"

"Novel Time Machine-nya HG Well. Kenapa? Mau baca?" Genta balik bertanya.

"Nggak," Yoko menggeleng.

"Bukannya maneh bilang udah baca semua novel tentang time travel?" tanya Yoko.

"Yang ini belum. Ini novel klasik tentang perjalanan waktu. Buku langka nih! Bulan lalu ada yang nyumbangin buku ini ke perpustakaan sekolah, tapi urang selalu kalah cepet pas mau minjem, dan baru sekarang kebagian." Genta mempromosikan buku yang baru dipinjamnya.

"Bodo amat."

Genta tidak berkata apa-apa lagi.

Bagi Yoko, Genta adalah salah satu fenomena tersendiri di SMA Widya Cakra Bandung. Pemuda itu bukan termasuk murid yang berprestasi secara akademik, apalagi juara kelas, walau bukan termasuk juga salah satu murid yang nilainya paling hancur di antara teman-teman sekelasnya. Pendeknya, nilai Genta tidak begitu beda dengan Yoko. Namun, satu hal yang membuat perbedaan di antara keduanya, Genta sangat menyukai cerita mengenai hal-hal yang berbau fiksi ilmiah, terutama mengenai teori perjalanan mengarungi waktu, kembali ke masa lalu maupun pergi ke masa depan. Berbagai macam novel maupun komik tentang perjalanan mengarungi waktu telah dibaca Genta. Juga film-film yang bertema sama, dia tidak pernah melewatkannya. Sayangnya, kegemaran Genta membaca buku dan menonton film bertema fiksi ilmiah tidak serta-merta mendongkrak nilai-nilai pelajarannya di sekolah, terutama dalam mata pelajaran eksakta.

"Urang kan baca fiksi ilmiah cuma karena seneng sama teknologi dan ceritanya saja, bukan sama teori dan ilmunya. Pusing kalau mikirin teorinya," kata Genta saat ditanya Yoko kenapa kegemarannya itu tidak membuat dirinya menjadi pintar di kelas. Jelas dia ngeles.

Traveline Past (Preview)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang